/0/18245/coverbig.jpg?v=2e2d528f20edd797ddc57a49d1d9b952)
Akibat kecelakaan yang ia alami saat ingin memergoki suaminya selingkuh-Dara Krisdayana mengalami keanehan dalam hidupnya. Kecelakaan hebat yang ia alami mengakibatkan dirinya tewas. Namun, Dara kembali hidup dengan berada pada tubuh wanita yang ia tidak ketahui identitasnya. Dengan kesempatan kedua ini, Dara berniat untuk membalaskan dendamnya. Dara berniat menghancurkan hidup suaminya dengan tubuh barunya itu. Namun, ia malah mengetahui hal-hal yang tidak ia ketahui selama ini. Bahkan tubuh wanita yang ia tempati, memiliki misteri yang cukup rumit. Akankah Dara berhasil membalaskan dendamnya? Saksikan hanya di novel 'Rahasia Wanita Gila'. IG author: GoYooHeefghiz
Sudah satu jam lebih Dara berada di dapur dengan celemek coklat yang terlilit di lehernya. Api kompor tampak menyala, di atasnya terdapat penggorengan dengan beberapa potong ikan di dalamnya. Hawa panas dapur membuat keringat mengucur dari wajah sang wanita.
Tok... Tok... Tok...
Atensi Dara teralihkan ketika dirinya mendengar jelas suara ketukan pintu. Ia menoleh sejenak dan mengecilkan api kompornya. Wanita itu beranjak pergi menuju pintu utama rumah untuk memeriksa siapa yang datang sepagi ini.
Pintu terbuka diiringi ekspresi Dara yang sedikit berubah. Senyuman tipis ia lemparkan kepada wanita tua di depannya.
"Eh, ibu. Ibu datang? Kenapa tidak menelpon terlebih dahulu, bu?" tanya Dara sedikit menunduk, menyambut ibu mertuanya yang baru saja tiba di rumah mereka.
Bukannya membalas senyuman dari Dara, wanita tua yang merupakan ibu mertua Dara itu melepaskan langkahnya memasuki rumah dengan sepatu heels merah yang masih berada di kaki wanita tua itu.
Dara tidak mengerti harus melakukan apa, ia kembali menutup pintu dan mengikuti ibu mertuanya dari belakang.
"Dimana, Elwin?" tanya wanita tua itu dengan sangat ketus, membuat Dara sedikit bingung.
"Mas Elwin masih diatas, bu. Sepertinya lagi beberes untuk berangkat bekerja," jawab Dara yang masih mengikuti ibu mertuanya yang berjalan menuju dapur.
"Cleo?" tanya kembali ibu mertua Dara itu.
"Cleo baru saja selesai mandi, bu. Siti sedang membantu Cleo beberes untuk berangkat sekolah," jawab Dara menjelaskannya.
Langkah wanita tua itu terhenti, membalikkan badannya dan menatap Dara dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Siti yang menyiapkan anakmu untuk sekolah? Trus, kerja kamu apa?" tanyanya dengan sangat-sangat ketus.
Tentu Dara sedikit bingung saat itu. Ia sedikit menggaruk tengkuknya dan berkata, "Dara sedang memasak, bu. Untuk sarapan Cleo dan Mas Elwin. Baru saja Dara selesai menggoreng ikan. Ibu duduk saja dulu di meja makan, Dara akan siapkan untuk sarapan ibu juga,"
Wanita itu menggeleng. "Tidak perlu, saya tidak akan sarapan disini. Saya kesini hanya ingin jumpa dengan anak dan cucu saya. Kamu tidak perlu repot-repot!" ucap wanita tua itu menolak tawaran Dara.
Dara hanya tertegun, menelan salivanya dan menatap kembali ibu mertuanya itu. Tak lama, atensi keduanya teralihkan ketika suara langkah kaki terdengar menuruni satu-persatu anak tangga. Menampilkan seorang pria dengan jas hitam rapi turun dari lantai atas. Rambut klimis serta wangi parfum lelaki yang sangat kuat.
