"Apakah kita pernah bertemu? Wajahmu terlihat tidak asing di mataku," ucap pria bernetra hitam gelap tersebut, membius wanita menawan yang sekarang terduduk di hadapan. Hanya dengan sebuah senyuman tipis, wanita itu pun membalas, "Kalau kita pernah bertemu, saya rasa saya tidak akan melupakan pria seperti Anda, Pak." | Di hari dirinya menghadiri wawancara kerja, Karin Arvantie merasa canggung menghadapi pria yang mungkin akan menjadi calon bosnya, Ryan Atmaja, seorang pria dengan manik hitam gelap menawan dan CEO Atmaja Corp. Dengan tatapan dingin yang tajam dan intens, wanita tersebut merasakan gejolak tak terbendung setiap kali berdekatan dengan pria tersebut. Akankah Karin mampu mempertahankan hubungannya dengan Ryan sebatas atasan dan bawahan? Atau mungkin, mereka akan tenggelam dalam hubungan tak terduga yang lebih panas dan menggairahkan?
'Astaga! Sudah jam berapa ini? Aku bisa terlambat menghadiri wawancara kerja hari ini. Bagaimana aku akan diterima bekerja, kalau untuk menghadiri wawancara kerja saja aku sampai datang terlambat,' batin Karin.
Ia pun bergegas menuju kamar mandi, lalu mandi di bawah air pancuran. Selesai mandi Karin pun mengambil kemeja berwarna putih dan rok dengan panjang di atas lutut. Ia lalu mematut dirinya di depan cermin besar, yang ada di dalam kamarnya. Ia hanya mengenakan make up tipis dan lip tint, agar wajahnya tidak terlihat pucat.
Selesai sarapan, dengan menyandang tas kecil di pundaknya. Karin pun berjalan ke luar dari apartemennya menuju ke halte bis.
Tak lama berselang, bis yang ditunggunya datang. Karin pun duduk di dalam bis dengan perasaan yang tegang dan gugup. Hari ini ia akan menjalani wawancara, untuk lowongan sebagai sekretaris yang dilamarnya. Sesekali ia melihat jam tangannya, untuk memastikan ia tidak datang terlambat.
Begitu bis yang ditumpanginya berhenti di halte, yang letaknya tidak jauh dari perusahaan yang akan ditujunya. Rasa lega, menghinggapi hati Karin, karena ia tidak terlambat. Masih ada waktu baginya, untuk bersiap nantinya sebelum menjalani wawancara.
Ia terlalu bersemangat, dengan wawancara yang akan dijalaninya pada hari ini. Ada harapan besar, yang ia inginkan dari wawancaranya nanti. 'Aku harus mendapatkan pekerjaan itu, karena ini bisa jadi merupakan jawaban dari masalahku selama ini,' gumam Karin dalam hati.
Dengan terburu-buru, Karin keluar dari dalam bis dan berjalan cepat menuju gedung tempatnya akan menjalani wawancara. Sesampainya di dalam gedung tersebut Karin pun bertanya, di mana ruangan pimpinan tersebut berada.
'Sial! Aku tidak memiliki waktu untuk merapikan penampilanku terlebih dahulu. Dan ini semua, karena aku yang bangun kesiangan,' batin Karin.
Menurut informasi yang didapatnya ia akan menjalani wawancara langsung, dengan sang pimpinan perusahaan tersebut. Duduk di depan ruangan dengan dinding yang di car warna putih, rasa gugup itu semakin terasa.
Baru saja Karin sampai di depan pintu, yang dijanjikan menjadi tempat dirinya melakukan wawancara, sebagai sekretaris bagi pimpinan di perusahaan tersebut.
Sebuah suara terdengar menyebut namanya dan mempersilakan kepadanya untuk masuk ke dalam ruangan, yang pintunya tertutup rapat.
"Nona Karin Arvantie?" panggil seorang wanita yang mengenakan setelan profesional. Ekspresi jutek terpasang di wajahnya, membuat jantung Karin berdegup kencang ketika dipanggil. "Giliranmu," ucapnya saat menangkap keberadaan orang yang dipanggil.
Karin pun berdiri dari kursinya dan melangkah masuk ke dalam ruangan. Bulir-bulir keringat menghiasi dahi Karin, menunjukkan jelas kegugupannya menghadapi wawancara kerja yang segera menantinya. Ini merupakan pengalaman pertama Karin menjalani wawancara pekerjaan.
Diabaikannya sorot tatapan tidak suka dari wanita itu, ia akan menghindari wanita dengan raut wajah jutek, yang dengan jelas memperlihatkan aura tidak suka kepadanya. Diketuknya pintu yang tertutup rapat di depannya dan setelah dipersilakan masuk ia pun membuka pintu tersebut.
Karin merasakan pungggungnya, seperti terbakar. Dan ia merasa itu pasti, karena wanita yang tadi memanggilnya. Entah alasan apa yang membuat wanita itu menjadi tidak menyukainya.
Saat masuk ke dalam ruangan, pandangan Karin terarah pada seorang pria yang terduduk di depan sebuah meja dengan kertas menutupi wajahnya. Rambut hitam pria itu ditarik ke belakang, terlihat sangat rapi. Tubuhnya yang dibalut kemeja putih tetap kentara kekar di mata Karin, terlebih karena lengan kemeja itu digulung mencapai siku. Dengan dua kancing kemeja bagian atas yang dibuka dan memperlihatkan sedikit rambut di dadanya.
Karin sedikit ragu untuk menyapa pria yang sedang duduk di kursi kerjanya. Dan terlihat ia begitu serius dengan apa yang sedang dikerjakannya.
"Permisi, Pak," panggil Karin sembari berdiri di sebelah kursi yang disediakan untuknya, tidak berani duduk sebelum dipersilakan.
Mendengar suara wanita tersebut, pria di hadapan pun menurunkan kertas yang sedang dia pegang. Raut wajah pria itu terlihat dingin, dengan bibir tipisnya yang terkatup rapat.
Detik itu, juga Karin membeku. Jantungnya langsung berdetak kencang, berhadapan dengan wajah tampan, walaupun terkesan dingin.
Tatapan tajam yang diberikan netra hitam itu begitu menghanyutkan. Ditambah guratan alis tebal dan rahang tegas, wajah pria tersebut patut Karin akui sebagai pria tertampan yang pernah dia lihat secara langsung. Bahkan, bila Karin menonton televisi pun, sepertinya agak sulit menemukan pria setampan itu!
"Duduk." Suara dalam pria tersebut menggetarkan hati Karin, membuat wanita itu tanpa berpikir langsung bertindak sesuai arah. "Perkenalkan dirimu," titahnya tegas, membuat Karin entah kenapa merasa sedikit jengkel.
'Dia ... belum memperkenalkan diri, 'kan?' batin Karin.
Memang, tanpa diberi tahu, Karin sebenarnya sudah bisa menebak siapa pria di hadapannya. Pria itu tidak lain adalah Ryan Atmaja, CEO Atmaja Corp. yang sedang mencari seorang sekretaris, pekerjaan yang sedang Karin incar. Rumor mengatakan bahwa pria itu memang sangat tampan, tapi juga dingin dan kejam. Itulah alasan kenapa tidak ada sekretaris pribadi yang bertahan bekerja untuknya lebih dari tiga bulan.
Ah, Karin lupa. Tidak hanya itu, pria tersebut juga sering dikabarkan sebagai seorang playboy yang senang mempermainkan wanita.
'Bagaimana kami para wanita tidak tertarik dengannya? Wajah tampan, dengan aura dingin dan misterius yang membuatnya, seperti sebuah tantangan,' batin Karin.
Namun, bahkan dengan rumor dan berita-berita tentang Ryan, masih banyak wanita yang bersedia mencoba menjadi sekretaris pribadi pria tersebut. Lagi pula, bayaran dan benefit yang ditawarkan sangatlah menggiurkan!
Sebelum melamun terlalu lama, Karin pun langsung memperkenalkan dirinya, "Nama saya Karin Arvantie, saya merupakan lulusan universitas ternama di kota ini dengan predikat cumlaude."
Selagi Karin memperkenalkan dirinya, wanita itu merasa netra hitam tersebut tidak berpindah dari wajahnya. Ada sesuatu dari pandangan Ryan yang membuat darah Karin berdesir. Namun, wanita itu berusaha untuk tetap tenang dan profesional, menunjukkan sisi terbaiknya agar bisa mendapatkan posisi yang dia inginkan itu.
'Kenapa ia terus menatapku dan membuatku menjadi resah? Apakah ada yang salah dengan penampilanku? Seharusnya tadi aku mematut diriku dahulu di dalam toilet, sebelum masuk ke dalam ruangan ini,' gumam Karin dalam hatinya.
Selesai memperkenalkan diri, Karin terkejut dengan pertanyaan yang terlontar dari bibir Ryan. "Apakah kita pernah bertemu?" Dengan manik terpaku pada sosok Karin, Ryan menambahkan, "Wajahmu terlihat tidak asing di mataku?"
'Apa ini ... cara baru untuk merayu wanita?' batin Karin dalam hati, teringat rumor bahwa pria di depan adalah seorang playboy. Karena ditatap dengan tajam dan begitu intens oleh Ryan, dia mengepalkan tangannya untuk menahan kegugupannya. Hanya dengan sebuah senyuman tipis, wanita itu pun membalas, "Kalau kita pernah bertemu, saya rasa saya tidak akan melupakan pria seperti Anda, Pak."
Tatapan Ryan berpindah ke bibir Karin, yang terlihat seksi dan menggoda. Bibir itu seolah mengundang untuk dicium bibirnya.
Ryan berdiri dari kursinya, mengitari meja sebelum akhirnya bersandar di sana. Dua tangan terlipat di depan dada, sebuah senyuman terlukis di bibirnya. "Pintar menyanjung," balasnya, entah itu sindiran atau pujian. "Apa yang membuatmu melamar ke perusahaanku?"
Pertanyaan Ryan membuat Karin menggigit bibir, sedikit kesulitan dengan pertanyaan yang diajukan. Namun, dengan cepat wanita itu menjawab, "Pengalaman, gaji, dan juga jenjang karir. Saya yakin Atmaja Corp. adalah tempat yang tepat untuk mendapatkan yang terbaik untuk tiga hal tersebut."
Jantung Karin berdebar semakin kencang. tangannya terasa berkeringat dingin. Ia belum pernah merasakan aura panas, berada dekat dengan Ryan, seperti ini.
Netra Ryan terarah pada bibir Karin yang memerah karena sempat digigit. "Begitukah?" Pria itu berjalan menghampiri wanita di kursi itu, menyebabkan senyuman profesional Karin sedikit bergetar dan tubuhnya menempel pada sandaran kursi. Dengan dua tangannya mendarat di tangan kursi Karin dan wajah hanya berjarak beberapa inci dari wajah wanita tersebut, sudut bibir Ryan pun terangkat. "Apa kamu yakin kamu kemari bukan karena diriku?"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
Seorang penulis bernama Cheryl yang berpindah ke dunia buku, akhirnya pasrah menerima nasibnya yaitu menikah dengan salah satu karakter yang dia ciptakan, Edgar Baldwin. Cheryl pun menjalani hari-hari pernikahannya dengan bahagia. Namun, kehidupannya tidak sesederhana seperti transmigrasi biasa. Pernikahannya dengan Edgar bukanlah akhir, melainkan awal dari mimpi buruk. Begitu dia meninggal, dia akan hidup kembali di dunia yang berbeda dan dipaksa menikahi pria aneh. Apa yang terjadi? Mengapa jiwa Cheryl selalu berpindah ke tempat berbeda setelah meninggal? Apa alasannya? Pada akhirnya, setelah pertemuannya dengan seorang dewa yang aneh, Cheryl pun mulai mengerti. _______
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.