/0/16907/coverbig.jpg?v=da3dacb93d79bd4c09ffff2980e158aa)
Sakit hati ditinggalkan setelah jatuh miskin, Dewa berniat membalas dendam pada mantan kekasihnya, dengan menerima tawaran Tika sebagai suami kontraknya. Namun, siapa sangka, ia justru jatuh hati pada nona konglomerat itu. Naasnya, saat Dewa tengah berjuang, sebuah kebenaran tentang dirinya terungkap yang mengakibatkan Tika salah paham. Lantas, bagaimana kisah keduanya? Akankah kontrak mereka berakhir atau Dewa berhasil membuat pernikahan mereka menjadi "nyata"?
"Saya memang miskin, tapi bukan berarti Mbak bisa merendahkan saya dengan cara seperti ini."
"Saya tidak bermaksud merendahkan. Saya hanya berpikir apa yang saya berikan nanti, cukup sepadan dengan kesediaan Abang. Bukannya begitu?"
"Tapi maaf. Saya memilih tetap konsisten pada keputusan awal, dan saya harap Mbak bisa menghargai itu."
Dewa masih berusaha menahan diri menghadapi Tika-perempuan keras kepala yang sebenarnya sudah cukup membuatnya muak. Bagaimana tidak, belum genap dua jam bersama, Dewa merasa otot-otot lengannya menegang kaku lantaran harus mempertahan bersikap tenang. Kendati sebenarnya gemuruh di dalam sana sudah siap diledakkan, bahkan sejak Tika mengutarakan keinginannya.
Selain itu, Dewa juga menyesali keputusannya telah mendatangi Tika, tanpa pernah memperhitungkan hal tersebut bisa saja terjadi.
"Katakan. Apa yang bisa membuat Abang berubah pikiran?"
Desahan kasar kembali lolos dari mulut Dewa. Tika terlalu sembrono dengan menanyakan sesuatu yang bisa sangat membahayakan dirinya sendiri.
Tidakkah Tika sadar seberapa besar resiko atas pertanyaan tersebut?
Rasanya cukup mustahil, perempuan cerdas seperti Tika tidak bisa memperhitungkan sebab akibat dari tindakan yang sudah dilakukan. Tapi melihat seberapa keras Tika memaksakan kehendak, Dewa semakin waspada. Sudah pasti ada alasan yang mendasari Tika melakukan semua itu.
Namun, apapun masalah Tika, Dewa tidak ingin tahu, apalagi peduli. Perempuan itu sangat merepotkan dengan keinginannya yang dirasa, konyol.
"Saya akan menyiapkannya sekarang juga. Katakan. Berapa yang Abang inginkan?" lanjut Tika yang seketika menyentak punggung Dewa.
Sikap congkak Tika benar-benar melukai harga diri Dewa yang setinggi langit. Apa perempuan itu pikir harta yang dia miliki bisa membeli segalanya? Hingga ia rela merendahkan diri untuk bisa mendapatkan sejumlah uang?
"Tidak heran jika orang sepertimu menganggap segalanya bisa dibeli dengan harta. Tapi maaf. Seberapa banyak Mbak menawarkannya kepada saya, itu tidak akan merubah apapun."
Sayangnya alih-alih responsif, Tika justru semakin menjadi. "Yakin dengan jumlah yang mencapai ratusan juta tidak bisa membuat Abang berpaling? Seratus juta, dua ratus juta, atau lima ratus juga? Jangan sungkan untuk memberitahu saya. Katakan saja, hm."
Semakin jengah, Dewa seketika terjingkat berdiri ingin segera pergi. Tika sudah sangat keterlaluan, dan melampaui batas.
"Jika Abang berniat pergi selangkah pun dari sini, saya akan berteriak. Bisa dipastikan apa yang terjadi setelahnya."
"Cih! Berani mengancam saya?" kata Dewa disertai senyum sinis. "Jangan melampaui batasanmu, saya bisa saja hilang kendali dan pastinya kau yang akan menyesal."
"Perlu diingat lagi, Abang ada di tempat saya. Tentunya saya yang lebih memegang kendali."
Berdecak kesal, Dewa tengah matian-matian menahan amarah yang semakin membumbung tinggi. Sikap Tika tidak bisa ditolerir lagi. Bukan hanya terlalu keras kepala, tetapi Tika juga sudah sangat berani bertindak dan mengambil keputusan. Perempuan ceroboh yang sebenarnya telah mengabaikan keselamatan sendiri demi memuaskan hasrat pada satu tujuan lain, dan Dewa menyebutnya konyol.
Jika saja Tika laki-laki, maka akan lain cerita. Dewa tidak perlu menahan diri untuk langsung memberinya pelajaran. Tidak seperti sekarang yang sedang ia lakukan.
"Ternyata benar, sesuatu yang terlihat indah di luar, belum tentu sama dengan apa yang ada di dalam," lirih Dewa penuh penekanan. Ia sudah sangat muak menghadapi kegilaan Tika.
"Terkadang seseorang bisa menghalalkan segala cara demi suatu tujuan. Memilih egois dengan mengorbankan orang lain. Bukankah sudah seperti hukum alam? Jika ada yang dirugikan, tentunya ada pihak lain yang diuntungkan. Benar begitu?"
Jawaban Tika tak urung membuat Dewa bertambah kesal. Ditatapnya nyalang perempuan itu yang sedang berjalan pelan memutari meja bundar, penghalang mereka.
"Begitu juga dengan saya," lanjut Tika disertai senyum licik.
Dewa segera memalingkan wajah, bukan hanya tidak ingin melihat wajah menyebalkan Tika. Tetapi juga keberanian perempuan itu yang mengambil jarak begitu dekat dengannya, mampu memunculkan sengatan-sengatan kecil yang membuatnya berubah gelisah.
Meski dengan tinggi tubuhnya hanya sebatas bahu Dewa, tidak ada keraguan sedikitpun di wajah Tika untuk balas menatap dingin lelaki itu. Tindakan sembrono yang sebenarnya tidak ia sadari telah mengusik kelelakian Dewa.
"Apapun itu bukan urusan saya, dan sekali lagi saya tegaskan! Saya tidak mau terlibat dalam masalah Mbak yang sama sekali tidak saya inginkan."
Bisa melihat wajah cantik Tika, serta semua keindahan yang perempuan itu miliki dengan jarak sedekat itu, iblis dalam diri Dewa semakin meronta. Sesuatu yang tidak Tika ketahui, bahwasanya lelaki muda yang bersamanya itu bukanlah pemuda polos yang hanya cukup memandangi dirinya tanpa menuntut sesuatu yang lebih.
"Tapi saya bisa melihat raguan di wajah Abang. Benarkah Abang masih tetap teguh sekarang?"
Sialan. Dewa hanya bisa menegang kaku saat Tika terus merapatkan diri padanya. Bisa berakibat fatal jika ia tidak segera menghindar.
"Tidak sepantasnya perempuan bermartabat seperti Mbak melakukan ini pada laki-laki asing."
Glek!
Seakan tamparan keras menyadarkan Tika yang langsung berpaling dan menjauh.
"Saya tahu Mbak tidak seperti itu. Jangan merendahkan diri lebih dari ini."
Tika hanya mampu tertunduk malu. Kalimat pamungkas Dewa benar-benar telah menghujam tepat ke ulu hati. "Silahkan cari laki-laki lain yang mau menerima tawaran itu, permisi." Dewa bergegas pergi. Ia butuh pengalihan atas apa yang sudah mempengaruhi benaknya.
Namun, baru beberapa langkah menjauh, kalimat Tika seketika menghentikannya.
"Karena saya tahu Abang orang baik. Abang tidak seperti mereka yang menganggap uang segalanya. Untuk itu saya berani bertindak sejauh ini."
Naasnya bukan hanya suara bergetar Tika yang mampu menggelitik telinga, tapi juga pernyataan perempuan itu yang terlalu dini menyimpulkan dirinya orang baik. Tak urung membuat Dewa mendenguskan senyum geli.
"Terlalu naif menilai saya baik bahkan di pertemuan pertama yang singkat ini. Saya yakin Mbak akan menyesali keputusan hari ini di lain waktu."
"Tidak akan. Terserah bagaimana tanggapan Abang tentang penilaian saya. Tapi saya yakin. Abang memiliki hati yang baik."
Semakin geli dengan pujian yang Tika lontarkan, Dewa menggaruk satu alis yang tiba-tiba gatal seraya membalik badan. Sebenarnya ia merasa kesal telah dipermainkan, tetapi pujian demi pujian Tika tak urung membuat kesalahan itu sedikit teralihkan.
"Maaf atas sikap saya yang sudah menyinggung Abang tadi. Sungguh, saya tidak bermaksud merendahkan ataupun melukai harga diri Abang. Saya hanya berpikir setiap tindakan tetap harus mendapat imbalan yang sepadan, itu saja. Sekali lagi saya minta maaf," ungkap Tika tulus disertai gurat penyesalan.
Ia telah salah menduga dengan menganggap Dewa seperti laki-laki lain yang rela melakukan segalanya hanya demi harta. Penolakan Dewa seakan membuka matanya, jika penampilan berandal lelaki itu bukanlah cerminan yang sebenarnya. Karena itulah Tika merasa bersyukur, Inez telah mencarikan dirinya seseorang yang tepat.
"Jadi semua itu hanya-"
"---maaf. Saya tahu sudah keterlaluan," sela Tika.
"Lantas, bagaimana dengan permintaan Mbak tadi?"
Berhasil menguasai diri, sekarang Dewa merasa gemas dengan Tika yang lebih banyak menunduk. Dimana keberanian yang beberapa saat lalu ia lihat.
"Sebenarnya itu-"
Brak! Brak
Tiba-tiba suara gedoran pintu yang disertai teriakan seseorang mengejutkan keduanya. Dewa mengerutkan alis saat melihat kepanikan di wajah Tika.
"Siapa itu yang datang?"
"Emm... itu, anu, dia.."
"Tika buka pintunya!! Aku tau kau ada di dalam!! Keluar Tika atau aku akan masuk dengan caraku!!"
Zoya Raveena 20 tahun, gadis pecicilan yang gemar taruhan, apapun ia jadikan bahan taruhan. Hingga suatu hari dirinya kalah bertaruh dan mendapat hukuman harus berani meminta seorang pria dewasa yang berpenampilan era delapan puluhan menjadi kekasihnya di depan umum. Danu Atmadja 35 tahun, pewaris kerajaan bisnis Atmadja group. Pria tampan yang memiliki tubuh atletis, namun selalu berpenampilan jauh dari kesan kekinian karena suatu alasan. Saat benih cinta sudah tumbuh dan subur dihati keduanya, kemunculan orang dari masa lalu mampu menghancurkan semua hubungan. Bagaimana keseruan mereka sampai akhirnya cinta tumbuh dihati keduanya? Dan seperti apa perjuangan mereka dalam mempertahan cinta saat badai gelombang datang menghantam? Ikuti keseruan dan perjuangan hingga kebahagian yang sesungguhnya mereka rasakan? Cekidot
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.
Sakit hati karena ditinggal pergi oleh kekasihnya, Kayla akhirnya membalaskan dendamnya karena ulah Miranda lah ia dan Bisma harus berpisah. Jason, pria tampan dengan sejuta pesona berhasil terpikat oleh wajah cantik dan seksi Kayla yang melamar kerja sebagai sekretaris pribadinya. Dengan tambahan Kayla akan memuaskan hasrat Jason yang bisa ia lakukan lebih dari Miranda.
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?