Ryan terkendala untuk menikahi Amelia. Ibunya menyuruh menikahi gadis pilihanya, Tapi Ryan menolak. Ibunya tak putus asa memisahkan mereka. Dengan cara licik ia menyuruh menjauhi Amelia. Apa mereka akan bersatu?
Ryan terkendala untuk menikahi Amelia. Ibunya menyuruh menikahi gadis pilihanya, Tapi Ryan menolak. Ibunya tak putus asa memisahkan mereka. Dengan cara licik ia menyuruh menjauhi Amelia. Apa mereka akan bersatu?
Kepala sekolah mengumumkan kelulusan siswa SMA Negeri 10 kota kecil di Jawa Tengah. Para siswa berderet menunggu pengumuman itu. Anak-anak Deg-deg an menunggu pengumuman. Tatkala kepala sekolah mengumumkan hasil kelulusan, mereka lulus seratus persen. Anak- anak bersorak sorai menyambut pengumuman dari kepala sekolah. Suasana hening, saat kepala sekolah mengumumkan juara satu sampai sepuluh. Amelia masuk dalam sepuluh besar. Mendengar itu ia mengucap alhamdulilah,Selesai pengumuman Siswa membubarkan diri, ada yang masuk kelas masing- masing.
Siswa terutama yang pria membawa pilox untuk mencorat-coret seragam sekolah.
Tapi Amelia tak ikut corat- coret sebagai euforia kelulusan. Ia lebih suka masuk kelas. Duduk di bangkunya. Shinta yang di sampingnya heran, ia adalah sahabat Amelia, heran dengan tingkah laku Amelia.
"Amel, kenapa malah duduk di sini? Nggak ikut corat- coret?" tanya Shinta.
"Aku bukan orang kaya, Shin. Nanti seragam ini aku lengserkan ke adiku. Ia baru lulus SMP. Sebentar lagi mau masuk SMA," ucap Amelia sendu.
"Kamu juga kenapa duduk di sini, seragamnya nggak ikut corat-coret?" Amelia tanya balik.
"Aku di wanti-wanti sama Mama, nggak boleh ikutan baju di corat-coret." Shinta menjelaskan alasannya tidak bergabung bersama teman yang lain. Merayakan euforia kelulusan.
"Oh ya shin, aku pingin kuliah. Semoga ada beasiswa masuk ke Universitas!" Amelia sangat berharap bisa kuliah.
"Amiin!" ucap Shinta tanganya menengadahkan keatas.
"Ya dah, jangan sedih terus. Ikut ke kantin yuk!" Shinta meraih tangan Amelia dan mengandengnya. Mereka menuju ke kantin. Tapi ketika baru berjalan beberapa langkah Mereka di hadang Roni.
"Mau kemana kalian?" tanya Roni berkacak pinggang. Sebenarnya Roni berwajah tampan, dia juga anak orang kaya di kota ini. Sayangnya ia termasuk bandel. Suka membolos, tak jarang di kantin tempat ia merokok. Roni sudah lama menyukai Amelia, tapi Amelia tak menganggapnya teman biasa saja.
"Pergilah Ron, kami tak ingin di ganggu!" kata Shinta sewot, Sedang Amelia hanya diam menatap Roni kesal.
Shinta kemudian menarik tangan Amelia untuk menjauh dari Roni.
Roni pun mengejar mereka berdua.
"Hei, tunggu aku!" Roni mengejar mereka berdua.
Mereka berhenti dan menoleh.
"Amel, nanti kita pulang bareng ya!" ajak Roni. Mendengar ucapan Roni, Amelia sewot. Tapi di tahan emosinya. Tak ingin bertengkar dengan Roni.
"Maaf Ron, Aku akan pulang bersama Shinta!" tolak Amelia halus.
Roni hanya menghela nafas berat, kecewa. Ia selalu menghindari dirinya, pujaan hatinya berlalu dari hadapanya.
****
Guru wali kelas membagikan pengumuman surat kelulusan, Itu sebagai bukti bahwa siswa itu telah lulus dari sekolah juga surat sementara untuk mendaftar kuliah. Mereka semua mendapatkan surat itu tak terkecuali Amelia, ia bersyukur mendapatkan sepuluh besar di sekolahnya. Angan-angan melanjutkan kuliah melintas di kepalanya. Ia bercita-cita menjadi dokter. 'Semoga ada beasiswa masuk ke jurusan itu Amin' ucap dalam hati Amelia.
Mereka pulang bersama Karena memang rumah mereka juga searah. Shinta lebih dulu sampai di rumahnya. Ia melambaikan tangan pada Amelia. Saat sampai di depan gerbang rumahnya, Amelia pun membalasnya.
Angkutan umum berhenti di depan gang rumah Amelia. Setelah membayar angkutan ia turun. Amelia berjalan menyusuri gang. Akhirnya ia sampai di rumahnya.
Ibunya Amelia sibuk melayani konsumen.
"Assalamualaikum," sapa Amelia melangkah masuk rumah.
Ibunya walaupun sibuk menjawab salam Amelia.
"Walaikum salam!" jawab Ibu Amelia.
Amelia berjalan ke kamarnya. Ia berganti pakaian. Segera membantu ibunya melayani pembeli.
Tak lama kemudian. Para pembeli itu pulang. Mama Ning ibunya Amelia menoleh ke arah Amelia.
"Makan dulu Amel, Ibu udah masak!" perintah Ibunya lembut.
"Ibu udah makan belum?" tanya Amelia.
" Udah nak," jawab Ningsih.
Amelia beranjak dari duduknya. Ia segera ke ruang makan. Lauk sederhana terhidang di meja. Sayur asem, Ikan goreng, tempe serta sambel kesukaan Amelia. Orang tua Amelia orang biasa. Ibunya membuka toko sembako di depan rumahnya. Namanya Ningsih,sedang Ayahnya bernama pak Trisno seorang petani. Walaupun mengarap lahan sendiri tapi hasilnya tak bisa tiap bulan menghasilkan. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga Pak Trisna bekerja sambilan sebagai ojek.
"Bu.. Ayah mana, ke sawah atau pergi ngojek?" tanya Amelia di sela- sela makanya.
"Ayahmu ngojek!" Mendengar jawaban Ibunya Amelia kembali melanjutkan makanya. Setelah makan Amelia mencuci piring, lalu duduk di sebelah ibunya dan membantu merapikan dagangan.
"Bu!" panggil Amelia.
"Hemm..." Balas ibunya Tak menoleh, tanganya sibuk merapikan dagangan.
"Bu, aku udah lulus ujian, tapi aku ingin cari beasiswa untuk melanjutkan kuliah," kata Amelia pelan tak ingin mengganggu Ibunya merapikan dagangan.
Ningsih langsung menoleh kearah Amelia. Ia senang anak sulungnya lulus sekolah. Tapi ini, Amelia ingin melanjutkan kuliah. Dari mana biaya? Sedangkan adiknya mau lulus sekolah SMP. Dari hati yang terdalam, ia ingin Anaknya sekolah yang tinggi. Tidak seperti dirinya hanya lulusan SMP. Ningsih mengusap kepala anaknya.
"Maaf Nak, orang tuamu tak bisa menyekolahkan kamu. Ku harap kau mengerti dengan keadaan kita," ucap Ning sendu.
Air mata seakan ingin terjun bebas dari matanya. Ingin Ningsih seperti orang tua lainya, menyekolahkan anak sampai tinggi.
Amelia menghela nafas panjang. Ia semakin bertekad ingin merubah nasibnya. Cita-cita sebagai dokter harus diwujudkan.
"Bu, aku minta restu Ibu. Aku ingin mencari beasiswa." Air muka Ningsih tambah sendu. Ia semakin merasa bersalah. Ningsih kemudian memeluk anak sulungnya.
"Ibu, merestuimu nak!" Air mata Amelia lolos begitu saja membasahi pipinya. Amelia kemudian mengusap air matanya.
"Bu, aku kekamar dulu." Ningsih menganguk.
Amelia beranjak menuju ke kamarnya. Ia mulai browsing dari laptopnya mencari beasiswa di Universitas. Ada beberapa Universitas mengadakan beasiswa, salah satunya Universitas Dharma Bakti. Universitas swasta bonafid di Semarang. yang Membuka beasiswa untuk semua jurusan. Amelia tertarik. Ia mengisi form mengajukan diri sebagai calon mahasiswa secara online.
'Semoga diterima, Amin.' doa Amelia dalam hati. Ia melirik jam di dinding menunjukan pukul satu siang. Merasa dirinya belum sholat ia keluar kamar, menuju kamar mandi. Melepas jilbabnya dan wudhu.
