/0/17261/coverbig.jpg?v=211dec2471a438566a136d1b977f0108)
Shifra Zwetta adalah seorang gadis belia dua puluh satu tahun. Hidup miskin dan sudah yatim piatu sejak lahir sangat beruntung menikah dengan seorang pria dari keluarga kaya. Elzien Kagendra adalah seorang pria mapan berusia 30 tahun yang jatuh cinta pada Shifra. Anak pertama dari keluarga terpandang dan memiliki kekuasaan besar dalam perekonomian dunia. Keduanya menikah dan hidup bahagia di tengah kesibukan mereka. Shifra yang masih berstatus mahasiswi sebuah Universitas ternama harus menyelesaikan kuliahnya hingga gelar sarjana didapat. Elzien pun sibuk dengan bisnis internasionalnya. Suatu ketika kecelakaan membuat Shifra harus berpisah dengan sang suaminya. Kehidupannya berubah drastis semenjak ditinggalkan suaminya. Termasuk sikap ayah mertua dan adik iparnya yang memperlakukan layaknya pelayan di rumah peninggalan sang suami. Karena sebuah kesalahan satu malam, dia akhirnya terpaksa menikah lagi. Beberapa tahun kemudian Elzien muncul kembali di hadapan Shifra yang telah memiliki anak. Shifra harus dihadapkan pada dua pilihan sulit antara suami pertamanya atau suami keduanya yang terlanjur mempunyai seorang buah hati. *** "Nggak mungkin aku menikah lagi! Aku masih istri sah Mas El!" "Dia sudah meninggal! Dan sudah lewat lima bulan kamu masih menunggunya? Bagaimana kamu hidup di luar sana dalam keadaan hamil tanpa suami seperti itu?!" "Aku akan tunggu sampai anak ini lahir dan tahu apakah ini anak kamu atau anak Mas Elzien! Aku nggak percaya ini anak kamu! Aku hanya melakukannya pada Mas El, bukan dengan kamu!" "Tapi kenyataannya kamu memang akulah yang berada di sisimu saat kamu mendesahkan nama Elzien, Shifra! Kamu nggak sadar kalo semua itu nyata? Kamu melakukannya denganku malam itu!" *** Bagaimana hukum pernikahan pertama jika seorang istri ditinggal selama bertahun-tahun kembali dan mendapati sang istri sudah menikah dengan pria lain? Masih adakah cinta dalam hati Shifra untuk suami pertamanya? Ataukah dia akan berpaling dari suami pertama dan memilih suami keduanya? Siapakah yang akan bertahan menjadi suami satu-satunya?
"Ish ... Mas! Ini sakit banget," rengek seorang wanita yang menggeliat tak nyaman di atas ranjang big size dengan seorang pria memeluk perutnya dari belakang.
"Iya, makanya hari ini kamu di rumah aja, ya? Temani Mas ke suatu tempat, hem?" balas suara serak khas bangun tidur seorang pria yang bergulung dengan satu selimut dengan wanita itu.
"Tinggal ujian terakhir hari ini, Mas. Masa harus bolos? Kan sayang banget kalo harus ngulang minggu depan?" Wanita itu berbalik menghadap pada pria yang dengan cepat mengecup kening istri kecilnya.
Shifra Zweeta seorang mahasiswi cerdas dan cantik juga sholehah mampu membuat seorang Elzien Kagendra menjadi budak cintanya. Pria tiga puluh tahun yang sudah matang secara materi itu, harus menahan gejolak has-ratnya sebagai seorang laki-laki selama dua tahun menikah dengan Shifra.
Sebuah perjanjian pra nikah yang dibuat agar menunda malam pertama karena Shifra masih kuliah. Tak mau mengganggu aktivitas menempuh pendidikannya hingga sarjana, wanita itu masih terjaga kehormatannya. Meski sudah dua tahun menikah, Elzien tetap berusaha menepati janjinya itu.
Beberapa hari ini entah ada angin apa, Elzien meminta haknya sebagai seorang suami. Dengan alasan sudah terlalu lama menunggu dan Shifra sudah semester akhir kuliahnya. Tinggal ujian akhir hari ini dan akan mengajukan judul skripsinya awal bulan nanti.
"Kamu pasti nggak nyaman karena semalam, Sayaaang ...." Elzien mencium pipi istrinya hingga merona.
"Iya, sakit. Insya Allah masih bisa ditahan, kok. Mas ih! Aku jadi nggak pede nih ke kampus!" omel Shifra cemberut dan mencubit perut suaminya yang langsung mengaduh.
Wanita yang baru pertama kali merasakan romansa panjang dengan kehalalannya itu beringsut turun dari ranjang. Menahan sedikit nyeri di panggul dan bagian inti bawah tubuhnya. Dia meringis dan menarik selimut tebal menutupi tubuhnya. Menyeret kain berwarna putih itu dengan tertatih menuju kamar mandi.
"Yakin bisa sendiri, Sayang?"
"Mas ih! Jangan diledekin! Aku kapok! Sekali aja ini!" gerutu Shifra memanyunkan bibirnya sambil terus melangkah perlahan.
---
"Mas El nggak ngantor?"
Sapaan adik Elzien menyambut langkah sepasang suami istri itu menuju meja makan keluarga Haribawa.
"Mas mau jalan-jalan, bulan madu! Nggak usah bawel! Tugas kantor aku serahin ke kamu, Javas!" Elzien menjawab pertanyaan adik perempuan sekaligus memerintah adik laki-lakinya menggantikan pekerjaan di kantor.
"Lah??? Kalian mau ninggalin ujian terakhir Shifra, demi bulan madu?" Zora yang satu kampus beda jurusan dengan kakak iparnya itu keheranan.
"Kita berangkat abis aku selese nanti, Kok. Iya kan, Mas?" sahut Shifra menatap suaminya mencari kejelasan.
"Emang mau kemana, El? Nggak bisa besok saja?"
"Enggak, Pa. Besok kan hari Jumat? Hari pendek buat jalan-jalan. Jadi hari ini nanti, aku anter Shifra ke kampus dulu trus ketemu klien sebentar dan langsung berangkat. Cuma ke puncak, malam paling udah sampai rumah lagi, kok." jawab Elzien menatap Papanya yang mengangguk.
"Gue ikut Lo ya, Mas? Biasa ... masuk bengkel lagi si Sexy Blacky. Nanti pulangnya anterin sekalian jemput dia!" Javaz mengerlingkan matanya pada sang kakak menyebutkan julukan untuk motor sport kesayangannya.
"Yeee ... makanya punya pacar atau cari istri gitu dong, Mas! Gangguin Mas El dan Shifra berduaan aja, sih?" ledek Zora, bungsu keluarga Haribawa.
'Calon istri gue udah nikah sama kakak gue!' Batin Javas mengepalkan tangan di bawah meja.
___
Pukul sebelas siang, sebuah mobil mewah sudah terparkir di salah satu halaman fakultas di Universitas tempat Shifra menimba ilmu. Seorang pria berjambang tipis sudah berkali-kali melirik jam tangan seharga ratusan juta di tangannya dengan decakan pelan. Berganti menatap ke salah satu lorong menuju kelas istrinya, entah sudah yang keberapa kalinya. Dia tak sabar menantikan kemunculan sosok gadis manis yang mampu meluluhkan hatinya itu.
Senyumnya merekah saat langkah kaki sedikit berlari dari sebuah pintu kelas tertangkap indera penglihatannya. Kakinya tak sabar menyongsong tubuh kecil yang tingginya hanya sebatas dada itu. Pelukan hangat dengan sedikit memutar tubuh istrinya menjadi sambutan yang berhasil menggemuruhkan seluruh lorong. Teman-teman Shifra menyoraki pasangan yang terlampau bucin di depan kebanyakan mahasiswa jomlo di sana.
"Mas El! Apa-apaan, sih? Malu-maluin aja!" Shifra melepaskan diri dan berjalan cepat menundukkan kepala menutup dengan buku.
Wajahnya sudah merah padam menahan malu karena tingkah suaminya.
"Kita nggak pulang dulu aja, Mas? Paling nggak aku ganti baju dulu, kan?" tanya wanita berhijab lebar itu menoleh pada sang suami yang tampak mengarahkan mobilnya bukan ke arah rumah.
Setelah sebelumnya Javaz, adik laki-laki Elzien memberi pesan agar tak menunggunya. Dia sudah bersama temannya menuju bengkel tempat nongkrong geng motor.
"Mau ganti dulu? Atau ... kita sekalian mandi bareng lagi di hotel?" bisikan manja Elzien mendekat ke wajah Shifra yang langsung merona.
"Mas! Nggak usah aneh-aneh, deh! Nyetir yang bener!" Shifra memukul lengan suaminya yang berada di bahunya.
"Iya ... Sayaaang!" balasnya mengelus pipi Shifra lembut sambil terkekeh.
