Menjadi pengawal seorang CEO arogan bukanlah impian Asalina, tapi karena sebuah insiden dia terpaksa menandatangani kontrak perjanjian.
Menjadi pengawal seorang CEO arogan bukanlah impian Asalina, tapi karena sebuah insiden dia terpaksa menandatangani kontrak perjanjian.
Ashalina Lamida, memasang wajah santai ketika polisi menginterogasinya. Padahal dalam hatinya, Ashalina ingin sekali mematahkan kaki Aldo satu lagi, yang tadi sempat melecehkan dia di kampus.
Memang susah berhadapan dengan orang kaya, mereka seenaknya sendiri, menghargai orang lain hanya dengan uang. Aldo adalah salah satu anak pejabat daerah yang sekampus dengan Ashalina.
Siapa yang tidak tertarik pada Ashalina Lamida. Gadis cantik nyaris sempurna itu selalu menjadi perbincangan hangat di kampus. Selain cantik, dia menguasai ilmu beladiri dan multibahasa juga. Aldo mati-matian mengharap cintanya, tetapi selalu saja ditolak. Akhirnya Aldo kalap, dia tak memikirkan pandangan mahasiswa lain, dengan sigap, anak mami itu mencium Ashalina.
Pukulan bertubi-tubi mendarat di pipi dan kening Aldo, terakhir, terdengar suara pekikan dari mulut mahasiswa nakal itu ketika Ashalina menendang kakinya.
"Anda cantik, tapi kenapa kasar sekali?" tanya polisi.
"Saya mau tanya, Pak. Apakah Bapak setuju kalau misalnya adik atau anak Bapak dicium tanpa adanya ikatan?" jawab Ashalina balik bertanya.
Sesaat polisi itu diam, lalu dia berjalan ke arah Ashalina dan berbisik, " Tolong jangan mempersulit saya, Nona."
"Oke, sekarang saya paham!" Ashalina berucap ketus, lalu matanya melotot ke arah Aldo .
"Antar aku ke rumah sakit," pinta Aldo sambil meringis.
"Udah jelas sakit, kenapa kamu menggiringku ke kantor polisi?! Merepotkan!" bentak Ashalina.
Dengan berat hati, Ashalina memapah Aldo. Lalu mengambil alih setir kemudi karena supir pribadi anak mami itu mendadak pulang dipanggil sang majikan, papi Aldo.
Sesampainya di rumah sakit, Ashalina kembali memapah Aldo. Suatu kesempatan yang menguntungkan bagi pria berada di dekatnya, bisa berlama-lama dengan gadis pujaan hati. Seperti mendapatkan kemenangan setelah musibah yang diterimanya.
"Temani aku sampai kondisiku kembali pulih," rengek Aldo, itu membuat Ashalina mendadak mual.
"Ih, najis. Kamu seperti bayi yang kehilangan mainan," ejek Ashalina.
"Oke, kalau kamu tidak mau, aku akan ...."
"Akan apa? Aku lebih baik mendekam di penjara, dari pada berlama-lama dengan cowok tengil seperti kamu," ucap Ashalina memotong pembicaraan Aldo.
"Jangan membuat ayahmu sedih," acam Aldo. Dia tahu kalau Ashalina sangat patuh dan menyayangi kedua orang tuanya.
Gadis cantik bermata cokelat itu terdiam. Mengingat sang ayah yang kini kondisi kesehatannya sedang menurun, dia akhirnya terpaksa menuruti keinginan Aldo. Anak mami itu bisa saja membuat kekacauan yang lebih parah karena uang berbicara.
"Asha, maafin aku, ya. Ini semua kulakukan karena aku menyukaimu. Kamu jangan merasa ditindas apalagi merasa kalau aku sedang mengancam," ujar Aldo mencoba membujuk Ashalina.
"Kamu tidurlah, aku mau cari makan dulu. Laper," ungkap Ashalina.
"Tak perlu capek-capek keluar," cegat Aldo, kemudian dia meraih ponselnya. Lalu, dia menelepon restoran cepat saji.
Selang beberapa menit, suara ketukan pintu terdengar. Pria berpakaian seragam berwarna serba merah dan memakai topi bergambar ayam, mengantar makanan yang dipesan Aldo tadi.
Ashalina yang sudah kelaparan, dia langsung menyambar kotak di tangan pengantar makanan. Tak peduli dengan tanggapan dua orang pria beda generasi dan kasta itu, Ashalina makan dengan lahap sembari menaikkan kakinya sebelah ke atas bangku. Aldo menggeleng-geleng melihat kelakuan sang gadis.
