/0/18721/coverbig.jpg?v=8536c807c843e8c50cf7b97560db7ba6)
Di balik keanggunan kota Milan yang memukau, tersembunyi dunia gelap yang dikuasai oleh mafia berdarah dingin, Vicenzo. Sebagai kepala keluarga mafia yang paling ditakuti, Vicenzo dikenal tak pernah tersentuh oleh hukum, meski bukti kejahatannya menumpuk di meja para detektif. Namun, ketika sebuah operasi berjalan salah, Vicenzo menghilang tanpa jejak, meninggalkan dunia kriminal yang ia pimpin dalam kekacauan. Bertahun-tahun kemudian, di sebuah kota kecil yang terlupakan, Vicenzo muncul kembali dengan misi pribadi. Ia mencari Jill, seorang seniman muda berbakat yang tragisnya kehilangan penglihatan karena peluru nyasar dari senjata Vicenzo sendiri. Kini, dengan mata yang tak lagi melihat, Jill menggambar dunia melalui sentuhan dan suara, tak sadar bahwa masa lalunya yang kelam sedang mendekat. Ketika jalur mereka bersinggungan, Vicenzo dan Jill terjerat dalam permainan mematikan antara cinta dan dendam. Vicenzo harus melindungi Jill dari musuh-musuhnya yang ingin memanfaatkan kelemahannya, sementara Jill berjuang untuk memaafkan pria yang telah merenggut cahaya dari hidupnya. Bersama, mereka harus menghadapi masa lalu yang kelam dan musuh yang tak terlihat, sambil menemukan cinta di tempat yang paling tidak terduga.
Matahari terbenam di cakrawala, mewarnai langit dengan semburat jingga dan merah saat Jill melangkah keluar dari kantornya. Hari itu telah panjang dan melelahkan, tetapi pikirannya masih penuh dengan sketsa dan desain yang akan dia ciptakan esok hari. Dengan langkah yang tergesa-gesa, dia membuka pintu mobilnya dan meluncur ke dalam, siap untuk pulang ke kedamaian rumahnya. Namun, kedamaian itu segera terkoyak saat dia menyadari kehadiran yang tidak diundang di kursi penumpang.
Seorang pria dengan pakaian yang berlumuran darah duduk dengan tenang, senjata di tangannya menunjuk tegas ke pelipis Jill. Detak jantungnya berpacu, adrenalin mengalir deras, namun dengan keberanian yang dipaksakan, Jill menyalakan mesin dan membiarkan instingnya mengambil alih. Mobil itu melaju perlahan, membawa mereka berdua ke dalam malam yang tak pasti, di mana rahasia dan bahaya bersembunyi di setiap belokan.
"Jangan takut, aku tidak akan membunuhmu. Asalkan kau, patuh." Katanya pria itu, menatap tajam wajah Jill.
Jill hanya mengangguk, tanpa menoleh. Ia fokus ke depan, mengendarai mobilnya.
Malam itu, jalanan tampak sepi dan hanya terang benderang oleh lampu-lampu kota yang berkelap-kelip di kejauhan. Pria di samping Jill, dengan nafas yang teratur menandakan ketenangan yang terlatih, memperhatikan melalui kaca spion bahwa ada bayangan yang mengikuti mereka - sebuah motor dengan lampu yang redup. Ketika motor itu mendekat, pria berjaket kulit hitam yang mengendarainya mengeluarkan pistol dan menodongkannya tepat ke arah kaca jendela mobil Jill. Dalam sekejap, pria di samping Jill bertindak dengan refleks yang tajam, menarik pistolnya dan melepaskan tembakan. Namun, dalam pertarungan yang berlangsung cepat, peluru yang dilepaskan meleset, berdesingan dekat wajah Jill, meninggalkan jejak panas yang membakar kulitnya dan menyisir kedua bola matanya. Teriakan Jill memecah kesunyian malam, dan dalam kepanikan, mobil yang mereka tumpangi mulai oleng tak terkendali. Mereka berdua berjuang untuk menguasai setir, tapi nasib telah menentukan jalannya. Dengan suara gemuruh yang menggelegar, mobil itu akhirnya menabrak sebuah pohon besar di pinggir jalan, meninggalkan mereka dalam keheningan yang tiba-tiba, dikelilingi oleh debu dan daun-daun yang berterbangan.
"Ayo, cepat bantu!!" Teriak salah satu pejalan kaki yang kebetulan melintas, dan melihat kejadian itu.
"Di dalam mobil, hanya ada satu orang!" serunya pejalan kaki lain, yang memeriksa ke dalam mobil.