"Kamu mau sholat nak," tanya Trisno sambil meletakan cangkul di pojokan ruangan dapur.
"Iya Ayah." Melihat baju Ayahnya penuh dengan lumpur. Amelia merasa kasihan. Ia membuat teh hangat untuk Ayahnya. lalu menyajikan di meja.
"Ayah, tehnya udah di meja. Amel sholat dulu."
"Iya nak. Terima kasih."
Amelia mengangguk. Ia kemudian melangkah ke kamar menunaikan sholat dhuhur. Amelia menghamparkan sajadah. Menghadap kiblat, kemudian melafalkan surat pendek. Empat rokaat ia tunaikan dengan khusuk. Selesai sholat ia berdoa untuk orang tuanya. Juga untuk dirinya sendiri. Semoga ada beasiswa penuh untuk dirinya. Ada ketenangan setelah melakukan kewajiban. Ia melepas mukenanya dan menaruh di captok. Kembali duduk di depan laptopnya. Mencari informasi tentang Universitas membuka beasiswa penuh untuk calon siswa yang kurang mampu. Ada beberapa Universitas yang membuka beasiswa. Di antaranya Universitas Jakarta, Yogyakarta juga Surabaya. Amelia mengisi form dari semua Universitas itu.
Bersambung.
Hendra begitu mencintai Luna, ia terpuruk saat di putuskan Luna sepihak. Gadis itu memilih menjadi model dan menjalin kasih dengan kekasih gelapnya. Tapi setelah bosan, Luna ingin kembali ke pelukan Hendra. Suatu hari Hendra kecelakaan dan di selamatkan oleh Nita. Awalnya Hendra tak membuka hati, tapi kebaikan hati Nita membuatnya luluh, Tapi Luna kembali. Siapa yang Hendra pilih?
PENUH KEJUTAN ENDING TAK TERDUGA. Khusus bagi mereka yang sudah pernah atau masih memiliki mertua atau menantu
Jam-jam yang terhangatkan sinar matahari membawa kasih sayang mereka yang berkilau, sementara malam-malam yang diterangi bulan membangkitkan hasrat yang tak terkendali. Namun, saat Vovo mengetahui bahwa orang yang dia cintai mungkin hanya memiliki waktu setengah tahun lagi, dia dengan tenang memberikan Jasmine berkas perceraian, sambil berbisik, "Ini hanya untuk penampilan; kita akan menikah lagi setelah dia tenang." Jasmine, dengan punggung tegak dan pipi kering, merasakan denyut nadinya terasa kosong. Pemisahan palsu itu menjadi permanen; dia diam-diam mengakhiri kehamilannya dan melangkah ke awal yang baru. Vovo tercerai berai, mobilnya melaju kencang di jalan, enggan melepaskan wanita yang telah dia buang, memohon agar dia menoleh sekali saja.
Pada hari Livia mengetahui bahwa dia hamil, dia memergoki tunangannya berselingkuh. Tunangannya yang tanpa belas kasihan dan simpanannya itu hampir membunuhnya. Livia melarikan diri demi nyawanya. Ketika dia kembali ke kampung halamannya lima tahun kemudian, dia kebetulan menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki. Ayah anak laki-laki itu ternyata adalah orang terkaya di dunia. Semuanya berubah untuk Livia sejak saat itu. Pria itu tidak membiarkannya mengalami ketidaknyamanan. Ketika mantan tunangannya menindasnya, pria tersebut menghancurkan keluarga bajingan itu dan juga menyewa seluruh pulau hanya untuk memberi Livia istirahat dari semua drama. Sang pria juga memberi pelajaran pada ayah Livia yang penuh kebencian. Pria itu menghancurkan semua musuhnya bahkan sebelum dia bertanya. Ketika saudari Livia yang keji melemparkan dirinya ke arahnya, pria itu menunjukkan buku nikah dan berkata, "Aku sudah menikah dengan bahagia dan istriku jauh lebih cantik daripada kamu!" Livia kaget. "Kapan kita pernah menikah? Setahuku, aku masih lajang." Dengan senyum jahat, dia berkata, "Sayang, kita sudah menikah selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya kita punya anak lagi bersama?" Livia menganga. Apa sih yang pria ini bicarakan?
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY