"Ah, sayang. Terus, aku hampir sampai." MAs Adam terus meracau sembari ia terus memompa pinggulnya. Sedangkan aku yang berada di bawah hanya diam. Aku merasakan kehampaan dalam hubungan bercinta ini.
Tak berapa lama Mas adam pun terkulai lemas. Ini yang membuat aku tak pernah bersemangat melakukan hubungan suami istri dengan mas Adam. Karena aku tak pernah merasakan kepuasan itu.
Mas adam langsung menganggkat pingglnya dan ia berbaring di sampingku. Sedangkan aku langsung ke kamar mandi membersihkan sisa-sisa cairan yang tertinggal. Di dalam hati aku selalu mengerutu. Saat aku kembali ke kamar, aku melihat mas Adam sudah terlelap.
Aku pun duduk di sofa sembari mengambil sebatang rokok kemudian aku memantikkan api di ujungnya. Aku menyandarkan kepala sembari menikmati sebatang rokok. Entah setan apa yang merasuki otakku.
Aku seketika teringat dengan mantan sekasihku sebelum mas Adam. Dan aku teringat bagaimana permainan ranjangnya. Saat aku menutup mata pun, Aku merasakan detak jantungku sangat cepat dan ada sesuatu yang berkedut di bawah sana.
"Hany, apa kabar kamu sekarang?" Gumamku tanpa sadar memanggil namanya.
Aku masih menutup mata, namun kini tanganku seperti memiliki reflek tersendiri. Tanganku menyusuri tubuhku sampai ke bawah. Sedangkan tangan satunya masih memegang rokok dan aku terus menghisapnya.
Ingatan itu kembali, dan seketika tubuhku merasa sangat panas.
Flashback
Aku dan Hany beciuman di ruang tamu, ciuman yang selalu membuatku ingin merasakan lebih.Kini tangannya semakin trun ke bawah dan menggeser tapi dres yang aku kenakan. Kecapan demi kecapan masih terdengar sangat nyaring memekakkan telinga.
"Ahh, Hany," kataku ketika Hany tengah mencium leherku dengan lembut. Ia pun tersenyum dan memandang wajahku.
"Apa sayang?" tanya Hany.
Aku hanya terdiam. Namun dalam hati menginginkan yang lebih. Hany selalu bisa memanjaakanku dengan caranya sendiri. Kini aku pun di baringkan di sofa, Hany perlahan melepas Dres yang aku kenakan.
"Kamu masih sama. Selalu menggairahkan di mataku." Puji Hany sembari memainkan kedua gundukan kenyal ku. Aku hanya bisa mendesah keenakan dengan apa yang Hany lakukan.
" Teruslah mendesah, Sayang. Itu membuatku bahagia." Kata Hany sembari terus memijit, namun matanya tetap memandang ke arahku.
"Jangan begitu sayang. Aku malu," ucapku sembari memalingkan wajah.
"Kenapa malu, Aku suka kok." Hany pun berbisik sembari ia menempelkan mulutnya ke telingaku.
"Asssh," Aku kembali mengeluarkan desahan dengan apa yang HAny lakukan. Kini aku meremas rambut dan pundaknya.
"Terus sayang, jangan di tahan. Aku suka." Pinta Hany.
Dan tak membutuhkan waktu lama kami sudah telanjang di ruang tamu. Hany memandangku dengan penuh damba, sedangkan aku hanya tersenyum malu.
"Sekarang ya sayang?" Tanya Hany sembari ia memainkan jemarinya di intiku. Aku sudah tak bisa berkata apapun sekarang. Hanya ingin segera menyelesaikan apa yang serasa ingin meledak di bawah sana.
Hany kini melumat bibirku penuh nafsu, dan aku semakin menggila karena permainannya. Hany langsung melepas ciumannya dan memandang wajahku. Dia pun langsung bergeser ke bawah. Kini wajah Hany sudah berada di depan inti tubuhku, bahkan hembusan nafasnya pun terasa sangat lembut menerpa kulit sensitifku.
"Ah, udah nggak kuat yank," racauku.
Namun Hany hanya tersenyum melihatku yang sudah horny berat.
"Bersiaplah sayang." Kata Hany.
Ia pun langsung menciumi intiku dengan lembut. Aku hanya bisa mencengkeram rambutnya dan menggigit bibir agar desahanku tak keluar. Namun itu membuat Hany menggila. Karena memang Hany leih suka mendengar lawan mainnya expresif. Tak hanya dengan mulut, ia pun terus memasukkan jari ke dalam intiku.
"Udah nggak kuat aku, Sayang," kataku.
"Katakan apa maumu?" Pinta Hany dengan memperlihatkan senyum menawannya.
" Please, Han. Lakukan sekarang." Pintaku.
" Lakukan apa?" Tanya Hany masih terus dengan memaju mundurkan tangannya di bagian inti tubuhku. Aku yang sudah tertutup kabut nafsu pun langsung duduk, dan otomatis tangan Hani terlepas dari inti tubuhku. Hany terkejut untuk sesaat namun ia pun langsujng tersenyum.
Aku pun langsung melahap pusakanya dengan sangat rakus. Hany pun tersenyum menikmati permainanku.
" Yeah, terus sayang." Katanya sembari memaju mundurkan pinggulnya.
Aku semakin tak tahan di buatnya. Kiniaku pun mendorong Hany ke sofa, dan aku langsung duduk di pangkuannya. dengan perlahan aku memasukkan pusakanya di dalam intiku. Hany tampak menikmati sembari menutup matanya.
"Yeah, terus sayang." Hany terus meracau Sembari mennggoyangkan pinggulnya.
" Aku hampir sampai." Kataku.
" Ganti yank." Perintah Hany.
Dengan cemberut Aku pun menuruti permintaan Hany. Kami berganti posisi. Kini Hany yang memegang kendali. Ia terus memompa pinggulnya sembari terus mengeluarkan kata-kata yang memkbangkitkan gairah.
" Sedikit lagi." Kini ia semakin cepat mengehentakkan pinggulnya. Dan tak berapa lama kami terkulai lemas, dengan Hany berada di pelukanku.
" Terima kasih, sayang." Kata Hany sembari mencium keningku. Aku hanya tersenyum dan tak berniat menjawap perkataannya.
Flashback off.
Tanpa sadar jemariku sudah menari di bagian intiku yang sudah basah. Hanya dengan mengingat setiap apa yang hany lakukan padaku suah membuatku sangat basah.
'Tuhan, kenapa aku sangat merindukannya sekarang?' gumamku dalam hati.
Aku memutuskan untuk menyudahi khayalan yang tengah menyiksaku. Aku pun ke kamar mandi, berniat untuk membersihakn sisa-sisa permainan solo ku.
Sesampainnya di kamar mandi, saat aku ingin membersihkan bagian dalamnya malah aku merasakan ada sensasi tersendiri dari sentuhanku. Aku hanya bisa membayangkan tentang Hany, Entah kenapa hanya dirinya yang saat ini tebayang di dalam ingatanku.
Lumayan lama aku melakukan solo, dan aku merasakan lebih baik di banding sebelumnya. Aku pun memutuskan untuk membesihkan diri. Saat aku keluar kamar mandi hanya menggunakan kimono di badan. Aku pun memutuskan untuk merebahkan tubuhku di sofa. Entah kenapa aku sudah tidak ada selera dengan mas Adam.
Paginya, aku terbangun dengan tubuh lebih fres. Saat aku membuka mata, Mas Adam sudah tak berada di atas ranjang. Aku pun berjalan keluar kamar mencari keberadaan mas Adam.
" Hay, sudah bangun sayang?" Sapa mas Adam.
" Iya mas, Mas kok sudah rapi?" Tanyaku.
" Iya. Mas ada rapat pagi ini mungkin sampai sore. Kamu bisa kan mewakili mas hadir di pernikahannya Rama?" Tanya Mas Adam.
" Oke lah. Nanti aku akan datang ke pernikahannya Rama." Jawabku.
" Oke. Mas sudah siapkan sarapan untukmu Dan mas berangkat dulu ya." Kata Mas Adam sembari mencium keningku.