/0/19871/coverbig.jpg?v=650f278950747ebb8b51638628ad7b20)
BERISI ADEGAN HOT++ Leo pria tampan dihadapan dengan situasi sulit, calon mertuanya yang merupakan janda meminta syarat agar Leo memberikan kenikmatan untuknya. Begitu juga dengan Dinda, tanpa sepengetahuan Leo, ternyata ayahnya memberikan persyaratan yang membuat Dinda kaget. Pak Bram yang juga seorang duda merasa tergoda dengan Dinda calon menantunya. Lantas, bagaimana dengan mereka berdua? Apakah mereka akan menerima semua itu, hidup saling mengkhianati di belakang? Atau bagaimana? CERITA INI SERU BANGET... WAJIB KAMU KOLEKSI DAN MEMBACANYA SAMPAI SELESAI !!
Pagi itu, suasana di rumah Dinda terasa tenang. Burung-burung berkicau riang di halaman, dan matahari mengintip malu-malu dari balik awan tipis. Leo berdiri di depan pintu rumah calon istrinya, merasa sedikit gugup. Hari itu adalah kesempatan terakhirnya untuk bertemu dengan keluarga Dinda sebelum pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari.
Setelah beberapa saat, pintu terbuka, dan Bu Mela menyambutnya dengan senyuman hangat.
"Oh, Leo. Silakan masuk. Dinda masih di kamar mandi, tapi sebentar lagi selesai," ujar Bu Mela sambil mempersilakan Leo duduk di ruang tamu.
Leo merasa sedikit canggung, tapi dia berusaha menjaga sikapnya. Setelah beberapa menit, mereka mulai berbicara ringan, membahas persiapan pernikahan yang semakin dekat. Leo merasa lega karena semuanya tampak berjalan lancar.
Namun, suasana berubah saat Bu Mela tiba-tiba berhenti berbicara dan menatap Leo dengan sorot mata yang tajam.
"Leo," ucap bu Mela dengan suara yang lebih serius.
"Ada satu hal yang ingin Ibu bicarakan denganmu sebelum kalian menikah," tambahnya.
Leo merasa ada sesuatu yang ganjil, tapi dia mengangguk, menunggu Bu Mela melanjutkan.
"Sebenarnya, Ibu ingin meminta sesuatu darimu," ujar Bu Mela, suaranya sedikit bergetar, namun tetap tegas.
"Ibu tahu ini mungkin akan mengejutkanmu, tapi Ibu butuh kasih sayang, Leo. Ibu ini kan seorang janda, dan setelah ibu bercerai, Ibu merasa sangat kesepian," imbuhnya, sorot matanya penuh harap.
Leo menelan ludah, tidak yakin dengan arah pembicaraan ini.
Bu Mela melanjutkan,"Ibu ingin kamu berbagi jatah malam nanti setelah pernikahan kalian. Ibu butuh kepuasan yang hanya bisa diberikan oleh seorang lelaki. Kalau kamu menolak, Ibu tidak akan merestui pernikahanmu dengan Dinda sampai kapanpun!"
Kalimat itu menghantam Leo seperti petir di siang bolong. Dia terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Jantungnya berdegup kencang, dan pikirannya berputar-putar mencari cara untuk mengatasi situasi ini. Bagaimana mungkin Bu Mela, ibu dari calon istrinya, bisa meminta hal seperti itu?
Leo memandang Bu Mela, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Tapi yang dia lihat hanyalah keseriusan yang tidak bisa dia abaikan. Dia tahu bahwa menolak berarti membahayakan pernikahannya dengan Dinda, tetapi menyetujui permintaan itu terasa seperti sebuah pengkhianatan besar.
Setelah beberapa saat, Leo akhirnya mengangguk perlahan, meskipun hatinya dipenuhi keraguan.
"Tapi, Bu. Bagaimana mungkin aku harus melakukan itu?" Leo menatap dengan raut wajah kebingungan.
"Iya itu syarat jika kamu benar-benar ingin menikah dengan Dinda. Jika tidak, maka jangan harap kamu bisa menikahinya!" Bu Mela sedikit tegas.
Leo terdiam sejenak memikirkan.
"Baik lah, Bu," ucap Leo pelan dengan suara yang bergetar.
"Aku akan menyetujui itu," imbuhnya, meski hatinya berkata lain.
Bu Mela tersenyum, tampak puas dengan jawaban Leo.
"Bagus, Leo. Ibu tahu ini tidak mudah, tapi Ibu percaya kamu adalah lelaki yang bertanggung jawab," ujar Bu Mela, sorot matanya berbinar-binar.
Leo hanya bisa tersenyum kaku, hatinya berteriak menentang keputusannya sendiri. Tapi dia tahu, demi Dinda, dia harus menjalani apa yang telah dia setujui, meskipun dengan hati yang penuh kebingungan dan ketidakpastian.
Leo duduk dengan perasaan campur aduk setelah percakapan yang baru saja terjadi. Dia merasa berat dengan apa yang baru saja disepakatinya, namun di sisi lain, bayangan tentang Bu Mela, yang meski usianya sudah mencapai 40 tahunan, masih terlihat cantik dan memiliki tubuh yang montok, terus menghantui pikirannya. Bu Mela memang merawat dirinya dengan baik, dan Leo tidak bisa menyangkal bahwa ada daya tarik fisik yang kuat pada wanita itu. Namun, meskipun begitu, gagasan untuk melakukan hal seperti itu dengan ibu dari calon istrinya terasa sangat salah.
Pikirannya terus berkecamuk, mencoba mencari cara untuk keluar dari situasi ini tanpa merusak rencana pernikahannya dengan Dinda. Namun, sebelum dia sempat berpikir lebih jauh, langkah kaki terdengar dari arah tangga. Dinda turun dengan senyum manis di wajahnya, mengenakan pakaian sederhana yang membuatnya tampak semakin cantik di mata Leo.
"Dinda, sayang, kamu sudah selesai?" Bu Mela menyapa putrinya dengan senyuman yang tampak sama sekali tidak mencerminkan percakapan mereka sebelumnya.
"Iya, Mah" jawab Dinda sambil melirik Leo.
"Sayang, sudah lama nunggu, ya?" Dinda kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Leo.
Leo segera menanggapi dengan senyum yang dipaksakan agar tampak senatural mungkin.
"Nggak, kok. Baru aja kok, sayang," jawab Leo dengan nada ceria yang berusaha menutupi kegelisahannya. Dia mencoba menghindari tatapan Bu Mela yang seakan-akan masih bisa merasuki pikirannya.
Leo tahu dia harus segera keluar dari situasi ini sebelum pikirannya terjerat lebih jauh dalam kekacauan yang baru saja terjadi.
"Sayang, gimana kalau kita jalan-jalan sekarang? Ada tempat yang pengen aku tunjukin ke kamu," ucap Leo berharap bisa mengalihkan perhatian Dinda dari rumah dan dari ibunya.
Dinda terlihat sedikit terkejut tapi senang,"Boleh. Kemana kita?"
"Aku akan bawa kamu ke tempat yang spesial, tapi biar jadi kejutan aja ya," jawab Leo sambil bangkit berdiri, menggandeng tangan Dinda dengan lembut.
"Kami keluar dulu yah, Bu," pamit Leo dengan senyum penuh arti yang dia tujukan pada Bu Mela, berharap ini akan cukup untuk menenangkan pikiran Bu Mela, setidaknya untuk sementara.
"Selamat jalan-jalan, kalian berdua," balas Bu Mela dengan senyum yang terlihat ramah, tetapi tatapan matanya membuat Leo merasa semakin tertekan. Dia tahu bahwa ini baru awal dari masalah yang harus dihadapinya.
Mereka berdua keluar dari rumah, dan Leo mencoba menghirup udara segar untuk menenangkan hatinya. Di sampingnya, Dinda berjalan dengan gembira, tidak menyadari pergolakan batin yang sedang dialami oleh calon suaminya. Leo menggenggam tangan Dinda lebih erat, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini adalah jalan yang harus dia lalui, demi cinta mereka.
Di dalam hati, Leo tahu dia harus menemukan cara untuk keluar dari situasi ini tanpa merusak hubungan dengan Dinda, tetapi untuk saat ini, dia hanya bisa fokus pada momen bersama Dinda, berusaha untuk melupakan sejenak bayangan mengerikan tentang apa yang harus dia lakukan setelah mereka menikah.
Di dalam mobil yang melaju pelan melewati jalanan yang rindang, Leo dan Dinda menikmati waktu bersama. Udara pagi yang sejuk dan sinar matahari yang hangat menambah suasana romantis di antara mereka. Leo mencoba fokus pada saat ini, berusaha melupakan percakapan yang mengganggunya sebelumnya.
"Sayang, nanti setelah kita menikah, kamu pengen tinggal di mana?" Dinda membuka pembicaraan, memecah keheningan yang nyaman di antara mereka.
Leo melirik Dinda dengan senyum,"Aku pikir kita bisa tinggal di rumah yang sudah kita rencanakan, yang di dekat taman itu. Aku suka tempatnya, dekat dengan pusat kota tapi tetap tenang"
Dinda mengangguk setuju.
"Iya, aku juga suka. Tempatnya nyaman dan nggak terlalu jauh dari tempat kerja kita. Dan kalau nanti kita punya anak-anak, mereka bisa main di taman itu," balas Dinda dengan mata berbinar-binar.
Leo tertawa kecil mendengar perkataan Dinda.
"Kamu ngomongnya kayak kita bakal punya banyak anak aja, Sayang," ledek Leo sambil menggelengkan kepala, meski dalam hati dia merasa hangat membayangkan masa depan yang Dinda sebutkan.
"Memang, aku pengen punya banyak anak!" ucap Dinda dengan nada serius yang bercampur canda.
"Mungkin lima atau enam? Aku suka anak-anak, apalagi kalau mereka kayak kamu, Sayang," imbuhnya diakhiri senyuman genit.
Leo tertawa lebih keras kali ini, senyumnya lebar, tetapi ada sedikit rasa takut yang menyelinap di hatinya.
"Lima atau enam? Wah, kita bakal sibuk terus tuh." Leo meledek kembali sambil mencubit pelan pipi Dinda.
"Tapi iya sih, aku juga pengen punya anak banyak. Aku pengen rumah kita rame sama tawa dan canda anak-anak kita," imbuhnya.
Dinda tersenyum mendengar jawaban Leo.
"Aku seneng denger itu, Mas. Berarti kita satu visi. Nanti kamu harus bantu aku ya, jagain anak-anak kita kalau aku lagi sibuk. Jangan cuma kerja aja," ujar Dinda sambil menyandarkan kepalanya di bahu Leo.
"Tentu, sayang," jawab Leo sambil menggenggam tangan Dinda yang terletak di pangkuannya.
"Aku bakal jadi suami yang baik dan ayah yang bertanggung jawab. Aku janji." Leo menambahkan.
Mereka terdiam sejenak, menikmati momen kebersamaan itu. Leo merasa ada perasaan damai yang melingkupi hatinya saat bersama Dinda. Semua ketakutan dan kegelisahan yang dia rasakan tadi pagi perlahan memudar ketika dia memikirkan masa depan yang akan dia bangun bersama wanita yang dia cintai ini.
Leo mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan menemukan jalan keluar dari situasi rumit yang melibatkan Bu Mela. Untuk saat ini, dia ingin fokus pada kebahagiaan mereka berdua dan rencana indah yang telah mereka buat. Dia tahu bahwa jika mereka kuat dan saling mendukung, tidak ada rintangan yang terlalu besar untuk dihadapi bersama.
"Sayang," panggil Leo dengan suara lembut.
"Aku seneng banget bisa jalani ini semua sama kamu. Kamu adalah alasan kenapa aku selalu bersemangat setiap hari," imbuhnya tersenyum.
Dinda menatap Leo dengan tatapan penuh cinta,"Aku juga, Mas. Aku bersyukur punya kamu dalam hidupku. Aku nggak sabar buat menjalani semua ini bersamamu"
Leo menatap Dinda dengan penuh kasih, lalu tanpa ragu dia mengecup kening Dinda dengan lembut,"Aku sangat mencintaimu, Sayangku"
Dinda tersenyum, merasa begitu dicintai,"Aku juga begitu, Mas"
Leo tersenyum bahagia, meski dalam hatinya masih teringat dengan kesepakatannya bersama Bu Mela yang meminta jatah kenikmatan.
"Kamu kenapa, Mas?" tanya Dinda mengernyitkan keningnya melihat ekspresi Leo yang kebingungan.
Seketika Leo kaget.
*****
BANYAK ADEGAN DEWASA ++ Niat mencari pemandangan indah di kampung neneknya, Bayu justru terpikat janda muda yang cantik dan molek. Meski sudah mempunyai pasangan di kota, Bayu tak bis menahan hasratnya terhadap Lina. Lantas bagaimana akhirnya? BACA SELENGKAPNYA
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
BERISI ADEGAN HOT ++ Capten Adrian, lelaki berwajah tampan dengan usia 35 tahun dan sudah mempunyai 1 anak. Kesibukannya di dunia penerbangan yang selalu bergaul dengan pramugari yang cantik-cantik, tentunya Capten Adrian merasa senang. Dengan didorong hawa nafsu Capten Adrian berambisi untuk menyalurkan hasratnya ke setiap rekan kerjanya. Lantas bagaimana dengan rumah tangganya? Apakah Dewi yang menjadi istrinya akan diam saja? *Ikutin ceritanya sampai selesai!!
Bangkitnya Yen Liao membuat gaduh dan membuat masyarakat desa ketakutan, terlebih lagi tuan Jimin Yu yang memang menginginkan kekuasaan hingga membuat Yen Liao meregang nyawa. Apa yang akan terjadi dengan bangkitnya Yen Liao? Ikuti kisahnya sampai selesai !
TERDAPAT ADEGAN HOT 21+ Amira seorang gadis berusia 17 tahun diperlukan tidak baik oleh ayah tirinya. Dia dipaksa menjadi budak nafsu demi mendapatkan banyak uang. Akan kah Amira bisa melepaskan diri dari situasi buruk itu? Sedangkan ayah tirinya orang yang kejam. Lantas bagaimana nasib Amira? Yuk baca cerita selengkapnya di sini !
BERISI ADEGAN HOT21+ Aldi yang ditinggal istrinya bekerja di luar negri, membuat dirinya sulit untuk bisa menyalurkan syahwatnya. Godaan datang dari ibu mertuanya yang memiliki paras cantik dan tubuh yang menggoda. Apa yang akan terjadi dengan mereka? Apakah Aldi mampu menahan godaan itu?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"