Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Pemuas Para Tetangga
Pemuas Para Tetangga

Pemuas Para Tetangga

5.0
16 Bab
609 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

KHUSUS TETANGGA DEWASA

Bab 1 Tetangga

Setelah istriku melahirkan, sebulan yang lalu, otomatis aku tidak bisa melakukan hubungan badan dengannya, dan aku pun berpikir itu memang sebuah kewajaran, semua orang pun mengalaminya.

Aku termasuk lelaki yang sedikit hypersex pun tetap menyadarinya hingga onani menjadi satu-satunya jalan terbaik untuk melampiaskan hasrat seksualku yang rada ugal-ugalan.

Semua berjalan baik-baik saja, sampai aku berkenalan dengan tetangga agak jauh, ia seorang ibu rumah tangga muda berusia sama dengan istriku. Dia sudah menikah selama tiga tahun, namum belum dikarunia anak. Namanya Irda, orangnya cantik, berkulit putih dengan ukuran badan yang ideal sesuai dengan tingginya.

Dari pertemuan pertama sampai pertemuan yang keempat, semuanya masih berjalan dalam batas-batas yang wajar, hanya sekali-kali aku memberanikan diri untuk membuka topik pembicaraan yang mengarah kepada hal-hal yang berbau seks. Terlebih lagi Irda juga sudah tahu kalau saat itu aku sedang dalam masa puasa bersetubuh dengan istriku.

Pada pertemuan berikutnya, aku iseng mengundang Irda makan siang di tempat yang santai dan hanya kami berdua.

"Kenapa harus di tempat khusus, Mas?" tanya Irda penasaran tapi terkesan senang.

"Hanya untuk keamanan masing-masing pihak mengingat status, agar tidak membawa masalah pada urusan rumah-tangga masing-masing," jawabku, dan akhirnya kami sepakat check-in di sebuah motel yang lux dengan fasilitas whirpool dalam kamar.

Habis menyantap makan siang, kami berdua bercerita ke sana-kemari dengan iringan sentuhan-sentuhan kecil yang sengaja aku lakukan, dan ternyata Irda kelihatan merasa tidak keberatan dengan apa yang aku lakukan. Kemudian aku mulai membelai tengkuknya dan menyentuh bagian belakang daun telinganya dengan sentuhan-sentuhan yang lembut.

Irda menikmatinya dengan memejamkan mata dan terdengar lirihan kecil dari bibirnya. Kupalingkan wajah Irda menghadap mukaku, dagunya kuangkat sedikit sehingga bibirnya tepat berhadapan dengan bibirku, dengan lembut kukecup bibirnya, sekejap Irda tersentak kaget, tapi aku terus mengulum bibirnya dan mulai memainkan lidahku.

Desah napas Irda mulai meninggi, dan dia mulai membalas ciumanku. Cukup lama kami menikmati adegan ciuman ini, desah napas Irda semakin tidak teratur ketika tanganku mulai membuka kancing bajunya satu-per satu dan meraba payudaranya dengan sentuhan halus pada pangkal bukitnya. Irda mulai menggelinjang, napasnya berat tak beraturan, tanganku semakin menggila meremas dan memilin puting payudaranya.

Terlepas sudah baju atas Irda, dan dengan mudah aku tanggalkan behanya. Sepasang bukit indah dengan puting yang berdiri tegak tampak di hadapanku, tak kuasa aku untuk tidak menjilat dan mengisapnya. Terlebih sudah hampir dua bulan tak mendapatkan dari Riri, istriku.

Oh, ternyata payudara Irda adalah salah satu bagian daerah sensitifnya. Penisku tegang sekali, tetapi aku berusaha untuk tetap memegang kendali permainan ini. Rok mini Irda telah aku tanggalkan, hanya tinggal celana dalam warna pink yang tersisa di tubuhnya. Tanganku mulai menyelinap ke balik celana dalam Irda, dan ternyata vaginanya telah membasah, dengan pasti tanganku yang sudah terlatih memainkan clitnya, kupilin-pilin dan kugosok-gosok dengan ujung jariku.

Irda meronta liar, dan erangan luapan rasa nikmatnya keluar tanpa sadarnya dengan keras sekali, namun seketika itu juga dia mencoba menahannya dengan menutupkan bantal di mukanya. Dari pengalamanku bercinta dengan wanita saat belum menikah dengan istriku, aku mengetahui bahwa Irda adalah jenis wanita yang suka dengan lepas bebas mengeluarkan rasa nikmatnya sewaktu melakukan hubungan seks.

"Irda, jangan kamu tutupi mukamu dengan bantal, Mas Adit tahu bahwa kamu menyukai hal ini, keluarkan rasa nikmatmu dengan bebas dan lepas," kataku.

"Aku malu, malu sekali, Mas," jawabnya.

