/0/18539/coverbig.jpg?v=0b8f4aca865147f2fd3d53813cb7d7aa)
Kayra adalah mahasiswi tingkat pertama yang punya pekerjaan sampingan di klub malam. Ia menari pole dance untuk menghidupi dirinya sendiri juga membayar kuliah. Sayabg, rahasia gelap yang tertutup rapat selama bertahun-tahun itu dihancurkan oleh Alvin--dosen tampan yang dikenal dingin di kampusnya. Kayra dipaksa untuk memilih antara keluar dari kampus atau menjadi boneka Alvin selama setahun penuh. Kayra dinikahi hanya untuk dijadikan pengganti mantannya yang telah mati. Bukan karena susah move on dari cinta, tapi untuk balas dendam karena pernah dikhianati diam-diam. -- Aku menikahinya bukan untuk berbagi hal intim, tapi menjebaknya dalam hubungan toxic. Aku akan melampiaskan seluruh hasratku dalam satu tahun, lalu pergi tanpa meninggalkan kenangan apapun. --Alvin. __ Aku akan mengikatmu seumur hidup. Menjadikanmu budak dan pengemis cintaku. Vin, kamu memilih wanita yang salah. --Kayra.
Laki-laki yang tengah duduk tenang di depan kelas itu adalah Alvin-dosen umur tiga puluhan dengan wajah tirus dan bibir sensual. Tingginya seratus delapan puluh lebih, berambut hitam legam dengan hidung mancung yang menyangga kaca mata hitam. Sudah setengah jam berlalu sejak ia memberi tugas, tapi sosoknya tidak juga bergeming-masih sibuk dengan isi laptopnya sendiri. kebiasaannya memang begitu, suka membuang waktu di kelas sebelum mahasiswanya bertanya lebih dulu.
Aku Kayra, mahasiswi tahun pertama sekaligus penganggum rahasianya. Bisa dibilang tidak ada yang tahu tentang perasaanku. Selain tertutup, aku introvent. Tidak nyaman bergaul dengan siapapun. Keseharianku hanya berangkat ke kampus lalu pulang. Jangankan ikut organisasi, kadang kalau ada tugas berkelompok, aku lebih suka mengerjakan bagianku sendiri lalu dikumpulkan setelahnya. Semua itu untuk menghindari diskusi langsung dengan orang lain.
"Kayra, temui saya setelah kelas terakhir."
Dosen Alvin mendekati mejaku sebelum keluar kelas siang itu. Sosok tingginya berlalu sembari mengucapkan salam pada yang lain.
Aku cukup terkejut mengingat kami hampir tidak pernah bicara satu sama lain. hal itu tentu saja memancing perhatian. Terutama dari anggota kelompokku.
"Pasti ada masalah di tugasmu," celetuk Bintang, menatapku penuh tuduhan.
"Bisa jadi bagianmu keliru. Kami kan sudah bilang harusnya kamu ikut diskusi langsung walau hanya satu kali." Yang lain ikut menimpali. Saling tatap sebelum mengangguk lagi.
Mereka terkesan menyalahkan, tapi aku enggan menimpali. Jika benar, wajar saja kalau mereka kesal. Satu anggota membuat salah, semua akan kena imbasnya.
Tiga jam setelah kelas terakhirku, aku menemui dosen Alvin di ruangannya. Waktu itu jam empat sore, mata kuliah sebagian mahasiswa sudah selesai. Lorong menuju kantor dosen cukup sepi. Aku hanya melihat petugas kebersihan juga beberapa mahasiswa yang sibuk dengan organisasi dalam kampus. Kalau dipikir-pikir, ini adalah pertama kalinya aku ke sana seorang diri.
"Masuk."
Suara berat dosen Alvin terdengar dari luar saat aku mengetuk pintu. Di kantor itu benar-benar hanya dia. Semua sudah pulang karena ini memang akhir pekan. Aku merasa canggung karena tidak ada orang selain kami. Apalagi suasana cukup remang dengan lampu kecil di tiap meter atap. Ditambah cahaya sore tidak bisa masuk karea terhalang dedaunan pohon.
"Duduk, sudah lama saya ingin bicara denganmu," katanya melepas kaca mata yang sejak tadi bertengger di hidung.
