/0/19993/coverbig.jpg?v=7a14480a90cc74c469225a62e381a119)
Raisa terkenal sebagai 'produk' kebanggaan Heaven Club. Parasnya yang cantik, tubuhnya yang sexy semampai, juga suaranya yang halus dan sensual. Namun, tak ada yang diizinkan menyentuh tubuhnya, sebesar apapun mereka membayar. Karena Raisa adalah milik Giandra. Hatinya, bibirnya, tubuhnya. ***** "Tuhan memang bisa mengatur semua yang terjadi di dunia ini, tapi hanya aku yang bisa mengatur setiap langkah dan katamu." "Kalau begitu, apa yang harus ku lakukan?" "Berlututlah, layani Tuanmu ini."
Gemerlap lampu memeriahkan suasana malam dalam ruang sesak itu. Bau menyengat alkohol menusuk hidung, berlomba dengan asap rokok yang menyesakkan dada. Bagaikan sengaja menyiksa diri, orang-orang itu malah berhimpitan satu sama lain dengan tubuh terus meliuk.
Lampu putar yang terpasang di langit-langit mengeluarkan cahaya berwarna-warni, selaras dengan pakaian para pengunjung Heaven Club di mana mereka memakai pakaian yang seakan mampu memantulkan sinar bulan. Belum lagi gelas kristal di tangan mereka.
Di antara hiruk pikuk itu, tepatnya di lantai dua, seorang pria tengah berdiri di balik pembatas dengan wajah datarnya. Di sampingnya seorang wanita dewasa dengan riasan tebal dan merona terus menggosok-gosok tangan khawatir.
"Bagaimana, Tuan? Bukankah ini sangat bagus. Bahkan tak ada satu celah pun untuk seekor semut berkeliaran. Club ini penuh sesak dengan 'uang'." Wanita itu tersenyum lebar, menunjukkan gigi yang dihiasi lipstik merah.
Dia harus mendongak demi bisa melihat pria tampan di sampingnya. Karena mereka berdiri berdampingan, mau tak mau wnaita itu bisa melihat dada bidang dengan otot yang sepertinya ingin meloloskan diri dari kemeja yang terlihat sesak.
"Apa yang kau lihat?"
Pertanyaan mendadak itu mampu membuat si wanita terlonjak, dia segera membuang muka. Bagaimana bisa dia ketahuan memperhatikan tubuh gagah itu, saat mereka tengah membicarakan hal serius.
"Maaf, Tuan." Hanya itu yang bisa dia katakan, tentu sambil menunduk dalam.
Pria di sampingnya terlihat tak acuh, dan kembali menatap club yang kian malam justru bertambah ramai. Pintu masuk tak pernah bisa tertutup tenang karena selalu saja ada yang keluar masuk lewat sana.
"Oh iya, Tuan. Denada mengabarkan bahwa akan ada perempuan baru di Club malam ini. Kebetulan ini adalah hari Tuan berkunjung. Bagaimana kalau Tuan melihatnya secara langsung?"
Pria itu bahkan tak mau repot-repot melirik. Club besar ini adalah miliknya. Benar-benar miliknya seutuhnya. Tak ada campur tangan orang lain sedikitpun. Minuman, semuanya di kirim dari perusahaan minumannya. Dan begitupun bahan-bahan yang lain. Bahkan wanita yang disediakan khusus untuk para tamu ber-uang.
"Tuan, Denada sendiri yang mengatakan kalau perempuan kali ini masih 'tersegel'. Belum pernah diicip oleh siapapun. Makanya dari tadi saya menyebutnya sebagai perempuan, bukan wanita. Bagaimana, apa Tuan tertarik melihatnya?"
Satu alis gelap itu terangkat. Si wanita kembali menggosok-gosok tangannya, kini karena merasa senang. Dia yakin perempuan yang asistennya, Denada, bawa adalah pembawa keberuntungan. Karena baru mendengar namanya saja, ada begitu banyak pengunjung yang sudah 'memesan' dan bahkan berusaha memberi harga terbesar demi menjadi tamu utama.
"Kenapa perempuan seperti itu bekerja di sini?" pertanyaan itu dilempar tanpa banyak emosi berarti. Hanya sebuah rasa tak habis pikir dengan sedikit bumbu penasaran.
"Denada mengatakan perempuan itu datang sendiri tanpa paksaan dari siapapun. Jadi Tuan tak perlu khawatir. Pasti perempuan secantik itu tak ingin hidup susah dan memilih hidup nyaman hanya dengan membuka kaki di atas ranjang."
