Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Kakak Kelas Jahat itu Suamiku
Kakak Kelas Jahat itu Suamiku

Kakak Kelas Jahat itu Suamiku

5.0
13 Bab
1.6K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Pernikahan ini seperti mimpi di siang bolong untuk Piona seorang wanita berusia 21 th yang masih berkuliah di jurusan sastra untuk semester akhir, pasalnya pernikahan ini dilakukan untuk kepentingan ekonomi keluarga selain itu ada alasan lain yang masih menjadi rahasia. Parahnya lagi pasangan Piona adalah seorang kakak kelas yang ketika SMA tidak memiliki hubungan baik dengan Piona walaupun tampan pada masa itu tapi tingkah lakunya selalu berhasil membuat orang membencinya. Setiap bertemu Piona pasti akan menyulut pertengkaran hebat dan menyebabkan perang dingin yang tidak kunjung usai, entah angin apa yang membuat mereka kembali bertemu dan melihat kenyataan bahwa mereka harus menikah ?

Bab 1 Pertunangan Dadakan

Pertemuan di pesta itu sungguh tidak pernah diharapkan, setelah lima tahun wanita cantik ini tidak pernah lagi bertemu dengan Edwin dan itu adalah anugrah terbesar yang pernah ia terima. Tapi, hari ini mengapa harus bertemu dengannya lagi?

Ia merasa petir akan menyambar dihadapannya hari ini, apa yang sebenarnya dipikirkan keluarganya?Hingga mereka harus ikut dalam pertemuan ini, benar-benar malas ia bertemu dengannya.

Piona bergumam sendiri sambil meminum segelas orange jus.

Kalau saja kedua orang tua itu tidak bersahabat dengan orang tuanya dan kalau saja ekonomi keluarga ini tidak di ujung tanduk mungkin Piona tidak akan mau datang ke pesta ini. Gadis itu terpaksa bersikap baik dengan keluarga Edwin hanya demi bantuan darinya-tidak lebih, tapi gadis manis itu curiga ada hal lain yang direncanakan orang tuanya.

Suara mobil mewah di depan sudah terdengar dan ada seorang pria bertubuh tinggi memasuki ruangan lengkap dengan jas dan kaca mata hitamnya.

"Itu Edwin," kata Tante Marta sambil mengarahkan matanya ke depan.

"Wah, gantengnya ... habis dari mana Edwin, Jeng?" Mama Piona menjawab antusias.

"Pulang dari Amerika Jeng Ratna, gimana udah besar 'kan anakku?" Marta mendekati Edwin dan mencium pipi anak itu, lalu pria tampan pun bersalaman dengan mama Piona.

"Edwin, Tante."

"Ihh ... ganteng banget," puji Mama Piona sambil mencubit pipi Edwin.

Mata Edwin berkeliling dan melihat seorang wanita cantik dengan tubuh yang tinggi memakai gaun hitam dan dengan rambut ikalnya memegang gelas orange jus. Sudah pasti yang dilihatnya adalah Piona tapi pria bermata coklat ini tidak menyadarinya. Spontan ia mendekati cantik ini.

Tangannya menyentuh pundak Piona, betapa kagetnya sang wanita saat berbalik dan melihat Edwin.

"Kamu!" Mereka berkata bersamaan dengan mata terkejut.

"Wahh ... ratu kodok, mau apa kamu ke sini?"Edwin masih menyapa dengan sebutan masa lalunya. Ratu kodok itu tercetus tepat ketika gadis itu terpaksa melepas lensa kontaknya dan menggantikan dengan kaca mata besar yang mirip seperti mata kodok ketika SMA

Piona mengernyitkan dahi serasa ingin menerkam, tapi raut wajahnya kembali tersenyum dipaksakan seolah ingin membalas Edwin dengan anggun.

"Wah, manis juga ya sekarang, aku terkejut ratu kodok kayak kamu bisa datang ke pesta besar seperti ini?"Edwin mulai bersikap tidak menyenangkan.

"Dasar pria sombong, bisakah semenit saja tidak memancing keributan." Piona sudah mulai geram.