Diam-diam aku menelan ludah, membayangkan bagaimana rasanya menyentuh tulang hidung yang mirip perosotan itu. Sudah menjadi rahasia umum kalau dosen Alvin menjadi role model mahasiswinya. Andai sikapnya tidak terlalu kaku, sudah bisa dipastikan ia akan jauh lebih populer. Sayangnya dosen Alvin mirip denganku. Ia terlihat dingin, jarang tersenyum dan suka menyendiri. Terbukti saat ada acara kampus, duduknya selalu paling belakang.
"Maaf pak, apa ada kesalahan di tugas saya?" tanyaku khawatir. Sebagai penerima bea siswa, aku tidak bisa mengabaikan nilai akademik.
"Begini Kayra, ini bukan tentang kuliah." Ia bergumam lalu tiba-tiba saja menatapku lurus.
Dipandang begitu, jantungku langsung berdegup kencang, antara khawatir juga malu.
"Lalu tentang apa, pak?" tanyaku penasaran.
Apa aku membuat kesalahan? Tapi dibanding mahasiswa lain, nilai juga sikapku cukup baik. Bahkan jauh di atas mereka.
"Kay, kamu punya pacar?"
"Ha?" ucapku tak sengaja.
Omong kosong. Kenapa seorang Alvin bertanya hal pribadi pada gadis muram sepertiku? Batinku bingung. Kubalas tatapannya, mencari apa aku tengah dikerjai atau bagaimana.
"Tidak, pak. Saya tidak punya," jawabku buru-buru memperbaiki ucapanku. Sebisa mungkin aku mencoba berpikir positif.
Mungkin pertanyaan itu ada hubungannya dengan program bea siswa. Bisa jadi, pihak kampus lebih menyukai mahasiswa yang fokus kuliah. Tapi rupanya tebakanku salah.
"Ini kamu bukan?"
Saat sebuah foto dilempar ke atas meja, barulah wajahku langsung pucat pasi.
"Ini kamu?" dosen Alvin tidak lagi bertanya, tapi suaranya kini terdengar setengah menggertak. Belum pernah aku melihatnya menampakkan emosi yang begitu nyata. Sekalipun marah, ia selalu memberikan hukuman, bukan teriakan. Itulah kenapaa ia dijuluki dosen es.
"Bukan."
Kutatap foto gadis berpakaian minim yang tengah melakukan pole dance. Bagian atas terbuka dan bagian bawah hanya memakai dalaman saja.
Itu aku. Memang aku. Tapi pertanyaannya, bagaimana dia tahu? Pekerjaan sampingan di klub malam sudah tiga tahun kugeluti dan tidak pernah ketahuan. Aku bukan kekurangan uang, tapi memang menyukainya. Daripada bicara dan bergaul, aku lebih suka menari di atas panggung. Selain memakai riasan tebal, aku juga tidak pernah melupakan topeng. Harusnya di sini akulah yang curiga, bukan dia.
"Ini kamu. Saya tahu ini kamu."
Dosen Alvin menunjuk fotoku lagi sambil mengetuk meja, penuh emosi.
"Dia memakai topeng, wajahnya tidak terlihat." Aku yang tadinya takut-takut, memutuskan untuk menegakkan wajah. Selagi hanya tebakan, citraku sebagai mahasiswi introvent yang kuper tidak akan bisa digoyahkan. Aku butuh pekerjaan itu juga butuh pendidikan. Lagipula selama ini tugasku hanya menari pole, bukan striptis dance.
"Baiklah, sejak awal saya memang salah bicara soal ini di kampus. Tapi status kita berbeda saat di luar, apalagi di klub."
Jujur saja, itu sangat menganggu. Dosen yang tadinya adalah pemanis kekosonganku, kini berubah menjadi pengancam. Apapun alasannya, ia tidak berhak mendikteku.
"Saya pamit dulu. Semoga anda bisa meluruskan kesalahpahaman ini," ucapku buru-buru berdiri.
Hari sudah mulai sore dan tidak ada alasan untuk tetap tinggal karena pembicaraan kami mulai berantakan. Untung saja, dosen Alvin tidak mencegahku. Ia hanya diam dan menatapku dari tempatnya duduk.
Sialan. Di saat seperti ini aku masih bisa membayangkan hal gila. Kaki panjangnya itu akan sangat cocok untuk diduduki. Entahlah, mungkin karena terlalu lama mempertahankan keperawanan, aku jadi tidak bisa mengendalikan pemikiran liarku soal laki-laki. Tapi anehnya tidak semua, hanya Alvin saja yang menarik di mata.