"Jaga ucapanmu!"
Peringatan pelan itu mampu membuat si wnaita diam tak berkutik. Karena tak ingin salah bicara lagi, dia pun memutuskan diam, ikut memperhatikan ricuhnya suasana club malam itu.
...
Suara ketukan pada lantai terdengar nyaring di tengah ruangan sunyi itu. Di antara lorong-lorong remang, langkah kaki pria berparas tampan itu bagaikan peringatan kedatangan untuk setiap manusia yang asik bersenang-senang di setiap bilik ruang.
Wanita dengan riasan menor itu mempercepat langkah mengikuti si pria. Dia berjalan lebih dulu ketika sudah sampai di depan dua belah pintu besar. Dengan sopan dia membukakan pintu, mempersilahkan pria itu masuk terlebih dulu. Setelah keduanya masuk, tak lupa pintu besar itu kembali dikunci.
Di dalam ruangan berdinding coklat itu terdapat sofa membentuk U berwarna merah, dengan meja kaca persegi di tengahnya. Aroma harusm sensual tercium dari setiap titik sudut, asalnya dari lilin-lilin indah di dalam wadah kaca.
"Denada! Cepat bawa dia ke sini. Tuan juga akan ikut menilai!" teriak wanita itu, setelah si pria duduk di sofa single.
Tak berselang lama, dari balik tirai merah terlihat bayangan dua orang perempuan. Alis si pria terangkat kecil, menunggu hingga salah satu tangan milik dua wanita itu membuka tirai. Wanita berdandanan tebal di depannya menggosok-gosok tangan, tak sabar menunjukkan 'anjing baru' pada sang Tuan.
Tirai perlahan tersibak. Dua orang oerempuan cantik terlihat berdiri berdampingan. Yang tersenyum lebar adalah Denada. Sedangkan perempuan yang menunduk dengan tangan menggenggam erat ujung gaun pendeknya itu adalah perempuan yang menawarkan diri pada Heaven Club.
"Siapa nama kamu?" tanya si wanita.
Perempuan itu menggigit bibir berlipstick merahnya. "Ra-Raisa ...," jawabnya lirih.
Mata si pria menatap lurus pada perempuan itu, Raisa. Dia tak memutus pandang barang sedetik pun. Netranya seakan dipaku pada wajah menunduk yang tak terlihat jelas karena tertutup helaian rambut.
"Bawa dia ke sini," perintah wanita itu pada Denada.
Denada mengangguk, dengan satu tangan memegang lengan Raisa dan satunya lagi merangkul punggung perempuan itu dia mendekat. Raisa dia dorong kecil ke hadapan si wanita, untuk ditanyai beberapa hal.
"Panggil saya Dame Rita."
Wanita itu, yang bernama Rita, memberi oerintah. Saat Raisa hanya menelan ludah dan bukannya menjawab, dia segera mencekal lengannya. Mata berlingkar celak gelap itu melotot lebar, berusaha mengintimidasi.
Raisa membasahi bibirnya yang kering, berusaha menjawab walau terbata. "D-Dame Rita."
Rita mendengus, mengempas lengan Raisa dan beralih bersilang dada. "Kamu harus tahu sopan santun di sini!"
Denada tertawa kecil mendengar ucapan Rita, mengakibatkan sebuah pelototan tajam terlempar ke arahnya. Akhirnya ia hanya bisa mengulum bibir sambil membuang muka pada pintu yang terkunci rapat.
Rita kembali berfokus pada Raisa. "Kamu membuat saya kesal, jadi malam ini juga kamu akan melaya-"
"Raisa," panggilan datar dari si pria mampu menghentikan suara keras Rita.
Rita langsung menoleh walau bukan namanya yang dipanggil. "Ada apa Tuan?"
"Raisa." Pria itu kembali memanggil. "Kenapa kamu bekerja di sini?"
Raisa melirik pria itu dan Rita, yang mendelik padanya, bergantian. "Saya ... membutuhkan uang untuk pengobatan adik saya."
Alis si pria tertarik ke atas. "Lanjutkan."
Tangan Raisa saling meremas satu sama lain. Dia terus-terusan menjilati bibir yang terasa kering, hingga lipstik yang semula tebal kini berangsur samar. Warna asli bibirnya yang merah muda dan sedikit pucat menarik perhatian si pria.
"Adik saya mengalami kecelakaan, dan harus segera dioperasi. Saya hanya punya ijazah SMP ... tidak ada yang mau menerima saya bekerja. Satu minggu yang lalu saya dipecat dari toko tempat saya bekerja karena dituduh mencuri."
Pria itu bangkit nerdiri. Dengan satu tangan di dalam saku celana dia mendekati Raisa. Kakinya berhenti melangkah tepat satu jengkal di depan Raisa, membuat kepala perempuan itu hampir menyentuh dadanya.
"Angkat kepala kamu," perintahnya.
Karena Raisa tak langsung menurut, tangan pria itu yang menggantung di samping tubuh pun terangkat. Dengan kedua jari dia menyentuh dagu Raisa, menariknya hingga kepala perempuan itu mendongak.
Sekarang paras cantik itu bisa terlihat dengan jelas. Hidung mancung, bibir tebal dengan luka kecil yang merembeskan darah. Bahkan dagu belah dua yang menjadi impian banyak wnaita. Yang terakhir, yang paling menarik perhatian pria itu adalah mata Raisa. Netra hitam kelam yang seakan menghipnotis agar tak ada seorangpun yang mampu berpaling.
"Tanda tangani kontrak baru ..." Pria itu menelengkan kepala kecil, mempermudah dirinya menatap bibir tebal Raisa. "Denganku."
"Bajingan, semoga kalian hidup bahagia selama-lamanya." -Tari [Hari perceraian] Setelah diselingkuhi-melihat suaminya bergelung panas dengan seorang wanita-dan bercerai, Tari melanjutkan hidup damainya sambil mengolah toko kuenya. Dia cantik, pintar, dan mandiri. Tekadnya untuk melupakan sang mantan suami-Deo si Disjoki bertato kupu-kupu-sangatlah kuat. Dia bahkan mendapat tetangga sekaligus pelanggan setia setelah pindah. Noah, yang akrab dipanggil Mas Noah. Namun, dua bulan pasca perceraian, sang mantan suami malah sering muncul di depan tokonya. Deo berusaha mendobrak kembali pintu hati Tari, yang sudah tertutup rapat. Lemparan kue pada wajahnya pun tak membuatnya menyerah. Namun, dia bukanlah satu-satunya yang sedang berusaha mendapatkan kasih Tari. 'Cinta pada pandangan pertama' Begitulah cara Noah memanggil Tari. Demi menghindari Deo, Tari pun memilih mengikuti permainan Noah. Hingga suatu hari, mereka berdua tiba-tiba terbangun di atas ranjang yang sama. Apa yang akan Tari lakukan, bila Noah bersikeras meminta pertanggung jawaban darinya?
Tamara Levinka—seorang model sekaligus tunangan dari Roger Jenandra, CEO dari sebuah perusahaan produsen senjata dunia—suatu hari tiba-tiba menghilang begitu saja. Orang tua maupun tunangannya sudah mengerahkan begitu banyak pihak untuk mencari Tamara, tapi tak juga menemukan jejaknya. Namun, 49 hari berselang, perempuan cantik itu tiba-tiba kembali sambil membawa sebuah berita mengejutkan. ——— "Bahkan bila sebilah pisau menancap di jantungku, aku tak akan pernah melepaskanmu, Tamara." —Jeff "Aku rela melepaskan segalanya, tapi tidak tanganmu, Jeff." —Tamara
Tak pernah terpikirkan oleh Alisha, pernikahannya akan berakhir karena sebuah pengkhianatan. Rama, suami yang ia bangga-banggakan ternyata mengkhianatinya dan menjalin sebuah hubungan dengan teman aktrisnya. Dengan hati yang tertanam luka, Alisha meninggalkan rumah juga mantan suami yang bahkan tak mengucap maaf. Tak ingin hidupnya hancur karena seorang lelaki brengsek, Alisha pun berusaha melanjutkan hidupnya dimulai dengan mencari kerja berbekal ijazah SMA. Beruntung, temannya menawarkan sebuah pekerjaan, menjadi baby sitter anak dari Damar, seorang CEO muda. Gaji yang besar membuat Alisha menerima tawaran kawannya. Ketulusan hatinya dalam merawat anak mampu membuat Damar jatuh hati. Namun, di saat bersamaan Rama kembali muncul dalam hidupnya. Kata rujuk Pria itu lontarkan. Siapa yang harus Alisha pilih? Damar yang selalu menunjukkan perhatian atau Rama yang menunjukkan penyesalan?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."