Dalam keheningan malam yang tiba-tiba terpecah oleh suara sirine yang mendesing, Jill terbaring tak berdaya, merasakan setiap denyut nyeri yang melanda tubuhnya. Kepalanya berputar, dan dunia di sekelilingnya terasa seperti bergerak dalam gerakan lambat. Dengan setiap tarikan napas yang berat, ia mencoba mempertahankan benang tipis kesadaran yang masih tersisa. Samar-samar, ia merasakan kehadiran orang-orang di sekitarnya, mendengar suara bisikan dan langkah kaki yang terburu-buru, merasakan sentuhan tangan yang berusaha menolongnya. Namun, seiring dengan suara sirine yang semakin keras, kesadarannya mulai terkikis, dan Jill menyerah pada gelapnya ketidaksadaran, terhanyut ke dalam keabadian yang sunyi, di mana rasa sakit dan ketakutan perlahan-lahan memudar.
*****
Koridor rumah sakit yang biasanya ramai kini terasa hening, hanya sesekali terdengar suara langkah kaki perawat yang lewat. Di depan ruang operasi, tiga sosok berdiri dalam diam yang berat. Laras, mertua Jill, tampak tenggelam dalam dunia digitalnya, matanya tidak pernah lepas dari layar ponsel yang terus berkedip dengan notifikasi. Sementara itu, Dila, adik ipar Jill, terlihat sibuk berbicara di ponselnya, mungkin mencari pengalihan dari ketegangan yang menggantung di udara. Di antara mereka, Reno, suami Jill, berjalan mondar-mandir dengan raut wajah yang gelisah. Setiap gerakannya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam, matanya sesekali menatap pintu operasi, seolah mencoba menembusnya untuk melihat kondisi Jill. Waktu seakan berhenti bagi mereka, setiap detik terasa seperti jam, menunggu kabar yang akan menentukan nasib Jill, wanita yang mereka cintai.
Selang beberapa jam, seorang dokter keluar dari ruang operasi. Dokter tersebut di hampiri oleh Reno dan bertanya bagaimana keadaan istrinya. Dokter mengatakan, kalau saat ini yang di butuhkan Jill adalah kornea mata. Tentu saja itu mengejutkan Reno, Laras dan Dila. Pasalnya, tidak mudah mendapatkan kornea mata, apalagi harganya terbilang fantastis.
"Dokter, bagaimana keadaan Jill? Apakah dia baik-baik saja?"
Dokter menghela napas panjang, menatap raut wajah Reno yang khawatir. "Untuk saat ini, Jill membutuhkan transplantasi kornea mata. Kondisinya stabil, tapi ini adalah langkah yang perlu segera diambil untuk memulihkan penglihatannya."
"Transplantasi kornea? Itu... itu mengejutkan." Katanya, Reno.
"Tapi dokter, mendapatkan kornea mata bukanlah hal yang mudah, dan biayanya..." ucapan Laras menggantung.
Dokter itu menganggu, lalu berbalik dan menghilang di balik pintu ruang operasi, meninggalkan Reno dalam genggaman kecemasan yang semakin menguat. Ia merasa seolah-olah setiap detik yang berlalu adalah seberkas harapan yang menguap. Sementara itu, Laras tampak tenang, hampir tidak terpengaruh oleh berita yang baru saja mereka terima, matanya masih terpaku pada layar ponsel yang terus menerus menyala. Dila, dengan sikap yang serupa, tampak lebih asyik dengan percakapan di ponselnya daripada situasi tegang yang sedang berlangsung. Mereka berdua, dalam gelembung mereka sendiri, tampaknya terpisah dari realitas yang menyakitkan bahwa Jill, anggota keluarga mereka, sedang berjuang antara hidup dan mati hanya beberapa meter dari tempat mereka berdiri.
Reno berbalik merebut ponsel milik ibunya. "Ma, ini masalah serius!"
Laras matanya mendelik, merebut kembali ponsel di tangan putranya. "Mama capek. Jill, memang menantu tidak berguna."
"Ma, bukan saatnya kita bahas seperti ini. Aku juga capek, setiap hari mendengar hasutanmu, ma... " keluh Reno frustasi.
'Kamu pikir, mama sedang menghasutmu?" tanya Laras terlihat emosi. "Kau, sudah di butakan cinta!"
"Ma!" pekik Reno, menatap tajam Laras. Sementara Dila, acuh tak acuh dengab pertengkaran mereka. Bagi Dila, itu sudah menjadi kebiasaan di rumah.