Padahal harusnya aku panik, bukan malah bergairah sendiri. Jujur saja, Alvin tahu tentang pekerjaan sampinganku saja sudah aneh, apalagi bisa mengenaliku menggunakan topeng. Ada dua kemungkinan. Dia memergokiku keluar klub malam atau memang mengunjungi klub dewasa itu diam-diam.
Tidak kusangka, dia punya sisi gelap juga, batinku mengambil permen karet dari dalam tas. Apapun itu aku harus segera membereskannya. Bos di klub pasti akan membantuku dengan melarangnya masuk. Ya, semua bisa dibereskan hanya dengan itu. Popularitasku di sana sangat stabil dan membuat pemasukan besar. Kehilangan satu pelanggan pasti bisa dilakukan demi kelangsungan karirku.
Aku Kayra, mahasiswi dengan penampilan paling membosankan. Rambut panjang diikat tinggi, hodie besar berwarna senada dan sepatu kets putih. Tapi itu hanya berlaku di kampus. Di malam hari, aku menjelma menjadi Sally, pole dancer yang memanjakan mata lapar puluhan laki-laki. Aku hanya perlu tiga jam kerja untuk mendapat nominal satu bulan gaji pegawai pabrik.
Alasan kenapa aku ingin kuliah adalah pole dancer bukan pekerjaan terhormat. Begitu berumur, tubuhku tidak akan seindah dulu dan tentu saja pemilik klub akan membuangku. Jadi sebelum itu terjadi, aku harus membangun latar belakang agar nantinya bisa diterima bekerja kantoran.
Namun sialnya, rencanaku terhalang oleh Alvin. Dosen tampan itu harusnya menjadi patung pualam yang hidup untuk dikagumi saja, bukan malah menganggu kehidupan pribadi mahasiswanya. Selama tidak ketahuan, menjadi pole dancer atau ayam kampus, itu tidak akan merusak nama baik universitas.
Jalan kehidupan seseorang, tak lebih dari skenario tanpa urutan. Terkadang serasa di atas, padahal posisi masih jauh di bawah. Alam bawah sadar setiap manusia hanya disesaki keserakahan yang sering dilihat seperti kebaikan. Yui misalnya, setelah memutuskan untuk melepas kegadisannya lewat prostitusi online, ia malah bertemu dengan pria kejam. Seorang pemimpin Yakuza yang rela merenggut kebahagian orang lain untuk kepuasannya. "Aku hanya butuh budak, bukan seorang istri. Kau, memenuhi setiap syaratnya. Ayahmu, Matsumoto Miura, berhutang nyawa dan berjanji memberikan anak gadisnya pada ayahku." Seperti kaca yang pecah dan berserakan, Yui Miura tidak bisa berkata apapun selain mencari keuntungan dari semua itu. "Berikan aku tarif yang cukup. Maka aku akan bersedia mengandung anakmu." Yakuza itu tertawa, persis orang sakit. Malam yang mereka habiskan berdua, adalah awal dari penyesalan pertama.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Disuruh menikah dengan mayat? Ihh ... ngeri tapi itulah yang terjadi pada Angel. Dia harus menikah dengan mayat seorang CEO muda yang tampan karena hutang budi keluarga dan imbalan 2 milyar! Demi keluarganya, pada akhirnya Angel terpaksa menerima pernikahan itu! Tapi, ternyata mayat pengantin pria itu masih hidup! Apa yang akan terjadi selanjutnya? Baca sampai tamat yah, karena novel ini akan sangat menarik untuk menemani waktu santaimu. Salam kenal para pembaca, saya Yanti Runa. Semoga suka ya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Natalia dulu mengira dia bisa meluluhkan hati Kenzo yang dingin, tetapi dia salah besar. Ketika akhirnya memutuskan untuk pergi, dia mendapati dirinya hamil. Meski begitu, dia memilih untuk diam-diam meninggalkan dunia pria itu, yang mendorong Kenzo untuk mengerahkan semua sumber dayanya dan memperluas bisnisnya ke skala global-semua itu dilakukannya demi menemukannya. Namun, tidak ada jejak Natalia. Kenzo perlahan-lahan berubah menjadi gila, menjungkirbalikkan kota dan membuat kekacauan. Natalia akhirnya muncul kembali bertahun-tahun kemudian, dengan kekayaan dan kekuasaannya sendiri, hanya untuk mendapati dirinya terjerat dengan Kenzo sekali lagi.
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"