"Tadi sok jual mahal," cibir Aldo. "Ini, Mas. Ambil aja kembaliannya." Setelah membayar, Aldo kembali menyandarkan kepala ke bantal yang disusun tegak.
Setelah selesai makan, Ashalina berpamitan pulang pada Aldo. Awalnya si anak mami tak mengizinkan, tetapi Ashalina berjanji akan membesuknya esok hari, sampai di jam yang sama seperti saat ini.
***
"Asha, kenapa kamu telat pulang, Nak? Apa ada kelas tambahan?" tanya Kato-ayah Ashalina.
"Iya, Yah. Asha sebentar lagi, kan diwisuda. Jadi, mungkin dalam seminggu ini akan sibuk, Yah. Ayah tenang aja, Asha bisa jaga diri, kok," jawabnya.
"Baik. Sebentar lagi kamu sudah jadi sarjana, semoga kedepannya bisa mendapatkan pekerjaan bagus," ucap Kato sembari membelai rambut anaknya yang tergerai panjang.
Ashalina mengecup tangan sang ayah, lalu beralih ke ibunya yang sedang mempersiapkan makan malam.
"Laper, ya?" tanya Saira, sedangkan matanya tetap fokus pada ayam yang sedang berenang di minyak panas.
"Nggak, Bu. Tadi Asha sudah makan di kampus." Lagi-lagi dia berbohong. Walau menyesal, tetapi itu dilakukan demi menjaga perasaan kedua orang tuanya.
***
Keesokan harinya Ashalina pergi ke rumah sakit sepulang dari kampus. Bel belum berbunyi, tetapi Aldo sudah sibuk mengirim chat melalui aplikasi berwarna hijau.
"Dikira aku ini istrinya apa. Ck!" gerutu Ashalina ketika naik ke angkot.
Perasaannya sedang tak baik, merasa dimanfaatkan dalam situasi ini. Di dalam angkot, ada seorang pria bertato menatapnya penuh birahi. Padahal Ashalina tidak berpakaian seksi, tetapi kecantikannya seperti maknet yang siap menarik siapa saja yang meliriknya. Pria itu mulai mendekat, mungkin dia merasa aman karena tak ada orang lain selain si supir.
"Heh, heh, mau ngapain kamu?" gertak Ashalina sembari membulatkan telapak tangannya.
"Uh, kamu benar-benar membuatku penasaran," ujar pria bertato itu.
"Bang ... Bang, stop!" seru Ashalina pada si sopir.
Namun, si sopir terus melaju karena diancam pria bertato. Awalnya Ashalina mencoba mengelak-elak, tetapi pria itu tak juga menghentikan aksinya.
Bugh!
Tinju Ashalina tepat mengenai hidung pria itu. Darah mengucur, tetapi dia tak memedulikan. Tangannya masih menggapai-gapai gadis jagon tersebut.
"Berhenti, Bang!" bentak Ashalina. Akhirnya si sopir meminggirkan mobil.
Ashalina melompat keluar, lalu disusul pria tersebut. Baku hantam pun tak terelakkan, hingga menarik perhatian pengguna jalan lainnya. Kebetulan, seorang wartawan melewati jalur itu. Dia gegas mengabadikan kejadian tersebut dengan memotretnya.
Polisi yang ternyata bernama Heri Saputra, meraih ponsel milik sang gadis. Lalu, dia berbicara pada Aldo dan menerangkan kejadian yang tak sempat dia saksikan begitu jelas. Aldo mengerti, tetapi dia meminta pada Heri untuk segera melepaskan Ashalina.
"Saya tanya-tanya Anda di mobil aja, Nona. Sambil mengantar Anda ke rumah sakit," ujar Heri Saputra.
"Bapak, kok, cemen banget, sih? Apa yang Bapak takuti dari cowok tengil itu. Bapak polisi, loh," ucap Ashalina mengejek.
"Diam kamu!" bentak Heri Saputra. Sementara temannya yang sedang menyetir, sesama polisi hanya menggeleng-geleng.
Ashalina Lamida mulai menjelaskan kronologi. Setiap apa yang diucapkan gadis cantik itu, Heri mendengarkan dan mencatat dengan serius. Entah untuk apa dia lakukan itu.
Sesampai di rumah sakit, Ashalina langsung menuju ruang VIP, tempat si anak mami dirawat. Di saat membuka pintu, ternyata mami Aldo sudah berada di dalam.
"Ooo ... ini yang namanya Ashalina Lamida?" tanya wanita berpenampilan glamor.
"I-iya, Tante," jawab Ashalina sedikit gugup. Dia mengira kalau Aldo menceritakan keburukannya. "Gawat, bisa runyam, nih, berurusan dengan ibu-ibu," lanjutnya membatin.
"Pantesan, kamu memang benar-benar cantik," puji mama Aldo.
"Ah, Tante bisa aja," ucap Ashalina sembari menghela napas karena yang dicemaskan tidak terjadi.
Mereka bertiga pun larut dalam obrolan, hangat menurut Aldo, tetapi Ashalina merasa risi. Mami Aldo terlalu menyombongkan diri, membahas pakaian-pakaian mahal, tas, dan juga sepatu branded. Sesuatu yang membuat Ashalina muak pun juga terjadi. Aldo mengambil kesempatan untuk bersandar di bahu gadis bermata cokelat itu.
Ashalina coba menghindar, tetapi Aldo terus saja menggeser duduknya. Sementara maminya masih sibuk memamerkan foto-foto koleksi dan rumah milik mereka.
"Demi apa aku terjerat di antara orang aneh berdua ini," rutuk Ashalina dalam hati.
"Asha, kamu juga lulus tahun ini, ya?" tanya mami Aldo.
"Iya, Tante," jawab Ashalina.
"Mau kerja dimana setelah lulus?"
"Belum tau, Tan."
"Gimana kalau kamu kerja di butik tante aja," tawar mami Aldo.
Wajah Aldo berubah, dia tersenyum dengan semringah. Berharap pujaan hati menerima tawaran dari maminya, agar dia bisa bebas menemui Ashalina.
Bersambung ....
"Jangan berbangga dulu kalian, saat ini aku memang kalah, tetapi aku akan lahir kembali!" Suara itu lama kelamaan menghilang, ditelan desau angin yang berembus kencang. Bau busuk seperti sesuatu yang terbakar, tercium indra penciuman bagi siapa yang berada di lokasi tersebut. Mencintai arwah sang kekasih, berwujud ketika mendapat pertolongan dari seorang dukun sakti mandraguna, tetapi ternyata ditipu oleh ratu iblis. Hubungan Jacob dengan si iblis bukan sekedar saling menyapa, tetapi sering berlanjut ke ranjang ....
“Dasar wanita pembawa sial! Kenapa dia menyetujui pernikahan ini? Oh, sekarang aku baru ingat, bisa saja dia memang benar-benar menyukaiku. Secara, aku kan, lebih tampan dari pria yang tak jadi menjadi tunangannya itu,” rutuk Demian Dewantara, menyayangkan nasib yang menimpa dirinya. Pernikahan yang dibisnikan, itulah tanggapan Hana Anindya Prayoga. Dia juga tak sudi menerian Demian Dewantara menjadi suaminya. Akan tetapi, drama yang diciptakan oleh Guntoro Prayoga—ayahnya—sukses membuat Hana Anindya Prayoga terjebak ke sebuah hubungan tanpa adanya cinta. Namun, pada suatu kejadian, perasaan benci itu melebur. Seiring berjalannya waktu, semuanya berubah.
Semua orang di kota tahu bahwa Amelia telah mengejar Jako selama bertahun-tahun, bahkan menorehkan inisialnya di kulitnya. Ketika rumor jahat menyeruak, dia hanya meluruskan mansetnya dan memerintahkan Amelia untuk berlutut di hadapan wanita yang sebenarnya dia cintai. Amelia, dengan penuh kesadaran dan kemarahan, menggebrakkan cincin pertunangannya ke meja Jako dan pergi. Tak lama setelah itu, dia berbisik "Aku mau" kepada seorang miliarder, dan foto pernikahan mereka langsung membanjiri setiap media sosial. Panik menguasai Jako. "Dia memanfaatkanmu untuk membalas dendam padaku," katanya dengan nada penuh kebencian. Miliarder itu hanya tersenyum. "Menjadi pelindungnya adalah kehormatanku."
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?
"Pak kenapa bimbingannya di dalam kamar?" Tanya Zeya Scopuso. "Akan ada bimbingan tambahan dari saya," jawab Delson Weather seraya meraba paha Zeya dengan lembut.
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY