/0/20438/coverbig.jpg?v=f4ce88162c20b83c898310594ebee030)
Ayu, siswi berprestasi dan penerima beasiswa di SMA Garuda, terpaksa menikah muda dengan Arbinata, di panggil Bin, ketua geng motor Garuda Steel yang terkenal nakal dan sering bikin onar. AaKetika Ayu tanpa sengaja menyaksikan Bin terlibat dalam konfrontasi berbahaya dengan geng lain, ia terjebak dalam situasi yang tidak terduga. Terpaksa berlayar di antara ketidakpastian dan ketegangan, Ayu harus beradaptasi dengan kehidupan barunya sambil berjuang untuk meraih impian dan kelulusannya. Namun, saat Iky, teman baik sekaligus teman satu geng Bin, mulai menunjukkan perhatian lebih, Ayu terjebak dalam dilema cinta segitiga yang rumit. Di tengah konflik, mereka berjuang melawan musuh bersama dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Bisakah mereka menemukan kebahagiaan di antara kekacauan?
"Eh, Yu! Elo gantiin gue piket, ya! Gue lagi banyak urusan!" ujar Jeni ke gue yang nggak sempat menolak.
Jeni segera memakai tas-nya terburu-buru entah memang ada urusan atau memang ingin menghindari tugas piketnya hari ini. Terpaksa gue pun melempar tas yang sempat gue kenakan dengan kesal ke bangku gue lagi, dan mulai menjalankan piket kelas.
Waktu berlalu, gue menghela napas panjang, lelah setelah piket yang seakan nggak ada habisnya. Sapu di tangan kanan gue, gue genggam erat, sementara mata gue ngelirik jam dinding yang tergantung di kelas.
Sudah lewat pukul lima sore, dan sekolah mulai sepi. Hampir semua murid sudah pulang, kecuali beberapa teman gue yang masih sibuk membereskan ruang kelas.
"Kenapa juga sih gue harus nurutin si Jeni cewek manja kayak dia? Seenaknya aja nyuruh-nyuruh gue!" gumam gue sambil menyapu sisa-sisa sobekan kertas yang berserakan di lantai, sambil mendengus kesal.
"Nih, kerjaan bocah laki-laki lempar-lempar kertas! Perang kertas apaan coba. Nyusahin yang piket!" Gue terus menggerutu nggak ikhlas ngerjain piket hari ini. Iya lah nggak ikhlas! Harusnya ini si Jeni Tuan Putri itu yang ngerjain!
Setelah selesai, gue simpan sapu di pojok kelas. "Udah, beres. Gue butuh istirahat, nih," ujar gue ke teman-teman lain sambil melangkah keluar kelas.
Udara sore yang mulai dingin menyapu wajah gue, buat gue sedikit rileks setelah seharian terjebak di ruangan.
Daripada langsung pulang, gue memutuskan untuk istirahat sebentar di belakang sekolah. Tempat ini selalu jadi spot favorit gue kalau mau menjauh dari keramaian. Apalagi sekarang, dengan sekolah yang hampir kosong, suasananya tenang banget.
Gue berjalan melewati lorong-lorong sekolah yang semakin sepi. Sesekali masih terdengar suara obrolan dari beberapa anak yang juga kebagian piket, tapi gue memilih nggak ikut campur. "Gue capek. Nggak mood buat ngobrol."
Begitu sampai di belakang sekolah, gue menyandarkan punggung gue ke dinding, memejamkan mata. "Cuma sebentar aja, sebelum pulang," pikir gue. Rasanya damai di sini, jauh dari hiruk pikuk sekolah, seolah dunia sedang berhenti sejenak.
Gue baru aja mau merem sebentar, nikmatin angin sore yang sejuk, ketika tiba-tiba suara ribut dari arah belakang bikin gue waspada. Awalnya gue nggak terlalu peduli, tapi semakin lama suara itu makin jelas, kayak ada yang berantem.
"Gila, apaan tuh?" gumam gue, penasaran. Rasa capek gue langsung hilang entah ke mana. Gue berdiri dan pelan-pelan ngintip dari balik tembok, nggak jauh dari tempat gue tadi bersandar.
Pandangan gue langsung ketancap ke arah lapangan kecil yang jarang dipake, dan lo tahu siapa yang ada di sana? Bin. Si anak berandal sekolah yang sering banget bikin onar. Dia lagi ribut sama beberapa anak yang gue nggak kenal.
Gue ngelihat mereka saling dorong, dan Bin, ya Tuhan ... dia lagi ngerebut sesuatu dari tangan salah satu cowok di situ. Gue nggak jelas lihatnya dari jauh, tapi yang pasti, itu kayak bungkusan kecil warna putih. Serbuk putih. Apa ... narkoba?
"Gila, beneran nih? Dia jualan narkoba juga apa beli narkoba?" jantung gue tiba-tiba berdetak kencang. Gue panik. Gue harus cabut dari sini, sebelum gue kepergok lihat mereka.
Gue langsung muter balik dan lari secepat mungkin. Gue nggak peduli baju gue kena tanah, nggak peduli seragam gue ketarik ranting-ranting tajam yang bikin robek. Yang ada di pikiran gue cuma satu, gue harus jauhin mereka!
Tapi sialnya, kaki gue keseleo pas gue nginjek akar pohon. Rasanya nyeri, tapi gue nggak berhenti. Gue paksain buat lari, tapi langkah gue makin pelan. Gue ngerasa ada yang ngejar di belakang, dan lo tahu siapa?
"Lo mau ke mana?" suara berat itu terdengar jelas banget di telinga gue.
Gue menoleh, dan gue lihat Bin! Dan ya ..., gue ketangkep!
"Shit!" gue mengumpat dalam hati. Keringet dingin mulai ngalir di pelipis gue.
Gue nggak sempet ngelawan waktu Bin narik tangan gue dan ngebawa gue pergi. Nafas gue masih ngos-ngosan, kaki gue sakit, tapi gue dipaksa buat jalan. "Lo apaan sih! Lepasin gue!" teriak gue sambil ngebet narik tangan, tapi cengkeraman Bin kuat banget.
"Diam," jawabnya dingin, tanpa lihat ke arah gue.
Pikiran gue makin kacau. Gue nggak tahu dia mau ngapain gue, dan makin jauh kita jalan, makin gue sadar kalo arah kita menuju... gudang sekolah? Tempat yang paling sering dipake buat hal-hal yang nggak bener. "Bin, lo mau bawa gue ke mana?!"
Tapi dia nggak jawab apa-apa. Dia terus narik gue masuk ke dalam gudang itu. Pintu besinya berderit pas dibuka, dan gue langsung diseret masuk. Lampu remang-remang bikin suasananya makin nyeremin. Gudang ini kayak tempat yang ditinggalin, banyak barang berdebu, dan bau apek langsung nyerang hidung gue.
"Lo denger ya!" Bin akhirnya ngomong sambil dorong gue ke tembok. "Jangan pernah ikut campur urusan gue!"
Gue mau bales, tapi lidah gue kelu. Jantung gue berdegup kencang, dan otak gue nggak bisa mikir jernih. Gue cuma bisa mundur pelan-pelan, sambil nahan rasa takut yang mulai merambat ke seluruh tubuh gue.
Tapi sebelum gue bisa buka mulut, pintu gudang kebuka keras.
"Eh! Kalian ngapain di sini?"
Suara itu bikin gue dan Bin langsung noleh bersamaan. Security sekolah berdiri di depan pintu dengan mata melotot, lihat gue dan Bin di pojokan gudang, dengan posisi gue yang kelihatan... nggak bener. Baju gue yang robek, nafas gue yang masih tersengal-sengal. Gue langsung panik.
"Pak, ini nggak kaya yang bapak pikirin!" Gue nyoba ngomong, tapi security itu udah keburu narik kesimpulan.
"Ya ampun, kalian mesum di sekolah?! Gila, ini udah keterlaluan!" dia langsung ngeluarin walkie-talkie.
Gue cuma bisa melotot ke arah Bin. Mati gue!
Maya dan Adrian, serta sahabat mereka Sinta dan Rizky, tampaknya memiliki segalanya: karier yang sukses, rumah yang nyaman, dan kehidupan sosial yang aktif. Namun, di balik fasad kebahagiaan mereka, hubungan mereka masing-masing mengalami ketegangan dan kekosongan yang menyedihkan. Suatu malam, dalam upaya untuk menyegarkan hubungan mereka yang hambar, Maya dan Sinta memutuskan untuk mengusulkan sesuatu yang ekstrem: "fantasi tukar pasangan ranjang." Awalnya, ide ini tampak gila dan di luar batas kenyamanan mereka. Namun, dengan dorongan dan desakan dari pasangan mereka, Maya dan Adrian, serta Sinta dan Rizky, setuju untuk mencoba. Ketika fantasi tersebut menjadi kenyataan, keempatnya merasakan perasaan canggung, kebingungan, dan kecemasan yang tak terduga. Namun, dalam perjalanan mereka melalui pengalaman ini, mereka mulai menggali lebih dalam tentang hubungan mereka, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan yang mungkin terlupakan, serta menyembuhkan luka-luka yang telah terbuka dalam pernikahan mereka. Dalam prosesnya, mereka menghadapi konflik, kecemburuan, dan ketidakpastian yang tidak terelakkan. Namun, mereka juga menemukan keintiman yang lebih dalam, pemahaman yang lebih besar tentang satu sama lain, dan kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang hampir putus asa. Novel "Fantasi Tukar Pasangan Ranjang" menawarkan pandangan yang tajam tentang kompleksitas hubungan manusia, dengan sentuhan humor, kehangatan, dan kisah cinta yang penuh dengan emosi. Di tengah fantasi yang menggoda, mereka menemukan keberanian untuk menghadapi kenyataan, menerima kekurangan masing-masing, dan membangun kembali fondasi cinta mereka dengan cara yang lebih kuat dan lebih tulus.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.