Aku mengetuk pintu pondok dengan hati-hati, tidak tahu siapa yang akan menjawab. Beberapa saat kemudian, pintu itu terbuka perlahan, mengungkapkan sosok seorang kakek berjubah dan seorang nenek dengan sorot mata yang tajam sambil menyeringai seperti serial film maklampir yang populer waktu itu. Meski terlihat seram, mereka menyambutku dengan senyum hangat. Walau demikian aku bisa merasakan ada ketegangan yang tersembunyi di balik senyum mereka.
"Siapa kamu malam malam begini disini?" sapa kakek dengan suara serak.
"Aku tersesat di hutan ini, Kek," jawabku dengan ragu. "Bisakah Anda memberi tahu saya jalan pulang ke Semarang?"
Kakek itu memandangku dengan tatapan yang penuh pertimbangan. "Hutan ini memiliki banyak rahasia, anak muda. Tapi kami akan membantumu." Teruslah berjalan ambil sisi kanan dan jangan pernah belok ke kiri sampai kamu menemukan lampu merah. Disitu kamu sudah dekat ke kota."
Dalam hati saya bingung, bagaimana mungkin di hutan belantara ada lampu merah. Karena tak ada pilihan lain, aku Cuma ikutin saja. Dengan penuh perhatian, kakek dan nenek memberi aku petunjuk untuk kembali pulang. Mereka mengingatkanku untuk tidak mempercayai apapun yang tampak di luar sana di malam hari, karena hutan ini memiliki kekuatan yang tak terduga.
Perjalanan Pulang yang Mencekam
Malam itu, udara di sekitar hutan Gondoriyo terasa begitu mencekam. Langit yang biasanya cerah di siang hari, kini tersembunyi di balik awan gelap yang menambah kesan suram. Aku, seorang petualang yang selalu tergoda oleh keindahan alam, memutuskan untuk menjelajahi hutan ini, entah mengapa terlepas dari peringatan kisah seram orang-orang tentang cerita-cerita mistis yang mengelilingi tempat itu.
Meski sering luar kota, saya bukanlah pemberani yang suka menantang jalanan sepi mencekam. Namun kisah saya masuk hutan tersebut lebih tepatnya karena nyasar, dan saya juga tidak tahu kalau itu adalah kawasan Hutan Gondoriyo yang misterius sejak jaman Belanda. Kejadian itupun kualami di medio awal 2001.
Mobilku melaju pelan di jalan yang terbentang di antara pepohonan yang rapat. Cahaya lampu mobil adalah satu-satunya sumber cahaya di sekitar, membuat bayangan pepohonan yang menjulang menjadi semakin menyeramkan. Suara gemuruh hutan dan desiran angin malam membuat bulu kudukku merinding. Sengaja kubuka jendela mobil agar hemat BBM di tengah perjalanan mencekam tersebut. Namun, ketertarikanku terhadap misteri hutan ini begitu kuat, sehingga aku tak tergoyahkan.
Tiba-tiba, suasana hutan berubah. Jalan yang tadi sepi, entah kenapa kini mulai dipadati oleh truk dan bis yang berlalu lalang dengan cepat menyalip mobil saya. Aku merasa heran, karena jalan yang sempit ini tidak mungkin bisa dilewati oleh kendaraan besar seperti itu. Namun, tanpa aku sadari, kebingunganku semakin menjadi ketika truk dan bis itu seakan-akan menghilang begitu saja, tanpa jejak setelah menyalip mobil saya.
Aku terus melanjutkan perjalanan, mengabaikan pertanda-pertanda aneh yang muncul di sepanjang jalan. Hingga akhirnya, aku menyadari bahwa aku telah tersesat. Jalan-jalan di hutan ini terlihat begitu serupa, dan tanpa peta atau kompas, aku tidak tahu harus ke mana lagi.
Dengan hati yang lega namun tetap diselimuti kecemasan, aku melanjutkan perjalanan pulang. Entah keana arahnya setelah sejam saya melihat gerbang di depan saya tertulis "Happy Memorial Garden". Ya Allah...bukankah memorial artinya kuburan? Ingin rasana teriak takut dan menangis namun apa daya, kuputar ayat kursi kencang-kencang sambil terus melaju.
Cahaya lampu mobilku adalah satu-satunya cahaya di sekitar, membuat kegelapan semakin terasa. Aku berusaha untuk tetap fokus, meskipun hatiku berdegup kencang dalam ketakutan.
Tiba-tiba, aku merasakan getaran aneh di bawah mobilku. Aku memperlambat laju mobilku, mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Namun, sebelum aku bisa bereaksi lebih lanjut, sesuatu yang besar dan hitam melintas di depan mobilku dengan cepat.
Aku menahan napas, mencoba untuk memahami apa yang baru saja terjadi. Apakah itu truk atau bis seperti yang dikatakan oleh kakek dan nenek tadi agar jangan tergoda apapun kejadian yang kualami? Ataukah itu sesuatu yang jauh lebih misterius?
Dengan hati-hati, aku melanjutkan perjalanan, mencoba untuk tidak terlalu memikirkan apa yang baru saja aku alami. Namun, semakin lama perjalanan, semakin kuat pula perasaan ketidaknyamanan yang menghantui pikiranku.
Akhirnya, setelah berjam-jam berkendara, aku akhirnya tiba di Semarang. Aku keluar dari mobilku dengan perasaan lega, merasa bersyukur bahwa aku berhasil selamat dari petualangan yang mencekam di hutan rimba tersebut.
Namun, meskipun aku sudah kembali ke kehidupan sehari-hari, cerita tentang hutan itu tetap membayangi pikiranku. Aku terus bertanya-tanya tentang misteri-misteri yang tersembunyi di balik pepohonan yang rapat, dan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu.