/0/19642/coverbig.jpg?v=a62efa9ed7e2926e14149659e237b628)
Gema Dirgantara, sangat mencintai wanita bernama Anita. Namun, sayangnya Anita malah menikah dengan Angga Wijaya, yang tidak lain adalah Ayah kandung Gema. Gema begitu hancur saat ia kembali ke rumah dan mendapati wanita yang sangat ia cintai itu, kini berstatus ibu tirinya. Seperti apa kehidupan yang dijalani Anita, setelah menjadi ibu bagi pria yang sangat ia cintai?
"Saya nikahkan dan kawinkan, Ananda Anita Apsari binti Almarhum Sueb, dengan Angga Wijaya dengan maskawin emas seberat satu kilogram, uang sepuluh juta, satu unit rumah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
"Saya terima nikahnya, Anita Apsari binti Almarhum Sueb dengan maskawin dibayar ... Tunai!" tegas pria itu dalam sekali tarikan napas.
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya Ketua Pengulu yang bertugas sambil melihat kiri dan kanannya.
"Sah!" ucap seorang pria yang duduk di sebelah kanan.
"Sah!" ucap yang lainnya di sisi kiri.
Setelah para saksi menyatakan 'Sah!' Ketua Penghulu itu, segera memimpin doa bersama. Kedua insan yang kini telah sah menjadi suami istri secara agama itu, ikut mengaminkan doa tersebut.
"Ayah, kenapa di luar banyak ..." Kalimat itu tergantung di ujung tenggorokan bersamaan dengan sorot matanya yang menatap lurus ke sudut ruangan.
Suara itu seketika memecah keheningan di sana. Seorang pemuda, memasuki ruangan dengan langkah cepat dan raut wajah keheranan. Namun, ayunan kakinya terhenti beberapa langkah dari bibir pintu.
Seluruh pasang mata tertuju padanya. Seketika itu juga, mimik wajah pemuda itu berubah menjadi tegang dan rasa tidak percaya.
"Ada apa ini?" tanyanya terdengar sangat pelan sambil berjalan mendekati mereka yang telah mengisi ruangan tersebut.
Pria setengah baya yang memiliki nama lengkap Angga Wijaya itu, beranjak bangun dari tempatnya. Di waktu yang hampir bersamaan, wanita yang baru saja sah menjadi istrinya itu, ikut bangun dari duduknya.
"Apa yang terjadi di sini, Yah? Jelaskan kepadaku? Kenapa Ayah memakai baju pengantin dan Anita ..."
Ia seolah tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Sebelumnya tidak ada pemberitahuan akan ada acara kumpul-kumpul seperti ini.
"Kenapa Anita memakai baju pengantin juga? Apa kalian ...?"
Ditatapnya kedua orang itu bergantian, penuh tanda tanya.
"Ayah akan jelaskan semua ini. Kamu tenangkan diri dulu ya," ucap Angga Wijaya penuh kehati-hatian.
***
Setengah jam kemudian. Suasana ruangan sudah sepi, hanya ada tiga orang saja di sana.
Angga Wijaya, Anita dan pemuda dua puluh lima tahun, yang tidak lain adalah putra satu-satunya Angga Wijaya.
"Jelaskan padaku, Yah. Kenapa kalian menikah? Anita adalah kekasihku, Yah. Dia itu calon membantumu, bukan seseorang yang seenaknya kau jadikan istri!" Suaranya begitu bergetar.
Gema Dirgantara, tidak mampu menyembunyikan kekecewaannya di hadapan sang ayah dan wanita yang selama ini telah mengisi relung hatinya.
"Aku sangat mencintai, Anita, Yah! Aku berniat untuk menikahi Anita dalam waktu dekat, tapi apa yang Ayah perbuat hari ini? Aku kecewa banget, Yah!"
Angga Wijaya masih diam tanpa kata. Begitu juga dengan Anita. Keduanya masih mengenakan pakaian pengantin. Kebaya putih untuk wanita dan setelan jas hitam untuk sang pria.
Gema memijat keningnya yang mulai terasa sakit. Selama sebulan terakhir ia berada di luar kota, untuk urusan bisnis, tapi mengapa setelah ia kembali, sesuatu telah terjadi di dalam keluarga ini. Hal, yang sama sekali bahkan tidak pernah sedikitpun terlintas dalam pikirannya.
Bagaimana bisa, sosok yang selama ini ia hormati dan banggakan, malah menikungnya seperti ini. Menikahi wanita, yang sangat ia cintai, tanpa sepengetahuan ia sebelumnya?
"Kenapa Ayah diam saja? Jawab aku, Yah! Aku butuh jawaban dari Ayah! Kenapa Ayah menikah dengan wanita, yang jelas-jelas Ayah tahu, kalau aku sangat mencintainya! Apa Ayah ingin aku mati secara perlahan-lahan?"
"Jawab aku, Yah!!!" teriak pemuda itu, dengan wajah yang sudah merah padam karena emosi memuncak.
Angga Wijaya mengangkat pandanganya. Setelah diam untuk waktu yang lama, akhirnya ia baru bisa menatap kedua mata sang putra.
"Kami saling mencintai," ucap Angga Wijaya serius tanpa berkedip. Satu kalimat langsung menjawab semuanya.
Gema menahan napasnya. Rasa tidak percaya semakin memberontak di dalam raganya. Sorot matanya sudah tak setajam sebelumnya. Hanya saja, tubuhnya seperti mati rasa sekarang.
"Bohong!"
"Ayah, pasti berbohong padaku! Anita tidak mungkin mencintai Ayah. Dia hanya mencintaiku. Ya, kan Anita?"
Demi menjawab rasa ketidakpercayaannya itu, Gema langsung menarik tangan Anita, yang sekarang telah berstatus ibu di atas kertas baginya.
Gema menatap Anita penuh haram. Berharap, apa yang barusan ia dengar, tidaklah benar. Semua ini sekedar mimpi. Wajahnya sudah sangat berkeringat, menanti jawaban dari sang pujaan hati.
"Jawab pertanyaanku, Anita. Apa kamu mencintai Ayahku?"
Pertanyaan itu, langsung mendapat anggukan kepala dari Anita. "Iya, aku mencintai Mas Angga." Dia mempertegas pengakuannya dengan sebuah kalimat disertai tatapan teduh, yang memiliki banyak arti.
"Kamu pasti berbohong padaku, Anita!"
Gema sudah mengangkat sebelah tangannya, siap melayangkan sebuah pukulan. Namun, diwaktu bersamaan, Angga Wijaya langsung menggenggam pergelangan tangan putranya itu.
"Jangan pernah, kau main tangan kepada Ibumu! Sekarang, dia adalah Ibumu! Kau harus menghormatinya, sebagaimana bakti seorang anak terhadap orang tuanya!" tegas Angga Wijaya dalam satu tarikan napas.
Gema menarik tangannya kasar. "Aku tidak akan pernah menganggap dia sebagai ibuku! Sampai kapanpun juga, dia bukanlah Ibuku! Aku sangat mencintai Anita. Ayah tidak bisa mengubah hal tersebut!" sungutnya, yang nada suaranya tidak kalah tinggi dari sang ayah.
PLAAAKKKKKK!
Tamparan keras mendarat di pipi Gema. Saking kencangnya tamparan, hingga meninggalkan bekas merah di pipi. Tubuh pemuda itu sedikit terhuyung. Namun, ia masih bisa berdiri.
"Ayah, menamparku, demi wanita itu?" ucap Gema terdengar lirih sambil menyentuh pipinya yang masih terasa nyeri itu.
Rasa sakitnya tak seberapa, jika dibandingkan dengan pengkhianat yang dilakukan Anita sang ayah di belakangnya.
"Selama ini, Ayah kasar padaku karena aku melakukan kesalahan, tapi sekarang ... Ayah menamparku karena aku tidak ingin menganggapnya sebagai Ibu!"
Dia menunjuk wajah Anita penuh kemarahan. Gema tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya dari wanita yang sangat ia cintai itu.
"Aku tidak akan sudi, menjadikan wanita murahan seperti dia, sebagai ibuku!" tegasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Anita.
Angga Wijaya menarik kerah baju sang putra tanpa ragu.
PLAAAKKKKKK!
Satu lagi tamparan keras mendarat di wajah pemuda dua puluh lima tahun itu. Emosinya telah di ubun-ubun. Angga Wijaya paling tidak suka, jika seorang wanita mendapat penghinaan di depan matanya.
Kali ini Gema tidak memegangi pipinya. Dia sedikit mendongak, kemudian tertawa keras.
"Kenapa kamu, Anak Durhaka?!" seru Angga Wijaya yang mulai menipis kesabarannya.
Mendengar kalimat tersebut, Gema pun mengalihkan pandangannya. "Ouh. Jadi, sekarang Ayah menganggap aku sebagai anak durhaka?" Dia mengangguk-anggukkan kepalanya disertai senyuman kepalsuan.
"Belum satu jam, wanita ini menjadi bagian keluarga ini dan seketika, semuanya berubah. Ayah menganggapku anak durhaka. Lantas, kau Tuan Angga Wijaya ... Seperti apa diri Anda sekarang? Pria yang merebut kekasih putranya, demi kepuasannya sendiri?" sungut Gema sampai wajahnya mendongak. Menjatuhkan tatapan tajam seperti orang yang ingin mengajak tawuran.
"DIRGANTARA!!!" teriak Angga Wijaya sangat kencang dan sebelah tangannya sudah terangkat ke atas
"CUKUP, MAS!"
Mahardika didesak kakeknya untuk menikah dengan Eka Maheswari. Keluarga Wijaya dan Saputra, sudah sejak lama menjalin hubungan dekat. Namun, Mahardika dan Eka terpaut usia yang cukup jauh, kira-kira sembilan tahun. Pada akhirnya membuat Mahardika harus sabar menghadapi sikap Eka yang kekanak-kanakan. Momen apa saja yang terjadi di dalam rumah tangga Mahardika dan Eka?
21+ Alena Adriani Quensyah, harus menerima kenyataan pahit, ketika hidupnya hancur dalam semalam. Bayangan akan masa lalunya pun tidak pernah hilang dalam benaknya. Lagi-lagi Alena harus mengetahui kedua orang tua nya yang pergi begitu saja dan menjadikan nya sebagai jaminan pada seorang Mafia, membuat hidup Alena seperti didalam penjara. Akankah Alena bisa bertemu dengan orang tuanya kembali? Dan apa penyebab mereka meninggalkannya?
Andra terjebak dalam dunia kelam. Dia menjalani hidup sebagai berondong simpanan dua orang wanita kesepian. Suatu hari Andra bertemu seorang gadis mandiri yang membuat Andra ingin kembali ke jalan yang benar. Bisakah Andra terlepas dari jeratan dua orang tante yang telah memberinya kemewahan? Maukah gadis pujaan hatinya menerima segala kekurangan dan masa lalu Andra seumpama gadis itu tahu apa pekerjaan Andra sebelumnya?
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?
Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?