Perjalanan mereka selama lima belas menit terasa sangat cepat disela obrolan kecil diselipi gombalan Elzien pada Shifra. Menikah tanpa pacaran karena Shifra terus menghindari lamaran pria itu. Hingga akhirnya Elzien menyodorkan sebuah surat perjanjian untuk tidak akan pernah menuntut haknya sebagai suami sampai Shifra lulus kuliah. Kesepakatan dibuat dan hari ini tepat dua tahun usia pernikahan pasangan beda usia sembilan tahun itu.
"Gimana kalo aku langsung hamil, Mas? Aku belum siap lho ...," rengek Shifra saat suaminya menuntut lagi setelah sampai di sebuah villa pribadi Haribawa.
"Bagus, dong ... apa yang kamu takutkan, hem? Suamimu ini kaya tujuh turunan bahkan mungkin hingga seratus keturunan." Elzien tertawa lebar dan kembali memeluk wanita yang memunggunginya.
"Mas janji nggak akan pernah ninggalin Shifra, kan? Aku takut--"
"Ssstttt ... apa yang kamu katakan? Jangan pernah berpikiran buruk, Sayaaang. Meski aku pergi ke ujung dunia sekali pun, aku pasti akan kembali ke tujuan hidupku. Kamu, Shifra Zwetta, istriku ...," balasnya membalikkan tubuh Shifra menghadapnya.
Sebulir air mata membasahi pipi wanita berparas ayu itu. Tatapan matanya sendu dengan banyak pertanyaan di benaknya.
"Apa yang kamu pikirkan, Sayaaang?"
"Kenapa Mas berikan seluruh aset keluarga Kagendra padaku? Mas benar-benar ingin pergi meninggalkanku?" isaknya tak mampu lagi menahan sesak di dada.
Tangan kekar Elzien merengkuh tubuh mungil istrinya yang terisak semakin dalam. Pria itu memejamkan mata dan mengembuskan napas panjang. Dia tak menjawab pertanyaan Shifra yang semakin larut dalam isakan.
"Aku nggak menginginkan semua itu, Mas! Aku hanya ingin selamanya bersama kamu, Mas ...." Shifra menggeleng kuat di dalam pelukan Elzien yang terus mengusap kepala hingga punggung istrinya.
"Iya ... aku nggak akan ke mana-mana, Sayaaang. Memangnya mau ke mana, sih? Kenapa tiba-tiba kamu jadi gini? Ada yang mengganggumu di kampus? Atau ... ada yang mengatakan sesuatu padamu? Menjelekkanmu? Menghinamu lagi?"
Wanita itu hanya menggeleng dan tangisnya mulai reda. Sedikit memberi jarak untuk menatap wajah tampan Elzien yang tersenyum.
"Entah kenapa ... aku ...." Shifra menggeleng dan menarik napas dalam, "sebaiknya kita--"
"Sebentar, Baron telpon!" Elzien hafal betul dengan nada dering sang asisten di ponselnya yang memang dibuat khusus.
"Oke! Baiklah, tahan mereka di sana sampai aku tiba!" ucap Elzien beranjak dari ranjang dan meraih kemejanya yang berserak di lantai.
"Mas mau pergi? Aku ikut, ya?" Gegas Shifra menghadang langkah suaminya yang sudah memegang gagang pintu.
"Hanya sebentar, di pos penjagaan bawah. Kamu bisa memasak makanan untukku, hem?" balasnya mengecup kening Shifra yang kembali berembun matanya.
"Hati-hati, Mas! Mas mau makan apa?" Shifra membuang napas kasar dan berusaha menahan air mata agar tak jatuh dengan mendongak lalu berjinjit mencium pipi suaminya.
"Jangan lupa kunci pintunya, hem? Tunggu aku shalat berjama'ah Isya, ya? I Love You, My Shifra!"
Sepeninggal suaminya dari halaman villa, Shifra menuju dapur dan mulai melihat isi lemari es. Hatinya sedikit waswas sedari tadi pagi. Dia tak mau menceritakan sebuah prasangka buruk dalam kepala juga hatinya. Hanya bisa berdoa di setiap hembus napasnya agar sang suami kembali padanya.
Tiga puluh menit yang dijanjikan sudah terlewat, belum ada kabar sama sekali. Ponselnya juga lupa dibawa, bingung harus menghubungi siapa. Sebuah ketukan di pintu utama membuat ia berlarian menyambutnya.
"Apakah dengan Saudari Shifra Zwetta? Istri Saudara Elzien Kagendra?" Sosok berbadan tinggi tegap berdiri di depan pintu, sigap memberi hormat pada wanita yang sudah gemetaran menahan pintu yang terbuka setengah.
***
Bersambung ....
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.