Unduh Aplikasi panas
Beranda / Sejarah / Kisah Tenggelamnya Kapal4d Van Der Wijick
Kisah Tenggelamnya Kapal4d Van Der Wijick

Kisah Tenggelamnya Kapal4d Van Der Wijick

5.0
1 Bab
68 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Nama Van der Wijck berasal dari nama Gubernur Jenderal Hindia yang memerintah tahun 1893 hingga 1899. Gubernur tersebut bernama Jonkheer Carel Herman Aart Van Der Wijck. Kapal4d Van de Wijck adalah kapal penumpang yang mewah dan indah. Carel Herman merupakan seorang Belanda yang lahir di Ambon pada 29 Maret 1840 dan meninggal di Baarn, 8 Juli 1914. Semasa hidupnya, Carel Herman pernah melaksanakan tugas dan operasi “Pengendalian Lombok” di bawah perintah Ratu Emma van Waldeck-Pymont.

Bab 1 Kisah Tenggelamnya Kapal4d Van Der Wijick

Novel Tenggelamnya Kapal4d van der Wijck merupakan novel sastra Indonesia karangan Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih populer dengan nama pena Hamka atau Buya Hamka. Novel ini awalnya merupakan cerita bersambung yang terbit pada 1938 dalam majalah Pedoman Masyarakat. Kemudian dikumpulkan dan diterbitkan di Medan sebagai sebuah novel pada 1939 lewat penerbit milik kawannya M. Syarkawi. Mulai terbitan ketiga hingga delapan sejak 1951, Hamka beralih ke Balai Pustaka saat penerbit ini sudah dimiliki negara.

Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan novel yang kental dengan penggambaran budaya Minangkabau. Pembaca dapat mengenal berbagai aturan dalam adat Minangkabau, dari mulai hubungan antara mamak (paman) dan kemenakan (keponakan), aturan perkawinan adat, budaya merantau, hingga pembagian harta warisan. Penggambaran budaya Minang dalam novel ini tidak bisa dilepaskan dari asal-usul sang penulis yang lahir di budaya matrilineal. Hamka yang merupakan keturunan seorang pemuka agama Islam bernama Haji Abdul Karim Amrullah ini banyak menuliskan buku yang bersifat keagamaan seperti Tafsir Al-Azhar dan Kedudukan Perempuan dalam Islam, serta kisah dengan infusi unsur Islam seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah..

Hamka juga turut mempraktikkan budaya merantau di usia sangat m’uda. Ia sempat tinggal di Jawa untuk melihat kehidupan masyarakat muslim yang bertujuan memajukan umat Islam. Ternyata umat muslim di Jawa berbeda dengan di Minangkabau yang menurutnya hanya berkutat dalam perdebatan praktik Islam. Hamka fasih berbahasa Arab, juga sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah yang membuka pandangannya akan kehidupan Islam di sana. Kemudian ia merantau ke Medan dan Makassar tempat Hamka menggali bakat menulisnya.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY