/0/16652/coverbig.jpg?v=fa7359d26ad1f2c42f55484ddbac1ffa)
Atira, seorang sarjana wanita yang rela mengorbankan gelarnya demi menjadi seorang istri seutuhnya. Namun, bagaimana jadinya jika pengorbanan yang Ia persembahkan dibalas dengan kata talak tiga lewat telepon? Sedangkan Ia sudah tak dinafkahi beberapa bulan, Ibu mertuanya koma dan anak pertamanya hilang diculik orang? Sanggupkah Ia bertahan? Sanggupkah Ia bangkit dan menunjukkan pada dunia bahwa ini adalah dirinya? Temukan kisahnya dalam novel "Ditalak Tiga Lewat Telepon. " Happy reading!
"Apa maksudnya, Mas?" tanya Atira saat mendengar ikrar talak dari suaminya melalui sambungan telepon. Ia berharap jika dirinya sedang mendapatkan prank saja tepat di hari ini, hari ulang tahunnya.
"Kurang jelas? Selama hidup bersamamu Aku tak pernah bahagia. Oleh sebab itu aku memutuskan untuk mentalak kau detik ini juga," jawab Bayu, lelaki yang telah membersamainya selama delapan tahun dan memberi Atira dua orang anak lelaki.
"Mas, ikrar talak itu enggak bisa dipermainkan. Walaupun bercanda, tapi jika kata talak sudah diucapkan maka jatuhlah talak untuk istri. Apa kau sadar dengan ucapanmu, Mas?" cicit Atira dengan air mata yang telah menganak sungai. Ia pun menerima telepon dari suaminya dengan terduduk lemas di lantai rumah.
"Saya enggak main-main, Tira. Saya tegaskan sekali lagi bahwa saya mentalakmu, bahkan... sekalian saja saya talak kau dengan talak tiga. Mulai detik ini kau bukan lagi istriku dan tak akan pernah lagi jadi istriku" jawab Bayu dengan suara yang lebih kencang.
Bagai disambar petir di siang bolong, Atira luruh di lantai.
"Mas! Huhuhuhuhu!" Atira meraung meratapi nasibnya yang seperti terjatuh ke dasar lautan. Akhirnya Ia terkulai lemas dan berada diantara sadar tak sadar. Ponsel yang sedari tadi ia pegang pun terjatuh dari genggamannya.
"Tira... Tira, ada apa, Nak?" bu Asih segera datang menghampiri Atira. Wanita paruh baya yang baru datang dari warung itu shock saat mendapati Atira terkulai lemas di lantai kamarnya.
"Tira, kenapa?" tanya bu Asih panik. Ia pun bergegas membantu Atira agar terduduk atau sekedar bangun dari lantai, tapi ia tak cukup kuat. Atira menangis lemah dalam keadaan setengah pingsan.
"Tolong!" bu Asih berteriak berharap tetangganya ada yang akan mendengar meskipun kemungkinannya kecil. Sedangkan Dafa yang sedari tadi mengekorinya ke warung masih sangat kecil dan tak akan mengerti. Hanya Davin, cucu pertamanya yang sudah cukup besar dan bisa dimintai pertolongan, namun bocah lelaki itu sedang berada di sekolah.
"Mamah!" cicit Daffa seraya mendekati Atira dan berusaha memeluknya.
"Bu!" sahut Atira lemah, sedangkan tangannya kanannya memegangi tangan Daffa dengan lembut.
"Kenapa, Nak?" tanya bu Asih sambil mengelus pucuk kepala Atira. "Sebentar, ibu ambilkan minum ya!" ucap bu Asih seraya hendak berdiri.
"Bu!" panggil Atira yang kini memegang pergelangan tangan bu Asih. Ia menolak mertuanya untuk beranjak.
"Ada apa Nak? bicara sama ibu!" pinta bu Asih dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pergi mengambilkan minum.
Atira sangat menyayangi bu Asih layaknya ibu kandung sendiri. Ia yang memang sudah tak memiliki orang tua, hanya memiliki bu Asih sebagai sosok ibu baginya.
"Mas Bayu. huhuhuhuhu... " ucap Atira sambil menggeleng-gelengkan kepala. Hatinya sangat sesak mengingat kata-kata talak barusan.
"Bayu kenapa Atira? Bayu kenapa?" tanya bu Asih yang mulai khawatir dengan keadaan Bayu.
"Mas Bayu, Bu!" tangis Atira semakin kencang. Dadanya kembang kempis menahan luka sayatan yang baru saja ia terima.
"Tira, bicara sama ibu! Ada apa sama Bayu?" bentak bu Asih. Ia tak sabar ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Bayu.
"Mas Bayu. huhuhuhuhu." Atira terus menyebut nama Bayu. Kali ini ia memukul-mukul dadanya sendiri.
Melihat hal itu, bu Asih semakin merasa takut dengan kabar apa yang belum disampaikan oleh Atira mengenai Bayu.
Bu Asih begitu merindukan Bayu yang sudah hampir 3 tahun bekerja di Jepang. Satu tahun belakangan, Bayu mengaku jika dirinya kabur dari tempat ia bekerja dan terlunta-lunta di negara orang sehingga selama 6 bulan setelahnya ia hanya bisa mengirimkan uang sebanyak satu juta saja. Selebihnya, ia sudah tak mampu mentransfer uang walau satu rupiah pun. Bahkan, 3 bulan terakhir ia pun hilang kontak.
"Tira... ada apa, Nak?" tanya bu Asih sambil mengusap setiap air mata yang mengalir deras dari sudut mata Atira.
"Mamah!" Daffa ikut memeluk Atira, meskipun ia belum mengerti dengan apa yang terjadi. Anak 5 tahun itu hanya takut saat melihat Atira memukul-mukuli dadanya sendiri.
"Atira, anakku. Ada apa?" tangis bu Asih bertambah pecah mendapati sikap menantunya yang tak kunjung menceritakan kesedihannya. Ia betul-betul takut dengan kabar yang akan disampaikan oleh Atira.
"Mas Bayu, Bu. Mas Bayu. Huhuhuhuhu!" Tangis Atira semakin kencang. Air matanya pun semakin deras bercucuran, sedangkan kepalanya terus ia geleng-gelengkan untuk menolak apa yang terjadi padanya.
"Kenapa sama Bayu? Bukankan Bayu telpon mau transfer uang buat anak-anak?" tanya bu Asih yang mulai menerka-nerka apa yang terjadi.
Atira masih menangis dengan tubuh yang lemah. Ia terus menggelengkan kepalanya meskipun pelan. "Mas Bayu, Bu! Huhuhuhuhu!"
"Tira, bicaralah! Jangan buat Ibu bingung!" air mata bu Asih pun bertambah deras saat melihat menantu satu-satunya yang selalu menemani, dalam keadaan yang menyedihkan. Ia pun terus mengusap setiap air mata yang jatuh di pipi Atira dan membiarkan air matanya sendiri terjatuh.
"Aarrggggghhhhh...!" Atira tiba-tiba berteriak seolah ingin melepaskan beban yang teramat berat di hatinya.
Daffa ikut menangis saat Atira berteriak kencang. Ia takut jika ibunya akan pergi jauh seperti ayahnya.
Begitu pun dengan Bu Asih, ia pun tersentak kaget saat Atira berteriak. "Tira, kamu kenapa, Nak?" tangisnya pun semakin keras saat mendengar Atira berteriak. "Tira sayang, bicara sama Ibu, Nak!" bu Asih terus mengelus setiap inchi wajah Atira. Kasih sayangnya memang sangat besar kepada menantunya itu. Bagaimana tidak, Atira yang notabene seorang sarjana mau menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya setelah dinikahi Bayu yang waktu itu kerja serabutan. Karena perekonomian mereka tetap sulit dan hampir selalu mengandalkan uang pensiun ayah Bayu sebagai pensiunan guru yang diterima bu Asih setiap bulannya, akhirnya Bayu memutuskan untuk mengadu nasib ke negri orang.
Awal keberangkatan, Bayu rutin mengirim uang 5 juta per bulan untuk Atira dan anak-anaknya, dua juta untuk ibunya, bu Asih. Di awal kontrak sebagai pekerja pabrik di Jepang, Bayu mendapatkan gaji kotor setara 18 juta rupiah. Kisaran besar biaya hidup di negri sakura itu pun berbanding lurus dengan besar pengeluaran sehingga Bayu hanya bisa mengirimkan sepertiga dari gajinya.
Sebenarnya Bayu bisa saja menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi seperti yang diharapkan almarhum ayahnya, namun Bayu sempat terombang-ambing dengan kenakalan remaja sehingga ia hanya bisa menyelesaikan studi SMPnya saja. Ijazah SMA yang menjadi bekal untuk berangkat ke Jepang pun ia raih setelah mengambil paket C yang ia selesaikan setelah memiliki Davin, anak pertamanya. Itupun dengan biaya dari ibunya.
Setelah Atira berteriak kencang, kini ia pun lebih tenang, meskipun tangannya masih saja memukul-mukul dadanya.
"Bu, Mas Bayu menceraikan Atira." Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Atira.
"Apa? Hah?"
"Bagaimana bisa aku menikah saat ini? Saat aku belum menyelesaikan pendidikanku? Belum lagi, pria itu pantas disebut kakek?" Sova terus meracau seorang diri, meratapi nasibnya yang harus mengubur cita-citanya. Terlebih, fakta bahwa ibu tirinya menyetujui pernikahan ini karena uang satu juta. Sungguh menyakitkan. Namun, keikhlasan dan kebaikan hatinya, membuat ia berniat menikah dengan sebenar-benarnya pernikahan. Ia pun berniat untuk belajar mencintai suaminya. Saat ia bertemu suaminya, ternyata lelaki tua itu tidaklah seperti apa yang ada di gambarannya, lelaki tua tak berdaya seperti Ayahnya. Tidak, lelaki itu sungguh tampan dan gagah, bahkan dia masih memiliki roti sobek di perutnya. Bukan hanya itu, lelaki itu ternyata seorang CEO yang mencari istri tulus untuk ia jadikan sebagai ahli waris dari semua harta kekayaan yang ia miliki. Apakah bisa Sova tak mencintainya? Yang matang lebih menantang. Ikuti terus kisahnya!
"Janus, jangan ceraikan aku, ya?" Rengeknya. "Begini aja udah cukup. Aku ga minta lebih." Katanya dengan suara yang memelas. Ketika mendengar rengekan itu, tangan Janus berhenti dan keinginan di matanya berangsur-angsur mendingin. Suaranya yang agak serak masih lembut. "Fay, mengapa kau jadi lupa dengan kesepakatan yang sudah kita buat?" "Ingat perjanjian kita, jika Uke kembali, hubungan ini selesai sampai disini," imbuhnya lagi. Suara itu terdengar begitu tegas meskipun sedikit gemetar.
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?