/0/17361/coverbig.jpg?v=02ed18d5ec951a7c5577f9a36e9138b0)
Untuk biaya pengobatan Ibunya yang mengalami sakit gangguan jiwa. Dengan terpaksa Nayla Putri Anissa rela menjadi pengantin palsu mengantikan anak majikannya yang telah melarikan diri di hari menjelang pernikahan. Dengan segala rencana yang telah diatur oleh kedua majikannya itu, Nayla hanya bisa pasrah mengikuti semua arahannya. Kemudian dengan menggunakan masker untuk menutupi wajah aslinya, gadis itu akan bersiap-siap melakukan ijab kobul dengan seorang CEO muda yang tekenal sangat dingin dan arogan, yang bernama Arga Dewantara. Lalu, apakah sang calon pengantin pria bisa menyadari kalau Nayla itu bukanlah calon istrinya yang sesungguhnya? Jika tidak, apa yang akan terjadi setelah itu?
Di sebuah dapur, terlihat seorang gadis sedang sibuk menelfon dengan seseorang.
"Iya ya, Bu'de. Pasti Nay akan segera kirim uang kalau Nay udah gajian ya, Bu'de," ujarnya. "Kalau begitu Nay tutup dulu ya. Assalamualaikum."
"Huff!" Gadis cantik yang benama Nayla itu menghela nafas panjang. Dengan raut wajah yang terlihat sedih ia pun menutup teleponnya.
"Ada apa, Nay?" tanya Eni, teman satu kampung yang membawanya bekerja di rumah ini. "Apa Budemu meminta uang lagi?" tebaknya.
Dengan sangat lesu gadis berlesung pipi itu mengangguk lemas.
"Kok, Bude Rini sering banget sih minta dikirim uang sama kamu. Padahal, 'kan tiap bulan juga kamu udah selalu kirim duwit ke dia."
"Ya, mau gimana lagi? Uang itu juga untuk biaya pengobatan ibuku, Mbak."
"Emang Bude Rini minta dikirim uang berapa?"
"10 juta."
"Apaa?! Se-sepuluh juta! Gila banyak amit, Nay." Sontak Eni langsung terkejut ketika mendengar nominal yang disebutkan oleh Nayla.
Lalu, tiba-tiba saja kedua orang itu tersentak kaget, ketika mendengar ada keributan dari lantai atas. Dengan segera kedua wanita yang bekerja sebagai pelayan itu pun langsung bergegas ingin menuju ke sana.
Sementara di lantai dua. Terlihat wanita paruh baya sedang sibuk mengetuk pintu sebuah kamar.
Tok ... tok ... tok ....
"Rissa ... tolong buka pintunya, Sayang!" seru Winda sang Ibu dari Larissa itu merasa sangat khawatir dengan keadaan putrinya. Karena sudah sedari tadi ia mengetuk pintu kamarnya. Namun, putrinya itu tak kunjung mau membukanya juga.
"Kenapa anak itu belum juga membukakan pintu? Sebenarnya ke mana dia?" Rasa ketakutan mulai menyelimuti dirinya, dan pikiran buruk pun datang silih berganti hingga membuatnya cemas.
"Mah, ada apa?" tanya lelaki paruh baya yang berstatus sebagai suaminya itu dibuat kebingungan olehnya.
"Ini, Pah. Rissa dari tadi gak mau bukain pintu, Pah," jawabnya sembari menununjuk ke arah pintu kayu yang ada di hadapannya. "Mama jadi khawatir, Pah. Takut terjadi sesuatu padanya."
Seketika itu lelaki paruh baya yang bernama Aditama Putra ini ikut merasa panik. "APA! Dia tidak bukain pintu?" pekiknya kaget. "Apa-apaan anak itu? Bikin masalah saja! Apa dia gak mikir, pernikahannya hanya tinggal menghitung hari!" ujar Aditama mulai geram. Ia pun ikut mengetuk pintu.
Tok ... tok ... tok ....
"Rissa, Larissa! Buka pintunya!" teriaknya dengan suara yang cukup keras hingga terdengar menggema ke seluruh ruangan.
Sementara di sisi lain, dengan rasa penasaran dan juga ketakutan, terlihat beberapa pelayan langsung menghampiri majikannya.
"Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tau, ada apa dengan Non Larissa?" tanya salah satu seorang pelayan wanita dengan raut wajah kebingungan dan khawatir menatap keduanya.
"Dasar pelayan bodoh! Gak perlu kamu tau. Cepat panggilkan orang, suruh mereka dobrak pintu ini!" titah Aditama kepada pelayan itu.
"B-baik, Tuan." Pelayan itu segera memanggilkan dua pekerja lelaki yang ada di rumah tersebut.
Tak lama kedua laki-laki beda usia itu mendatangi tuannya itu.
"Cepat kalian dobrak pintu ini!"
Tanpa berkata apa-apa, kedua orang itu mengangguk. Lalu mereka pun bergerak mendekati pintu. Kemudian mendobraknya tanpa aba-aba.
Brakk!
Pada akhirnya pintu pun terbuka. Lalu dengan terge-gesa semua orang yang ada di luar kamar segera masuk ke dalam kamar. Dan betapa tekejutnya mereka, di saat melihat kamar itu dalam keadaan kosong melompong tak berpenghuni.
"Larissa!" pekik nyonya besar dengan wajah yang panik. "Kemana anak itu? Pah, L-Larissa di mana, Pah?" pekik Winda syok.
"Dasar anak itu ... bisa-bisanya dia kabur dari rumah yang dijaga ketat! Cepat kalian semua cari Larissa sekarang juga!" teriak Aditama memberi perintah ke semua orang.
Sontak semua orang mencari keberadaan sang anak majikan. Hingga pada akhirnya salah seorang dari mereka melihat seuntas tali yang teikat di balkon menjulur ke bawah.
"Tuan, Nyonya, liat ini!" seru salah satu pegawai laki-laki yang bekerja sebagai sopir pribadinya.
"Pah ... lihat, kayaknya Larissa benar-benar kabur dari rumah!" ucap Winda menunjukan tali tersebut. Aditama bergegas ke balkon. Benar saja, seutas tali menggelantung.
"Sial! Sejak kapan otak anak itu pintar melakukan ini semua?" gumam laki-laki paruh baya itu. "Tunggu apa lagi? Dasar bodoh, kalian! Cepat kalian semua cari anak itu sampai ketemu! Aku gak peduli kalian mau cari ke mana. Yang panting anak itu harus bisa ketemu, titik!"
"Ba-baik, Tuan!" Semua para pekerja mengangguk dengan ketakutan.
"Dan ingat, jangan pernah kembali sebelum kalian bisa menemukan anak itu, MENGERTI!" kata Aditama murka, ia menarik tali itu lalu melemparnya dengan kasar.
"Brengsek! Kenapa anak itu pakai kabur segala? Bagaimana dengan rencanaku untuk memperbesar bisnis ini?" kata Aditama kesal.
Selang beberapa menit kemudian. Di ruang tamu.
Aditama tampak bingung. Berjalan mondar-mandir di ruangan itu. Winda pun ikut bingung. Putri satu-satunya kabur dari rumah, semua rencana akan gagal karena kebodohan putrinya itu. Bisa saja, calon suami putrinya akan menuntut ganti rugi dan akan menarik semua investasi dari bisnisnya. Winda duduk dengan wajah cemas, sesekali jari-jari lentik itu memijit keningnya yang mulai pening.
"Tuan ... Nyonya ...." Dua pegawai lelaki telah kembali. Lalu di belakang mereka ada para pelayan. Aditama dan Winda menoleh. Kedua pasang mata kedua orang tua Larissa mencari sosok anaknya.
"Di mana anak saya? Apa kalian sudah menemukannya?" tanya Winda kebingungan.
Tono dan Juki menunduk lebih dalam lagi. Keduanya saling melirik dan tak ada yang mau bicara. Keduanya takut dimarahi bosnya karena belum menemukan Larissa.
"Jadi, kalian belum bisa menemukan Larissa?" ujar Aditama mulai geram.
Keduanya menggeleng.
"Bodoh! Sudah kukatakan jangan kembali sebelum kalian menemukan anak itu!" bentak Aditama berada di puncak amarahnya.
"Selama ini apa saja kerjaan kalian, hah? Bagaimana bisa Larissa sampai melarikan diri? Bukankah aku menyuruh kalian untuk selalu mengawasinya dengan ketat selama 24 jam?" pekik Aditama, sang majikan merasa sangat geram. Kata-katanya penuh penekanan dan mengintimidasi semua anak buahnya.
"Ma-maafkan sa-saya, Tuan! Ini semua adalah salah saya. Karena saya yang lalai, sehingga saya tidak bisa menjaganya dengan baik," ucap Nayla, salah satu pelayan yang ditugaskan untuk menjaga Larissa. Dengan terbata gadis itu berusaha memberanikan diri untuk menjelaskan.
"Oh, jadi semua ini karena kamu?" Dengan tatapan tajam, lelaki paruh baya itu berjalan mendekatinya.
Nayla begitu ketakutan dengan tatapan Aditama yang mengintimidasinya. Dia bergegas menundukan kepalanya.
"Coba jelaskan padaku! Bagaimana bisa Larissa bisa lolos dari penjagaanmu, huh?"
"Ta-tadi s-saya keluar sebentar, Tuan. Non Rissa ingin minum jus jeruk. Mungkin, ketika saya sedang membuat jus jeruk di dapur, Non Rissa kabur, Tuan. Dan saya benar-benar tidak tau kalau Non Rissa akan kabur dari kamarnya," ucap Nayla menceritakan bagaimana kronologis kejadian itu.
"Lalu, waktu Rissa kabur tadi, kalian semua pada ke mana, huh? Masa tidak ada seorang pun yang melihatnya?" cercar Aditama menatap tajam ke arah semua orang-orang yang sedang berada di sana. "Dan kamu Pak Satpam, bukannya kamu sedang berjaga di depan?"
Seketika itu wajah Pak Satpam langsung terlihat pucat, ia merasa sangat gugup dan juga ketakutan. "Maafkan saya, Tuan. Mungkin waktu Non Rissa kabur, sa-saya sedang berada di toilet, Tuan," jawabnya.
"ALASAN! Selalu saja kalian memberi alasan sama. Bukankah saya sudah mengatakan pada kalian agar selalu mengawasinya. Saya pikir, kalian saja yang benar-benar tidak bisa menjaga Larissa!" Sambil mengggertakkan gigi, tangan lelaki paruh baya berkacama itu mengepal dengan sangat kuat. Ingin sekali ia menghajar semua pegawainya itu. Namun dengan cepat Winda langsung menghampirinya.
"Pah ... sabar, Pah! Sudah jangan marah-marah lagi, ya? Ingat dengan penyakit jantung, Papah!" sergah Winda. Sembari meraih tangan pria itu, ia pun mengusap-usap lengannya dengan lembut, berusaha untuk meredakan emosi suaminya.
"Bagaimana Papah tidak emosi, Mah? Rissa tidak ada sekarang, terus kita nanti harus bagaimana?" sahutnya cemas.
"Iya, Mamah juga gak tau. Mamah juga bingung, kenapa Larissa malah pakai kabur segala?" ujar Winda gusar. Wanita paruh baya yang sedang berdiri di sebelah suaminya itu terlihat sangat resah dan juga kebingungan.
Lalu dia melirik Nayla, "Semua ini gara-gara kamu yang gak becus jagain Rissa. Sehingga dia bisa sampai kabur dari sini!" bentak Winda melotot kesal pada Nayla.
"Ma-maaf, 'kan sa-saya, Nyonya!" ucap Nayla menunduk ketakutan.
Lalu dengan penuh amarah lelaki itu menatap ke arah gadis tersebut.
"Lalu, apa yang bisa kamu lakukan agar kami bisa memaafkan kamu?" Winda memincingkan matanya. Lalu memperhatikan Nayla dari rambut hingga ke ujung kaki.
Setelah diamati gadis itu mempunyai perawakan yang sama dengan Larissa. Lalu dengan tiba-tiba muncul sebuah ide di benaknya.
"Apa saja, Nyonya. Apa saja akan saya lakukan agar Nyonya dan Tuan mau memaafkan saya dan juga tidak memecat saya dari pekerjaan ini!" Dengan sangat memelas gadis tersebut memohon agar tidak dipecat dari pekerjaannya.
"Ok, kalau begitu ... kamu yang akan menggantikan Larissa besok!"
Deg!
"Mak-maksud, Nyonya?" Dengan wajah yang terlihat sangat syok, gadis berlesung pipi itu menatap sang majikan dengan kebingungan.
"Kamu yang harus menggantikan Rissa menikah besok!"
JEDDERR!
"APA! ME-MENIKAH?" pekik Nayla.
Syaqilla tidak pernah mengira kalau ibunya sangat membenci dirinya. Sehingga sedari ia lahir, ia dititipkan di panti asuhan. Namun setelah ia beranjak dewasa wanita yang disebut ibu itu, tiba-tiba datang dan memintanya untuk tinggal bersamanya. Sungguh di luar dugaan, kenyataan itu sangat pahit. Setelah dua tahun ia tinggal bersama ibunya, sang ibu malah tega menjualnya ke seorang laki-laki yang tak lain adalah rentenir, tempat ibunya meminjam uang dengan bunga yang tinggi. Lalu, apa yang akan terjadi? Apakah Syaqilla mau menuruti kemauan ibunya dan menikah dengan rentenir tua itu? Sebenarnya, apa penyebab ibunya Syaqilla begitu membecinnya? Hingga ia tega menjual dirinya? Yuk ikuti saja kelanjutanya di cerita ini! Dan jangan lupa mohon dukungannya ya!
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?