Reno balik badan menatap Dila yang masih asik mengobrol. Ia langsung menghampirinya dan merebut ponsel. Di bantingnya ponsel ke lantai hingga berantakan. Dila menatap marah pada Reno, ia tidak mengerti kenapa Reno semarah itu.
"Kamu juga sama saja, bukannya membantuku berfikir!"
Dila tersenyuk sinis. "Dia istrimu, tanggung jawabmu. Aku? aku hanya adikmu, dan dia bukan tanggung jawabku!"
Reno berteriak frustasi karena kesal oleh mama dan adiknya. Ia bergegas pergi meninggalkan Laras dan Dila yang masih terpaku di tempatnya.
"Salah siapa, memilih perempuan tidak berguna itu." Celetuk Dila, dan di benarkan oleh Laras.
"Kau benar, Kirana lebih cocok dengan Reno. Cantik, kaya, berpendidikan, dan tentu saja bisa memberikan keturunan."
Dila mengangguk, menyetujui pernyataan mamanya. 'Sudahlah ma, aku capek. Kita pulang saja."
Laras mengangguk, ke duanya beranjak pergi meninggalkan rumah sakit. Mereka berdua tidak perduli dengan ke-adaan Jill. Bagi mereka, Jill adalah benalu dalam keluarga besar Sanjaya.
Anna selalu percaya bahwa cinta sejati mampu mengatasi segalanya. Namun, ketika putranya terlahir buta, keyakinannya diuji. Brian, suami yang dia cintai dan dukung, berubah menjadi pria yang ambisius dan tak peduli, tega berselingkuh demi ambisi kariernya. Di tengah pengkhianatan dan kesedihan, Anna bertemu Saga, seorang pewaris muda yang dingin, yang menemukan kehangatan dan makna baru dalam hidupnya setelah mengenal Anna dan putranya. Saat cinta, ambisi, dan pengkhianatan saling bertarung, Anna harus memilih: mempertahankan cinta yang semakin merapuh, atau berani mengejar kebahagiaan baru yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Di tengah gemerlap Jakarta, Gina seorang mantan wanita malam, berjuang untuk memulai lembaran baru dengan menikahi Daniel, pewaris kaya raya. Namun, masa lalunya yang kelam mengejarnya, menghancurkan segala impian saat dia dituduh membunuh ayah mertuanya. Terperangkap dalam jeruji besi dan bayang-bayang hukuman mati, Gina menemukan kekuatan baru dalam cinta seorang ibu. Ketika tragedi menimpa putrinya, Amy, yang jatuh ke tangan mereka yang berkuasa dan korup, Gina berubah dari korban menjadi pembalas dendam. Dengan setiap detik yang berlalu, ia semakin dekat dengan kebenaran yang akan mengguncang fondasi keadilan dan moralitas. "Bayang-Bayang Masa Lalu" adalah perjalanan Gina yang mendebarkan dalam mencari keadilan, kebebasan, dan penebusan.
Setelah memutuskan hubungan dengan keluarganya yang terjerat kasus korupsi, Magnus bekerja pada keluarga Montgomery, sebuah perusahaan lokomotif terbesar di dunia. Dan dia harus menikah dengan Cressa, putri bungsu Montgomery yang pemarah. Bersama, Magnus dan Cressa punya tujuan masing-masing dalam pernikahan itu. Namun, perlahan-lahan Cressa mengungkap jati diri Magnus yang sebenarnya. Magnus bukan anak koruptor semata, lalu siapa sebenarnya dia?
(Cerita mengandung FULL adegan dewasa tiap Babnya Rated 21++) Bertemu di kapal pesiar membuat dua pasangan muda mudi memiliki ketertarikan satu sama lain. Marc dan Valerie menemukan sosok yang berbeda pada pasangan suami istri yang mereka temui secara tidak sengaja di kapal pesiar. Begitu pula dengan Dylan dan Laura merasakan hal yang sama kepada Marc dan Valerie. Hingga sebuah ide tercetus di pikiran mereka karena rasa penasaran yang begitu besar. “Sayang, hanya satu hari, haruskah kita bertukar pasangan dengan Valerie dan Marc?” ucap Dylan menatap sang istri. Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Apakah perselingkuhan ini akan berakhir atau membawa sebuah misteri kehidupan baru bagi kedua pasangan ini...
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Blurb : Adult 21+ Orang bilang cinta itu indah tetapi akankah tetap indah kalau merasakan cinta terhadap milik orang lain. Milik seseorang yang kita sayangi
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila