/0/16675/coverbig.jpg?v=d6ab9561d53dd501d658ff2eb68a5218)
Hidup bersama saudara yang selalu merasa tersaingi olehnya, tidak membuat Avyanna merasa terasingkan. Hingga suatu hari, ketika sang kakak sulung sang ayah meninggalkan dunia untuk selamanya, tantangan baru dalam hidup menghampiri Avyanna. Avyanna menemukan fakta bahwa dirinya bukanlah bagian dari keluarga Bangsawan Duke Oryn yang selama ini merawatnya. Jericho, kakak keduanya, berusaha mengeluarkannya dari rumah dengan cara menikahkannya dengan pangeran dari Kerajaan Pervaiz, Pangeran Nizam. Namun tiba-tiba lamaran lain datang dari seorang pengurus kuil ( Aiguille ), yaitu Savero. Seorang pria bersifat dingin dan tidak banyak bicara. Lamaran yang pria itu tawarkan ternyata memiliki maksud dibaliknya. Dia melihat sesuatu yang berbeda dalam diri Avyanna dan memintanya untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan balasan, dia akan memberitahu kenyataan masa lalu Avyanna yang terkubur selama 10 tahun hidupnya. Mulanya Avyanna tidak terlalu percaya dengan apa yang Savero katakan. Namun hari demi hari, ada saja ancaman dan teror dari musuh tersembunyi yang menginginkan dia untuk mati. Berawal dari semua itu, Avyanna akan maju dan mencari siapa musuh yang menginginkan dia mati? Dan masa lalu apa yang disembunyikan oleh sang ayah darinya selama ini?
Seekor kuda jantan dengan tubuh berbalut bulu berwarna hitam pekat, berlari kencang di jalan setapak kecil di sebuah hutan yang lebat di tengah malam. Menerjang dedaunan yang tumbuh menghalangi jalanannya dan angin malam yang dingin.
Suara gemerisik dari langkah kakinya yang menginjak dedaunan kering yang berhamburan di jalan setapak, menjadi suara pengiringnya. Bercampur dengan ringkihannya.
Seorang pria berusia 38 tahun menunggang kuda itu dalam pakaian serba hitamnya yang dipermainkan oleh angin. Tangan kirinya membawa obor yang menyala sebagai penerangan jalannya, sementara tangan kanannya memegang erat tali kekang kuda yang ditungganginya.
"Uhh ...." Terdengar suara rintihan sakit dari seorang gadis kecil.
Pria itu, Amedeo, menghentikan langkah kaki kudanya. Mata setajam mata elang berwarna biru terang itu menatap ke arah gadis kecil yang dia ikatkan ke perutnya agar tidak jatuh dalam perjalanan.
Seorang gadis kecil berusia 9 tahun yang berkulit pucat dan sudah tidak sadarkan diri. Kulitnya terasa dingin, hembusan nafasnya lirih. Laki-laki itu sampai khawatir bahwa gadis dalam pelukannya itu sudah tiada.
"Shh ... tenanglah." Amedeo mengusap puncak kepala gadis kecil berusia 9 tahun itu dengan tatapan penuh kasih sayang. "Bertahanlah sebentar, kita hampir sampai."
Tidak seberapa kemudian, kuda yang ditunggangi Amedeo tiba di sebuah gua yang dikelilingi oleh pepohonan yang cukup lebat. Sulit bagi orang diluar sana untuk mengetahui keberadaan gua ini.
Amedeo turun dengan menggendong gadis itu dengan lengan kirinya, tangan kanannya mengikatkan tali kekang kudanya ke pohon yang ada di dekat gua.
Gua itu sendiri memiliki diameter 3,5 meter. Di langit-langit dan dinding dalamnya ada bebatuan tajam yang siap menusuk jika Amedeo tak hati-hati memasukinya.
Amedeo mengulurkan obornya ke dalam gua untuk menerangi gua yang gelap dan lembab. Tidak ada ketakutan sedikit pun yang terlukis di wajahnya ketika menyusuri gua tersebut. Kegelapan ini sudah terasa akrab baginya.
Semakin Amedeo masuk ke dalam kegelapan itu, cahaya obor menangkap sosok pria tua bertubuh ringkih setinggi 1 meter yang duduk di atas sebuah batu yang dikelilingi oleh genangan air. Langit-langitnya terbuka, menampakkan langit malam dengan bulan purnama yang cahayanya memantul ke air.
"Siapa disana?" Sosok ringkih itu terlihat sudah sangat tua, usianya sudah berpuluh-puluh tahun. Terlihat dari jenggot, kumis, dan alisnya yang memutih dan panjang tak terurus. Kepalanya botak, dengan mudah menampakkan keriput penuaannya.
"Regula." Amedeo memanggil sosok itu dan berjalan mendekatinya.
Sosok itu seketika membuka matanya yang beriris hijau. Menatap lurus ke arah Amedeo.
Regula berdiri dari duduknya dibantu dengan sebatang tongkat kayu sebagai penopangnya. Dia turun dari batunya, melewati genangan air setinggi betis, hingga akhirnya sampai di depan Amedeo.
"Duke Amedeo Oryn. Apa yang membawamu kemari setelah sekian lama?" tanya Regula. Tidak ada senyum keramahan atau semacamnya, namun suaranya saja terdengar menyambut.
Amedeo berjongkok dan menunjukkan gadis kecil dalam gendongannya pada Regula. "Regula, tolong selamatkan gadis kecil ini."
Regula terdiam, matanya memperhatikan gadis kecil itu dengan seksama. Seakan sedang menelitinya selama beberapa detik lamanya.
"Gadis yang berbahaya! Beraninya kau membawanya kemari?!" Regula tiba-tiba mundur selangkah. Tatapannya menajam dengan ketakutan pada gadis tersebut.
"Gadis ini punya sihir di dalam dirinya! Kenapa kau membawanya kemari?! Kau ingin aku dibunuh oleh pihak istana?!" maki Regula dengan wajah memerah karena marah.
Amedeo terkejut dengan reaksi Regula. Amedeo menghela nafas panjang dengan ekspresi memohon.
"Aku tidak memintamu untuk merawatnya, Regula. Aku yang akan merawatnya," kata Amedeo, berusaha menenangkan Regula. "Aku hanya ingin meminta bantuanmu untuk menyembuhkannya dan menyegel sihir yang kau katakan tadi agar tidak membahayakan keluargaku nantinya."
Regula terdiam untuk beberapa saat lamanya, bingung. Berusaha mempertimbangkan permintaan Amedeo. "Aku bisa saja menyegelnya, Amedeo. Namun aku tidak yakin akan bertahan berapa lama."
"Bagaimana pun juga ..." Regula menggeleng, menatap ke arah si gadis kecil dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Sekuat apapun aku menyegelnya, sihirku tidak sebanding dengan sihir gadis kecil ini. Ditambah lagi, menyegelnya sama saja dengan melawan takdirnya."
"Aku melihat bahwa gadis kecil ini akan menjadi penyihir yang kuat. Semakin dia tumbuh dewasa, segelku akan retak karena tidak mampu menahannya. Sihirnya yang tertahan oleh segelku akan meledak dan dia bisa saja memporak-porandakan Kekaisaran Basilius dalam sekejap."
"Aku mohon, Regula!" Amedeo mengatupkan kedua tangannya di depan dada, tatapannya begitu mengiba mengiba.
"Gadis kecil ini tidak bersalah. Aku tidak bisa membiarkannya mati begitu saja. Selain itu, aku telah berjanji pada seseorang bahwa aku akan merawatnya dengan baik." Amedeo tertunduk dalam dengan lengan yang masih mendekap si gadis kecil.
Tatapan Amedeo pada gadis kecil itu begitu tulus dan penuh kasih sayang, seakan gadis kecil itu adalah putrinya sendiri.
Regula menghela nafas kasar. Tangan kanannya terulur ke dahi gadis itu dan menempelkannya disana. Kedua matanya terpejam, merasakan energi yang mengalir di dalam tubuh si gadis.
"Energi sihirnya sangat kuat, Amedeo."Regula melepaskan tangannya dari dahi si gadis kecil. "Apa yang membuatmu begitu bersikeras merawatnya?"
Amedeo tertunduk lesu. "Regula, aku tahu apa yang kulakukan ini salah, namun hati kecilku berkata ini tidak demikian salah. Gadis kecil ini tidak menyakiti siapapun."
Amedeo menarik nafas, nyaris menahannya. Ada sesuatu yang begitu menyesakkan dadanya. "Kalaupun itu benar, maka biar aku yang menanggung dosa itu."
Regula menatap lurus ke arah Amedeo yang setengah putus asa. Pria tua itu perlahan luluh oleh permohonan Amedeo yang begitu tulus.
"Karena aku percaya pada Amedeo yang selalu bertanggung jawab pada ucapannya, aku akan mencoba mengerahkan sihirku untuk menyegel sihirnya. Namun, karena sihir yang akan kugunakan akan sangat kuat dan akan membuat gadis ini hilang ingatan."
"Tidak apa-apa, Regula." Amedeo mengangguk semangat, senang karena Regula mau mengabulkan permintaannya. "Justru lebih baik dia hilang ingatan, bukan? Dia mungkin akan semakin jauh dari sihirnya, jadi dia tidak akan menyakiti siapapun di masa depan."
"Baiklah, bawa gadis itu ke tempatku. Aku akan mengurusnya." Regula membalikkan badan menuju ke batu tempat duduknya semula.
"Baringkan gadis itu ke genangan air disana." Regula menunjuk genangan air yang ada di depannya.
Amedeo mengangguk kecil. Dia mendekati genangan air yang dimaksud dan membaringkan tubuh pingsan gadis kecil itu disana.
Air perlahan membasahi punggungnya dan pakaian serba putihnya. Kepalanya disandarkan ke tepian air agar tidak menghalangi pernafasannya.
Setelah membaringkan gadis itu, Amedeo bergerak mundur. "Sudah, Regula."
"Ah, ya, satu hal lagi, Amedeo." Regula kembali membalikkan badan, menghadap Amedeo. "Jika ingatannya kembali, kesempatan untuk sihirnya meluap juga akan semakin besar.
"Jadi sebisa mungkin, jauhkan dia dari segala yang berhubungan di masa lalunya. Siapkan kain juga untuknya dan bakar bajunya yang sekarang. Itu juga termasuk bagian dari masa lalunya, kan?" ujar Regula.
Amedeo mengangguk tegas. "Ya, aku mengerti, Regula."
Regula kembali menuju ke batu tempatnya duduk semula. Setelah duduk bersila di sana, Regula memulai ritualnya. Kedua matanya terpejam rapat. Kedua tangannya mengatup di depan dada. Bibirnya menggumamkan doa-doa.
Perlahan, genangan air mulai berkilau, menguarkan cahaya putih yang terpantul dari sinar bulan purnama. Tubuh si gadis kecil diselimuti oleh cahaya itu hingga hilang sepenuhnya.
Tatapan mata Amedeo tidak lepas dari posisi gadis kecil itu dibaringkan. Tatapannya menunjukkan kelegaan dan ketabahan untuk menghadapi badai apapun yang akan menerjangnya karena berusaha mempertahankan gadis kecil itu. "Eilithya, aku akan menjaganya dengan baik meskipun itu harus mengorbankan nyawaku."
_____ _____
Butuh waktu hampir satu jam bagi Regula untuk menyegal sihir yang ada pada tubuh gadis kecil yang dibawa oleh Amedeo. Hingga akhirnya Regula menghampiri Amedeo yang tenguh menunggunya sembari mondar-mandir tak jauh darinya.
"Amedeo, ada yang harus kubicarakan padamu," kata Regula dengan raut muka serius.
"Ada apa, Regula?" Amedeo menghampiri Regula dan berdiri tepat di hadapannya.
Raut muka Regula menyiratkan kegelisahan namun juga keseriusan, hampir seperti cemas. "Amedeo, maaf aku harus mengatakan ini padamu. Namun gadis yang kau bawa benar-benar berbahaya."
Regula menggeleng lirih, helaan nafas lelah terdengar darinya. "Apa kau yakin kau masih mau merawatnya?"
"Apa yang kau bicarakan, Regula? Apa maksud pertanyaanmu?" Amedeo mengerutkan kening, tidak mengerti dengan apa yang Regula bicarakan.
Regula menatap ke dalam mata Amedeo dengan tatapan gelisah. "Amedeo, gadis yang kau bawa itu akan menjadi kehancuran paling mengerikan bagi Kekaisaran Basilius. Kehancuran yang bahkan tidak bisa dihindarkan oleh Kaisar Theo."
_____ _____
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."