"Ibu? Kapan datang, bu? Kok gak ngabarin Elwin dulu, bu?" ucap suami dari Dara, Elwin.
"Tidak apa, ibu hanya ingin berkunjung sebentar. Gimana kamu, sehat kan?"
Elwin mengangguk dan merangkul ibunya. "Sehat dong, bu. Karena ibu udah disini, kita sarapan dulu yah, bu. Masakan Dara enak banget loh, bu." ajak Elwin. "Sayang, siapin mejanya yah. Untuk ibu juga," sambung pria itu membawa ibunya menuju meja makan.
Dara hanya mengangguk dan segera beranjak menuju dapur. Ia langsung menyiapkan seluruh makanan diatas meja makan. Tak lupa, ia menyeduh teh dan membuat kopi untuk suami dan anaknya. Wanita dengan rambut ikal itu juga membuat jus apel yang akan ia hidangkan kepada ibu mertuanya yang baru saja tiba di rumahnya itu.
Setelah semuanya selesai, Dara meninggalkan suami, anak, serta ibu mertuanya di meja makan. Menyuruh mereka menikmati masakan yang baru saja ia hidangkan.
Dara melangkahkan kaki menuju lantai atas. Namun kembali atensinya teralihkan ketika mendengar pembantu rumah tangga mereka berbicara kepadanya.
"Ibu tidak makan juga, bu?" tanya pembantu rumah tangga mereka, Siti.
Dara menggeleng. "Nanti aja, Sit. Oh iya, bekas penggorengan masak ibu masih ada di dapur. Kamu tolong bersihkan terlebih dahulu yah, Sit. Ibu mau nyiapin tas bapak dulu di lantai atas. Bisakan, Sit?" suruh Dara kepada Siti.
Siti mengangguk, mengiyakan apa yang diperintahkan majikannya dan segera beranjak menuju wastafel. Begitu juga dengan Dara yang langsung menaiki satu-persatu anak tangga menuju kamarnya.
Wanita itu menyiapkan berkas-berkas milik suaminya yang berserakan diatas meja kerja suaminya itu. Ia juga memasuki beberapa benda penting yang sering dibawa Elwin kemana-mana, seperti sisir, pelembab bibir, parfum dan juga tisu. Terakhir, Dara menuju nakas untuk mengambil handphone suaminya yang masih ter-cash.
Namun, tanda tanya besar muncul diwajah Dara ketika sebuah notifikasi muncul pada layar benda pipih yang kini berada di depannya.
[Baby: Sayang, kamu sudah sampai di kantor?]
Tentu saja notifikasi itu membuat detak jantung Dara berhenti sejenak. Hawa kamar yang dingin seketika sedikit panas ia rasakan. Ia memegang handphone suaminya tersebut, dan benar-benar kembali membaca pesan yang terpampang jelas itu.
"Baby?" tanyanya dengan kening yang mengkerut. Dara menggelengkan kepalanya, mencoba tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Tetapi hal itu benar-benar terjadi.
Tepat saat ia ingin mengecek handphone suaminya lebih dalam lagi, ia mendengar suara pintu terbuka. Dengan spontan, Dara membalikkan badannya, melihat Elwin yang kini sudah berada di depannya.
"Sayang, tas aku udah siap?" tanya Elwin dengan tangan yang masih mengelap bagian bibirnya selepas ia memakan sarapan yang dihidangkan sang istri.
Dengan kikuk, Dara mengangguk. "I-iya, mas. Ini udah siap, kok," jawab Dara dengan ucapan yang terputus-putus. "Kamu sudah selesai sarapan, mas?" sambung wanita itu bertanya kepada suaminya.
Elwin mengangguk dan berjalan mendekati Dara. Ia mengambil tas miliknya dari tangan sang istri, "Kalau gitu aku pergi dulu, yah," ucap Elwin tersenyum tipis ke arah Dara.
"Ka-kamu udah mau pergi, mas? Ibu dan Cleo dibawah kan?" tanya Dara yang menghentikan langkah dari Elwin yang sudah ingin pergi bekerja.
Elwin membalikkan badannya dan menggeleng. "Ibu tadi udah pulang. Sekalian ngantar Cleo ke sekolahnya. Udah dari tadi malahan," beritahu Elwin.
"Oh, yah? Oh iya, mas. Ini handphone kamu belum sempat masuk ke tas tadi. Tadi aku masih ngambil di atas nakas. Nih!" Dara memberikan benda pipih kesayangan suaminya itu.
Elwin mengambilnya dan kembali tersenyum ke arah Dara. "Makasih yah, sayang. Yaudah, aku pergi, yah,"
Kini, Dara menyalam suaminya itu sebelum akhirnya Elwin benar-benar meninggalkan dirinya sendiri di kamar sekarang ini.
Melihat suaminya yang sudah pergi, dengan sigap Dara bersiap diri dan segera turun menuju lantai bawah. Ia berniat membuntuti suaminya yang kini hendak beranjak pergi ke kantor tempat pria itu bekerja, "Siti, ibu pergi dulu!! Jaga rumah, yah!!" teriak Dara dengan sangat lantangnya. Tentu saja Siti sedikit bingung dengan apa yang terjadi. Sangat jarang sekali Dara pergi keluar rumah sepagi itu jika tidak mengantar Cleo ke sekolah.
Dara memasuki mobil dan beranjak menuju kantor suaminya. Dengan kecepatan yang cukup tinggi, Dara mengendarai mobil yang ia bawa. Tanda tanya besar pasti muncul dibenaknya. Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Benarkah suaminya selingkuh sesuai apa yang ada di benaknya? Entahlah, Dara ingin tau semua hal itu pagi ini juga.
Suasana ramai jalanan pagi ia lewati begitu saja. Amarah, sedih, kecewa, tentu saja mengiringi wanita itu sedari tadi. Dara kembali menaikan kecepatan mobilnya. Bahkan tanpa sadar, Dara melewati lampu merah di persimpangan jalan.
Hal tidak terduga terjadi. Dewi fortuna tidak berpihak padanya saat itu. Tepat di depannya, sebuah mobil sedan berwarna putih juga melaju sangat cepat. Membuat mata Dara membulat sempurna. Dara membanting setir ke arah kiri untuk menghindarinya. Namun, hal itu tidak dapat terelakkan begitu saja.
BRAKKK!!!!
Setelah menikahi akhwat cantik yang lama diidam-idamkan, pria milyarder itu merasa sangat bahagia. Mereka menikmati kehidupan rumah tangga yang bahagia, meski baru seminggu. Namun, ada satu hal yang membuat sang istri merasa terganggu. Suaminya mempunyai kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Hampir setiap saat, suaminya meminta jatah. Sebelum tidur, saat menyiapkan makanan, bahkan saat mereka sedang santai di ruang keluarga. Sang istri merasa kewalahan. Dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya begitu rakus akan kepuasan duniawi. Suatu hari, ketika sang istri sedang memasak di dapur, sang suami mendekatinya dan mulai merayunya. "Sayang, ayo kita berduaan sebentar di kamar," bisik suaminya, sambil mencium leher istri. Dengan wajah merah padam, sang istri mencoba menolak. "Aku sedang memasak, nanti saja ya, Sayang," ujarnya lembut. Namun, suaminya tidak terima penolakan. Dia semakin mendesak, bahkan mulai meraba tubuh sang istri. "Aku tidak bisa menahan nafsu ini, Sayang," desahnya. Akhirnya, sang istri menyerah pada desakan suaminya. Mereka pun bergegas ke kamar untuk melampiaskan hasrat mereka. Sang istri merasa kewalahan menghadapi keperkasaan suaminya yang mencapai 27cm. Dia merasa tubuhnya terlalu lemah untuk mengimbangi nafsu suaminya yang tidak pernah habis. Setelah berhubungan intim, sang istri terkapar lemas di tempat tidur, sementara suaminya bangkit dengan senyum puas
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.