Aku tidak memberikan komentar, malah dengan agresifnya kujilat puting payudaranya dan aku melihat Irda menahan rasa gairahnya dengan mencengkram keras alas tempat tidur. Kutelusuri ketelanjangannya dengan lidahku, mulai dari bagian payudara dan berhenti pada pangkal vaginanya.

Irda meronta dan berusaha untuk tidak mengeluarkan erangan kenikmatannya dengan cara mengelinjang dan menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Tapi meskipun tidak sekeras yang pertama, pada akhirnya Irda mengerang juga.

"Oooh its so nice, Mas Adit."

Posisi bibirku masih berada di sekitar pangkal vaginanya, aku mainkan lidahku menjilati pangkal vagina Irda, menurun mendekati clitorisnya, dan akhirnya aku jilat dan kuhisap dengan buasnya clit Irda tanpa henti.

"Oh, Mas Adit, please fuck me....!" Irda memohon, tetapi aku tetap saja melanjutkan mempermainkan clitoris Irda dengan ujung lidahku.

Dengan kematangan pengalamanku mencumbu wanita, meskipun penisku sudah begitu tegang, aku masih tetap berusaha untuk menguasai diriku agar tidak cepat-cepat terangsang untuk dengan segera menyetubuhi Irda.

Aku ingin agar Irda benar-benar merasakan bahwa bermain cinta dengan lelaki yang jauh lebih berpengalaman akan memberikan kenikmatan yang lebih, khususnya kalau dia membandingkan kemahiranku di dalam soal seks dengan suaminya yang umurnya tiga puluh tahun lebih tua dariku. Menurut ceritanya Irda menikahi seorang duda yang sudah agak tua karena perjodohan.

"Mas Adit..., cepat masukin aku sudah tidak kuat lagi," Irda merintih lagi. Pada kali ini aku dengan sigap memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

"Ohh..." Irda melepaskan rintihan rasa nikmatnya ketika penisku mulai memasuki vaginanya. Aku mulai menggoyangnya, dan aku lihat Irda terus merintih kecil sambil memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang aku berikan.

Berbagai macam gaya telah aku berikan untuk memuaskan Irda, tetapi dia belum juga mencapai orgasme, sehingga aku merasakan bahwa Irda mulai merasa keletihan demikian pula diriku, sehingga aku mengajaknya untuk beristriahat sebentar.

Pada kesempatan istriahat tersebut aku bertanya, "Ir, kamu kok sedemikian lama masih juga belum orgasme, apakah Mas Adit tidak memuaskan kamu?"

"Mas Adit, kamu hebat sekali," jawab Irda.

"Tetapi, pada kenyataannya kamu belum orgasme, please jangan basa-basi Ir. Ada apa yang salah?" tanyaku penasaran.

Sejenak Irda diam saja.

"What's wrong Irda, please tell me!" pintaku lagi.

"Mas Adit, aku juga tidak tahu mengapa setiap kali making love dengan suamiku, aku belum pernah sekalipun mencapai orgasme, padahal dia cukup telaten merangsangku. Yang aku sering lakukan hanyalah melakukan pura-pura orgasme untuk memuaskan suamiku itu," tuturnya.

"Apakah suami kamu termasuk laki yang cepat 'keluar?'" tanyaku mengingat usia suaminya sudah tua.

"Walau sudah tua dia masih sangat perkasa. Kalau dibandingkan Mas Adit, dia kalah lama, tapi 10-15 menit dia masih bisa bertahan," katanya.

Kalau melihat begitu liarnya Irda di tempat tidur aku rasa waktu fucking 10-15 menit akan cukup membuat Irda orgasme beberapa kali, tapi pada kenyataannya Irda malah belum pernah orgasme sekalipun selama dia making love dengan suaminya dan suaminya itu masih sangat perkasa.

Aku pikir musti ada yang salah pada diri Irda, atau dia menyembunyikan sesuatu yang sangat mempengaruhi pikirannya sehingga setiap kali making love dengan suaminya pikiran itu mengganggunya.

"Ir, Mas Adit mau Irda menjawab dengan jujur pertanyaan Mas ini. Apakah Irda sewaktu married masih dalam keadaan virgin atau tidak?" tanyaku.

Sejenak dia hanya terdiam.

"Oke Mas, aku mau cerita tapi ini sangat rahasia," katanya.

"Oke, percayalah aku bisa jaga rahasia, carry on I'm listening," kataku.

"Sewaktu married memang aku sudah tidak virgin lagi, dan itu aku ceritakan sama calon suamiku sekitar tiga bulan sebelum married. Dia tetap mau menikahiku, karena dia mengatakan bahwa mencintaiku secara keseluruhan, bukan hanya virginitas saja."

"Oke," responku.

"Saat itu aku sangat bahagia. Walau dia sudah tua tapi sangat baik dan tahu bahwa aku bukan perawan lagi, tetap selama pacaran dia hanya melakukan seks sebatas peting and necking saja samaku, tidak lebih. Dia berkata bahwa dia belum pernah sekalipun making love diluar nikah dan hanya mau melakukannya kalau sudah sah."

"Good man!" timpalku.

"Aku benar-benar merasa tersanjung dan makin mencintai dia. Tapi setelah kami menikah, seperti yang aku katakan, setiap kali making love tidak pernah bisa orgasme. Hanya sampai pada tingkat gairah dan rangsangan yang luar biasa saja, setiap kali rasanya mau orgasme ada sesuatu yang menekan dan menggangu pikiranku," tuturnya.

"Ir, Mas Adit sekarang ingin dengar cerita Irda sewaktu pertama kehilangan keperawanan itu," kataku.

"Aku diperawanin pada waktu berumur 17 tahun kelas 2 SMA. Ketika itu aku punya pacar berumur 22 tahun, anak ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta. Kejadiannya sewaktu aku telah selesai berenang di rumahnya, aku berganti pakaian di kamarnya dan setelah itu aku diajak nonton film porno."

"Oh ya?"

"Iya, aku suka filmnya dan tanpa terasa sangat terangsang dengan setiap adegan yang dilihat dalam film tersebut. Mas Dodi pacarku, kelihatannya sudah agak biasa dengan film-film seperti itu, sehingga dia kerjanya hanya godain aku sambil ketawa-ketawa." Dan akhirnya Irda menceritakan dengan lengakap apa yang terjadi setelah itu.

Setelah selesai menceritakan bagaimana dia diperawanin oleh pacarnya dengan sangat mantap dan menyenangkan, Irda terdiam sambil memejamkan matanya. Aku sendiri sengaja mendiamkannya untuk beberapa saat. Dari kaca yang terpasang di atas tempat tidur aku lihat, dalam keadaan masih telanjang, begitu putih dan indah bentuk tubuh Irda dengan bentuk payudara yang masih kencang.

Tanpa sadar aku membayangkan diriku sendiri yang menjadi Dodi, kekasih Irda dan terbayang di dalam benakku bagaimana seru dan nikmatnya bersenggama dengan seorang gadis perawan yang masih berumur 17 tahun. Lamunan tersebut membuat penisku mulai bangkit kembali dan tanganku tanpa dapat ditahan lagi sudah mendarat di payudara Irda.

Dari cerita Irda tersebut aku dapat menangkap bahwa pengalaman pertamanya dalam making love dapat membuat Irda mencapai orgasme berganda alias multiple orgasm, meskipun pada awalnya khawatir, dan ini wajar bagi seorang gadis perawan, memiliki rasa was-was dan takut di dalam melakukannya.

Dan aku sangat yakin jika Irda sangat terkesan dengan Dodi karena permainannya yang liar dan bebas berekspresi, termasuk biasa mengeluarkan kata-kata vulgar nan kotor. Sementara suaminya justru memperlakukan Irda laksana putri keraton yang lemah lembut saat sedang bercinta. Rupanya Irda tak bisa lepas dari bayangan Dodi yang brutal dan liar saat sedang bercinta.

Dengan keyakinanku itu tanpa sadar secara agak kasar aku mulai remas-remas payudaranya, dan Irda membuka matanya sambil tersenyum manis sekali dan sangat menggairahkan. Aku jilat putingnya, mulai dari yang sebelah kiri sampai yang kanan, dan mulai dari pangkal sampai ke bukitnya. Berulang kali aku lakukan itu, sampai terdengar keluhan rasa nikmat keluar dari mulut Irda.

Aku telusuri tubuh putih telanjang ini mulai dari leher sampai pada bibir vaginanya. Irda mulai meronta kembali. Kakinya dia angkat sendiri membentuk huruf V, sehingga tonjolan clitorisnya sangat jelas menantang untuk dihisap. Aku mengerti keinginannya, lidahku mulai menari-nari menggelutinya. Irda mengerang sambil berkata

"Mass... aku suka sekali dijilati itilku aaaah."

Ya, benar dugaanku Irda suka berbicara bebas saat terangsang birahinya.

^*^

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 16 Tetangga   Kemarin18:26
img
1 Bab 1 Tetangga
27/05/2025
2 Bab 2 Tetangga
27/05/2025
3 Bab 3 Tetangga
27/05/2025
4 Bab 4 Tetangga
27/05/2025
5 Bab 5 Tetangga
27/05/2025
6 Bab 6 Tetangga
27/05/2025
7 Bab 7 Tetangga
27/05/2025
8 Bab 8 Tetangga
27/05/2025
9 Bab 9 Tetangga
27/05/2025
10 Bab 10 Tetangga
27/05/2025
11 Bab 11 Tetangga
Hari ini02:06
12 Bab 12 Tetangga
Hari ini02:07
13 Bab 13 Tetangga
Hari ini02:07
14 Bab 14 Tetangga
Hari ini02:08
15 Bab 15 Tetangga
Hari ini02:08
16 Bab 16 Tetangga
Hari ini02:09
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY