/0/20168/coverbig.jpg?v=7c253ea68fec9fde246b4d39f47fe669)
Demi mempertahankan ladang gandum milik ayahnya, Eleanor Caldwell harus menikah dengan Jonathan Abbe Turner, penerus perusahaan penghasil wiski ternama di Montana. Sayangnya, dia hanya menjadi istri kedua yang dituntut untuk memberikan keturunan pada keluarga Turner.Merasa hidup bagai di neraka setelah menikah, diam-diam Eleanor mencari cara untuk bebas. Namun rencananya terancam batal saat tiba-tiba hatinya justru menginginkan hal lain; dia ingin tetap berada di sisi Jonathan. Dia mencintainya.Lantas saat cintanya berbalas, apakah Eleanor akhirnya memutuskan untuk tinggal? Atau justru, derita yang lebih pekat hadir sehingga ia berkeras pergi? Terlebih saat Lizzy, istri pertama Jonathan, akan melakukan cara apa pun untuk menyingkirkannya.
Pernahkah kau membayangkan menjadi pemeran utama di sebuah dongeng Disney? Dari seorang gadis biasa, bertemu pangeran tampan berkuda putih, pesta pernikahan yang megah ala fairy tale, gaun mewah dengan pernak-pernik yang berkilau, dan tinggal di istana yang megah?
Ketika kecil, Eleanor Caldwell berpikir betapa indah jika ia memiliki takdir seperti para putri di dongeng Disney dengan ending-yang katanya-happy ever after. Namun seiring dewasa, seiring kehidupan membawanya pada banyak jurang yang membuatnya jatuh, terbentur, tersungkur, bahkan tenggelam, Eleanor menyadari bahwa kehidupan seperti dongeng Disney tidak pernah ada.
Eleanor dan jutaan orang di luar sana telah didoktrin oleh kisah-kisah manis seperti Cinderella dan dongeng lainnya ketika mereka kecil, sehingga orang berpikir bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa didapatkan oleh semua makhluk, tak terkecuali. Tak apa kau miskin, kelak kau akan bertemu dengan pangeran yang kaya raya. Tak apa kau jelek, kelak kau akan bertemu pangeran tampan yang menerimamu apa adanya. Tak apa kau menderita, kelak kau akan bertemu dengan pangeran yang akan membahagiakanmu, selama-lamanya. Cih, semua itu hanya omong kosong!
Minggu lalu Eleanor mendapat kabar bahwa dia akan menikah dengan Jonathan Abbe Turner, pria yang akan mewarisi perusahaan Turnerhail-perusahaan yang memproduksi wiski dan wine dengan kualitas nomor satu di Amerika Serikat. Seharusnya, Eleanor merasa bangga dan menyetujui pernikahan tersebut segera. Tidak semua orang bisa menjadi menantu keluarga Turner yang terhormat. Tapi tidak, Eleanor tidak merasakan kebanggaan apa pun, dia justru merasa ... terhina?
Ketika kecil dia pernah bermimpi menjadi putri yang menikah dengan pangeran tampan berkuda putih. Hidup bahagia di dalam istana megah dan dilayani oleh ratusan pelayan. Namun sejak beranjak dewasa, Eleanor menyadari bahwa angan-angannya hanyalah sebuah ilusi yang tidak akan pernah menjadi nyata.
Kebahagiaan adalah hal yang abstrak. Sesuatu yang mungkin dan tidak mungkin didapatkan orang. Lalu sekarang, dia semakin meyakini pikirannya, saat ayah dan ibunya datang untuk berbicara padanya, lagi.
"Kau bersedia 'kan, Ele?"
Dientak oleh pertanyaan pahit di depannya, Eleanor menghela napas dalam. "Jawabanku tetap tidak," jawab Eleanor tegas.
"Ele, tidak bisakah kau membantu ayahmu sekali ini saja?" pinta Gemma, ibunya, dengan nada mengiba. "Kau hanya perlu menikah dengan Tuan Muda Jonathan dan memberikan keturunan untuknya. Bukankah itu tugas yang mudah? Kesempatan ini tidak akan datang dua kali."
"Lalu bagaimana jika aku juga tidak bisa memberikan keturunan untuknya?" Eleanor bertanya dengan nada skeptis. Sepasang matanya yang berwarna abu-abu menatap kedua orang tuanya yang sudah berusia senja, tegas.
Gemma dan Chad Caldwell terdiam. "Setidaknya, untuk sementara waktu, seluruh ladang kita aman, gaji para pekerja ada, dan kita tidak akan kekurangan pasokan pupuk," pungkas Gemma Kembali.
Eleanor terkekeh getir. "Dengan kata lain, kalian menjualku demi mempertahankan aset keluarga Caldwell?"
"Bukan seperti itu, Ele ...."
"Kenapa aku harus bertanggung jawab atas kerusakan yang Ayah lakukan? Bukankah Ayah yang salah karena dengan mudahnya tertipu oleh orang kepercayaan Ayah sendiri? Kenapa justru aku yang kini dijadikan tumbal?" Ele mengeluarkan isi pikirannya yang sudah berhari-hari ini terus bergelut di kepala. Hal yang dia yakini akan membuat orang tuanya marah, tetapi Eleanor tetap ingin mengatakannya.
"ELEANOR!" sentak Gemma marah, seperti yang dia duga.
"Hentikan, Gemma!" Chad menarik mundur istrinya yang tampak begitu marah mendengar ucapan Eleanor. Dengan lemah, pria itu menatap istrinya, memintanya untuk berhenti memaksa anak semata wayang mereka. "Apa yang dikatakan Eleanor ada benarnya. Aku adalah orang yang melakukan kesalahan di sini, tidak seharusnya aku menumbalkan Eleanor. Lagipula, dia putri kita. Bagaimana kita bisa memberikan putri tercinta kita pada keluarga Turner untuk dijadikan istri kedua?"
"Lantas bagaimana kita akan melunasi utang-utangmu yang menggunung pada keluarga Caldwell?" tanya Gemma, menatap suaminya lurus. "Jika kau berpikir lagi untuk menjual seluruh ladang gandum kita, bagaimana kita akan hidup ke depannya?"
"Kita tidak akan menjual habis semuanya, Gemma."
"Bertahun-tahun kita berusaha sampai di titik ini, Chad! Kau tahu, banyak hal yang kita korbankan-"
"Tapi aku tidak bisa mengorbankan putriku, Gemma," sela Chad. Sejenak, lelaki baya tersebut menatap Eleanor. Tatapannya intens, layu, syarat akan rasa bersalah, sekaligus rasa sayang. Kemudian kembali memusatkan atensi pada Gemma. "Dia lebih berarti dari ladang atau harta apa pun yang ada di dunia ini. Aku bisa hidup miskin dan memulai semuanya dari awal lagi. Tapi aku tidak bisa melihat putriku menjalani hidup yang bukan pilihannya."
"Chad-" Gemma tampak akan mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba terhenti karena suatu alasan. Hingga, wanita berusia awal enam puluhan itu tiba-tiba memegang dadanya dengan kaku, membuat Chad mau pun Eleanor seketika menatapnya khawatir.
"Gemma, ada apa?"
Belum sempat keduanya mencerna apa yang baru saja terjadi pada Gemma, wanita itu tiba-tiba saja tak sadarkan diri. Chad panik. Eleanor histeris.
***
Neneng tiba-tiba duduk di kursi sofa dan menyingkapkan roknya, dia lalu membuka lebar ke dua pahanya. Terlihat celana dalamnya yang putih. “Lihat Om sini, yang deket.” Suradi mendekat dan membungkuk. “Gemes ga Om?” Suradi mengangguk. “Sekarang kalo udah gemes, pengen apa?” “Pengen… pengen… ngejilatin. Boleh ga?” “Engga boleh. Harus di kamar.” Kata Neneng terkikik. Neneng pergi ke kamar diikuti Suradi. Dia melepaskan rok dan celana dalamnya sekaligus. Dia lalu berbaring di ranjang dan membentangkan ke dua pahanya.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.