"Ternyata kamu masih sama, dimasa lalu dan sekarang. Kamu nggak bosan jadi gadis emosian Ratu Kodok?" Edwin membisikkan kata-kata di telinga Piona sambil tersenyum kecil.

"Berhenti memanggilku ratu kodok!" Piona menatap kearah Edwin dengan sinis. Ia sudah kehabisan kesabaran.

Edwin sejak SMA memang terkenal sebagai pria kaya yang sombong dan sangat tidak berperikemanusiaan sikapnya judes dan tatapan mata yang selalu terlihat kejam, keseharianya disekolah adalah menyiksa, membuli dan menindas orang lain.

Banyak wanita yang pernah dijahili bahkan sampai menangis. Piona adalah satu-satunya wanita paling kuat dan paling berani menghadapi Edwin. Beribu-ribu kali pria tampan ini mempermalukan Piona di depan umum seperti mengguyur air comberan ketubuhnya, memberi permen karet di kursi atau mencuri pekerjaan rumahnya hingga dihukum guru untuk bersih-bersih kamar mandi bahkan membuatnya sakit berhari-hari.

Walaupun Piona itu adek kelas dimata Edwin tidak ada pengecualian dia menang dengan kekuasaan karena ayahnya seorang ketua komite sekolah saat itu sehingga tidak ada yang berani melaporkan perbuatannya.

Namun, Piona selalu punya banyak cara membalas perbuatannya seperti merobek celana sekolahnya saat ekskul olahraga, melemparnya dengan balok es bahkan selalu berhasil menyelamatkan teman-temanya yang di fitnah dengan mulut bengisnya.

"Selamat malam para hadirin yang terhormat." Tante Marta memulai acaranya.

"Untuk mempersingkat waktu saja, acara ini kami mulai, karena kebetulan anak kami baru saja pulang dari Amerika dan kebetulan hari ini anak kami yang bernama Edwin berulang tahun. Kita persilahkan Edwin untuk maju kedepan meniup lilin dan memotong kuenya. " Marta merangkul Edwin dan membantunya untuk memotong dan meniup lilin bersama suami dan anaknya.

"Ya Tuhan, norak sekali masih senang dengan kue ulang tahun." Piona bersungut sambil memperhatikan rivalnya yang sedang melahap kue ultahnya sendiri.

Mata Marta tidak sengaja melihat Piona beranjak pergi, tiba-tiba Marta memanggilnya keatas panggung

"Sini sayang, Piona!"

Mata gadis itu terbelalak, kakinya tiba-tiba membeku seketika, bingung melihat kanan dan kiri, tapi panggilan itu memang ditujukan untuknya. Tiba-tiba mata mamanya mengisyaratkan untuk segera naik ke panggung.

"Naik ke atas!" Isyarat mamanya membuatnya harus menurut.

Akhirnya Piona berjalan ke atas panggung dan berada disisi Marta yang merupakan ibu dari Edwin.

"Hari ini, kami juga akan mengumumkan pertunangan anak kami yaitu Edwin dan Piona!" Sejenak mata keduanya bertemu, mereka sangat terkejut.

"Pertunangan!?" Mereka berdua melontarkan pertanyaan yang sama.

Dalam sekejab seisi ruangan pesta itu menjadi hening.

"Edwin, ini mama udah beliin cincin, pakaikan sekarang dijarinya!Jika tidak mobil yang kamu beli barusan akan mama jual lagi." bisik Marta ditelinga anaknya.

"Tapi ma--"

"Edwin, mama serius!" Pria ganteng ini terpaksa mengambil kotak cincin dan kembali menghadap ke arah Piona.

"Piona sayang, kalau kamu mau utang papa kamu kita lunasi dan perusahaan papa kamu nggak bangkrut. Kamu terima cincin pertunangan ini ya, pasangkan juga ke Edwin!" Bisikan Marta dengan nada sedikit mengancam bercampur dengan senyuman membuat Piona semakin tidak karuan. Piona kehilangan akal dan penuh dengan rasa kesal

Mata Piona menatap mata mama dan papanya, di depan panggung mereka mengisyaratkan untuk menerima cincin pertunangan. Dengan jari yang sebelumnya ditahan saat Edwin memaksa untuk memasukkan ke salah satu jarinya. Akhirnya, pasrah dan merelakan jarinya tidak kosong lagi.

Semua hadirin bertepuk tangan, mereka tersenyum dengan terpaksa.

"Menataplah ke depan lalu dengarkan aku!Ini yg kamu lakukan selama aku di Amerika, dasar wanita kurang ajar berani-beraninya membuat pertunangan denganku hanya demi uang," ucap Edwin mencoba tetap senyum di depan tamu yang melihat mereka.

Edwin terbiasa membuat Piona emosi dan marah tapi dalam hati itulah yang membuat hatinya tertarik.

"Tutup mulutmu!Jika tidak ingin aku lempar. Aku nggak serendah itu dan aku nggak sudi tunangan sama kamu. Ini gara-gara ancaman mamamu!" Mereka berdua mencoba menjaga senyuman di depan para tamu.

Beberapa jam kemudian, pesta berakhir. Piona mendapati orang tuanya sangat bahagia bahkan bercengkrama dengan ceria dengan mama dan papanya Edwin. Wanita bergaun ini begitu kesal dan benar-benar tidak terima dengan pertunangan ini.

Piona pergi ke balkon sembari menunggu keluarganya mengobrol dengan keluarga besar.

Ternyata Edwin juga berada di balkon tapi agak jauh dari Piona, pria tampan meliriknya dengan tertawa kecil.

"Aku nggak ngerti kenapa ratu kodok bisa secantik itu, dia sungguh berubah, kulitnya putih dan begitu mempesona. Dulu sepertinya sangat berbeda, dia begitu culun. Apakah Tuhan sedang memeberiku kesempatan?" Pikir Edwin sembari memalingkan wajahnya ke arah depan menatap pemandangan kota dan langit yang berbintang, ia pun sedang menghabiskan anggur merah ditangannya.

Piona tidak sadar jika di balkon juga ada Edwin.

"Dih, aku sebel, sebel, sebel!" Kaki Piona mengertak kelantai dengan kesal.

Ia menyesali banyak hal, Kenapa harus dia yang menjadi tunangannya?Kenapa ia harus terlibat dengan rivalnya karena kondisi ekonomi keluarga.

Piona melepas sepatunya dan bertelanjang kaki. Tiba-tiba seorang pelayan ceroboh menabraknya dan menumpahkan anggur merah ke lantai. Gadis cantik terpeleset dan hampir terpelanting, melihat hal itu Edwin berlari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan wanita yang diam-diam ia sukai agar tidak terjatuh dan terbentur ke lantai. Tubuh gadis itu spontan bersandar di lengannya. Mata mereka bertemu lagi.

Mata gadis itu menangkap hal yang berbeda, Piona merasa kebengisan dari wajah pria itu sirna, ia begitu heran kenapa tatapan orang yang dibencinya bisa berubah?

Pria berambut hitam ini berdebar, ia berharap gadis cantik dihadapannya tak akan tahu.

Edwin mengalihkan tatapannya lalu segera membantu Piona berdiri. Wanita cantik juga tersadar dari lamunannya, ia merapikan gaunnya kemudian pergi meninggalkan pria tampan itu di sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Hei, jangan pergi!Dasar wanita tidak tahu terimakasih." Ia berhenti berlari ketika napasnya sudah terengah-engah.

Piona tampak bingung ketika dirinya berlari, karena bayangan Edwin yang dekat dengannya tadi muncul lagi.

"Apa yang aku pikirkan?" Piona mengacak-acak rambutnya ketika berhenti.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 13 Buah Hati 1   04-01 11:52
img
2 Bab 2 Pendekatan
25/03/2024
5 Bab 5 Malam Pertama 1
25/03/2024
7 Bab 7 Bulan Madu 1
25/03/2024
8 Bab 8 Bulan Madu 2
25/03/2024
9 Bab 9 Khawatir
25/03/2024
10 Bab 10 Cemburu
25/03/2024
11 Bab 11 Salah Paham 1
26/03/2024
12 Bab 12 Salah Paham 2
26/03/2024
13 Bab 13 Buah Hati 1
26/03/2024
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY