/0/18248/coverbig.jpg?v=4ee85f67ba75344c3eb1a233a6f38442)
Rani harus berpisah dari suaminya karena game online yang dimainkan oleh suaminya. Ia tak menyangka kalau game online itu telah menghancurkan pernikahannya. Ia harus menerima pil pahit yang mana suaminya juga berselingkuh gara-gara game online itu.
Rani harus berpisah dari suaminya karena game online yang dimainkan oleh suaminya. Ia tak menyangka kalau game online itu telah menghancurkan pernikahannya. Ia harus menerima pil pahit yang mana suaminya juga berselingkuh gara-gara game online itu.
POV Rani
"Rani!" teriak Mas Rudy, lelaki yang sudah menikah denganku 2 tahun yang lalu. Ia terus-terusan mengeluarkan kata-kata kotor sepanjang dirinya bermain game online. Ia bahkan sering membanting sesuatu karena kesal.
Aku yang tengah memberi makan anakku langsung beranjak dari dudukku. Lalu, buru-buru menuju ke arah Mas Rudy. "Ada Mas?" tanyaku yang masih berpakaian daster dan satu buah handuk kecil di bahuku untuk mengelap mulut anakku yang baru berumur 10 bulan.
"Ambilin aku minum!" ucap Mas Rudy sambil terus fokus bermain game online di ponselnya.
Hingga, hilanglah kesabaranku karena hampir setahun belakangan dia kerjaannya hanya main game online dan mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang suami sekaligus ayah untuk putera kecilku. "Aku tak mau mengambilkannya!" ucapku dengan tegas. "Ambil sendiri!"
Aku langsung memutar tubuhku. Lalu berjalan pergi menuju ke arah anakku lagi.
"Ah, sial!" teriak Mas Rudy secara bersamaan. "Aku kalah lagi!"
Prang!
Bekas piring miliknya langsung pecah seketika. Aku pun langsung menoleh ke arah belakang. Kulihat, Mas Rudy nampak marah.
Tiba-tiba, Mas Rudy menunjuk-nunjuk ke arahku. "B*jingan! Ini semua salah kamu!" teriaknya sambil mendelik ke arahku. "Andai kau cepat-cepat mengambilkan aku minum, tadi aku pasti menang!"
Aku pun tak terima mendengarnya. Bagaimana bisa aku disalahkan atas sesuatu yang tak pernah aku lakukan. Aku pun langsung menatap tajam kedua mata Mas Rudy. "Apa? Salahku? Kau yang salah, Mas! Kau harusnya cari nafkah dan bukannya malah main game online! Anak kita butuh uang buat beli susu dan popok!"
"Aaarrgkkh! Diam!" teriak Mas Rudy yang mulai tantrum. "Kamu mulai berani melawan aku ya? Ingat! Aku ini adalah suamimu! Kau tak berhak mengatur-ngatur diriku!"
"Suami katamu? Suami macam apa yang membiarkan istrinya cari uang sendiri demi menafkahi anak dan suaminya?"
"Kau ini!" Tangan kanan Mas Rudy mulai terangkat ke atas dan hendak menampar pipiku.
Namun, tiba-tiba ....
"Assalamualaikum!" Terdengarlah suara ibu mertua di balik pintu rumah kami.
"Dasar anak yatim sialan!" maki Mas Rudy yang mengurungkan niatnya menampar diriku lagi. Entah, sudah keberapa kali aku menerima tamparan dan pukulan darinya. Namun, aku sendiri tak berkutik. Aku masih punya seorang anak yang butuh sosok seorang ayah. Aku tak mau kalau anakku sampai bernasib sama seperti diriku, yang mana aku harus menjadi anak yatim sejak aku masih SD usai diriku kehilangan ayahku untuk selamanya.
Mas Rudy langsung melewati diriku dan menuju ke arah ruang tamu dengan berjalan lagaknya seorang bos.
Tak lama setelah itu, aku mendengar suara ibu mertua yang tengah berkata, "Ibu bawakan kamu soto ayam kesukaan kamu!" ucapnya kepada Mas Rudy.
"Rani!" Tiba-tiba, Mas Rudy memanggil namaku. "Cepat bawakan mangkuk!"
Aku tak menggubris. Aku ingin membuat ibu mertua melihat kelakukan puteranya terhadap diriku selama ini.
"Rani!" Suara Mas Rudy kembali menggelegar hingga hampir seisi rumah mendengarnya. Bahkan, aku sangat yakin kalau tetangga kami juga mendengarnya. "Kau tuli kah? Ambillah mangkuk!"
Aku tetap pada posisiku. Aku tak bergerak sama sekali. Berharap Mas Rudy yang datang.
Dan, dugaanku salah. Ternyata, ibu mertualah yang datang.
"Rani, kenapa kamu diam saja?" tanya ibu mertua yang sempat melihat lebam di lengan kiriku. Ia bahkan terlihat acuh tak acuh dengan lebam di tanganku ini. "Suamimu memanggil kamu sejak tadi. Ayo, ambilin mangkuk."
"S-saya ...," ucapku yang mendadak gelagapan. "Anu, Bu ... saya lagi nyuapi Radit."
"Tapi, tetap saja, panggilan suami itu nomor satu. Kamu harus tetap menjalankan perintahnya."
***
Aku menggendong Radit sambil membawakan mangkuk ke arah Mas Rudy.
"Rani, kamu gak kerja?" tanya ibu mertua tiba-tiba.
Aku menggelengkan kepala. "Tidak, Bu. Saya sedang izin libur, soalnya sejak tadi malam saya tidak enak badan."
Mas Rudy yang sedang meraih soto di hadapannya langsung nyeletuk. "Alasan aja dia, Bu!" ucapnya. "Biar dia bisa leyeh-leyeh di rumah."
"Leyeh-leyeh bagaimana maksudmu, Mas Rudy?" tanyaku yang kembali emosi mendengar ucapan Mas Rudy. "Meski aku libur, sejak tadi pagi aku sudah cuci baju yang sudah numpuk sejak seminggu lalu. Aku juga yang bersih-bersih, masak, nyapu dan ngepel. Bahkan, aku jugalah yang memandikan Radit. Sementara, Mas Rudy hanya main game sejak pagi."
Ibu mertua tiba-tiba menggenggam tanganku. Nampaknya, dia mulai berada di pihakku. "Rani ...," ucapnya. "Kamu jangan terus-terusan menyalahkan suami kamu. Toh, mengurus rumah kan memang tugas kamu sebagai istri."
Ternyata, di luar dugaanku. Ibu mertua malah membela Mas Rudy.
"Lalu, bagaimana dengan tugas Mas Rudy, Bu? Selama ini sayalah yang mencari nafkah, bukan Mas Rudy. Apa semuanya harus saya yang menanggungnya? Mulai mengurus anak dan rumah hingga mencari nafkah. Bagaimana dengan Mas Rudy yang cuma main game online?" tanyaku kepada ibu mertua.
Ibu mertua pun menatapku dengan tatapan tajam. Lalu, terlontarlah sebuah kalimat yang membuatku semakin muak dengan pernikahanku ini. "Loh? Bukannya kamu yang dulu maksa buat nyari kerja?" tanyanya dengan nada merendahkan.
Aku langsung terdiam. Aku tak berkutik. Ibu mertua yang harusnya jadi penengah di antara kami malah lebih memilih membela puteranya.
"Bener, Bu!" ucap Mas Rudy. "Padahal, dulu dia yang maksa-maksa buat cari duit. Giliran aku yang di rumah, dia malah sok-sokan jadi korban."
***
18+, hampir tiap bab memiliki unsur kedewasaan, jadi tidak di peruntukan pembaca di bawah 18 tahun ke bawah. Cerita ini berlatar belakang seorang mahasiswa yang memiliki prestasi cukup lumayan. Iapun hanya seorang pria yang memiliki perekonomian yang tidak terlalu mendukung, namun bisa melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus ternama, di karenakan ia memiliki kecerdasan hingga dia bisa mendapatkan beasiswa. Awalnya ia tak pernah menyangka kalau dirinya akan menjadi pria yang di lirik banyak wanita, berhubung parasnya tidak terlalu mendukung. Namun sepeninggalnya sahabat terbaiknya, di saat itulah dia mendapatkan semuanya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
“Aduh!!!” Ririn memekik merasakan beban yang amat berat menimpa tubuhnya. Kami berdua ambruk dia dengan posisi terlentang, aku menindihnya dan dada kami saling menempel erat. Sejenak mata kami bertemu, dadanya terasa kenyal mengganjal dadaku, wajahnya memerah nafasnya memburu, aku merasakan adikku mengeras di balik celana panjang ku, tiba-tiba dia mendesah. “Ahhh, Randy masukin aja!” pekik Ririn.
Evelin menikahi Sandi, seorang dokter kandungan, pada usia 24 tahun. Dua tahun kemudian, ketika dia hamil lima bulan, Sandi menggugurkan bayinya dan menceraikannya. Selama masa-masa kelam inilah Evelin bertemu Dhani. Dia memperlakukannya dengan lembut dan memberinya kehangatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Pria itu juga menyebabkan rasa sakit terhebat yang pernah dia alami. Evelin hanya tumbuh lebih kuat setelah semua yang dialaminya, tetapi apakah dia dapat menanggung kebenaran ketika akhirnya terungkap? Siapa Dhani di balik topeng karismatiknya? Dan apa yang akan dilakukan Evelin begitu dia menemukan jawabannya?
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
© 2018-now Bakisah
TOP