/0/20820/coverbig.jpg?v=8b8cf8046fe5332ec645215e497faf69)
Seorang wanita terjebak dalam pernikahan tanpa cinta memutuskan untuk mencari kebahagiaan dari masa lalunya. Namun, ketika perselingkuhannya terungkap, ia harus menghadapi pilihan untuk memperbaiki atau meninggalkan hidupnya yang sudah dibangun.
Seorang wanita terjebak dalam pernikahan tanpa cinta memutuskan untuk mencari kebahagiaan dari masa lalunya. Namun, ketika perselingkuhannya terungkap, ia harus menghadapi pilihan untuk memperbaiki atau meninggalkan hidupnya yang sudah dibangun.
Maya duduk di tepi jendela sambil menatap hujan yang menetes di kaca. Suara detakan jam di ruang tamu membuatnya tersadar dari lamunannya. Hujan selalu mengingatkannya pada masa-masa indah di masa lalu-ketika segalanya terasa lebih cerah. Dia mengalihkan pandangan ke cermin di depan, menilai wajahnya yang mulai pudar.
"Kenapa ya, kita tidak pernah menghabiskan waktu bersama lagi?" gumamnya pada diri sendiri, merasa sepi meskipun suaminya, Arman, ada di rumah.
Maya memutuskan untuk menyiapkan makan malam. Di dapur, aroma masakan yang sederhana memenuhi ruangan. Dia selalu berusaha menciptakan suasana hangat, tetapi di dalam hatinya, ada kehampaan yang tak tertutupi. Arman datang, menepuk bahunya.
"Maya, kamu lagi masak apa?" tanyanya, tidak menggubris suasana di sekeliling.
"Makanan kesukaanmu. Kamu belum makan seharian kan?" jawab Maya, berusaha tersenyum.
"Hmm, terima kasih. Aku baru saja selesai rapat yang melelahkan," Arman menjawab sambil meraih ponselnya. "Aku perlu menyelesaikan beberapa email. Bisakah kamu urus makan malamnya?"
Maya mengangguk pelan, hatinya seakan ditusuk dengan kata-kata itu. Di mana perasaan cinta yang dulu ada? Di mana tawa dan kebahagiaan yang dulu mereka bagi?
Setelah menyajikan makan malam, Maya duduk di meja makan menunggu Arman. Namun, Arman terlalu asyik dengan ponselnya untuk memperhatikan makanan yang terhidang.
"Arman, apa kamu tidak mau mencicipi ini?" Maya mencoba memecah keheningan.
"Ya, nanti saja. Ada yang penting di sini," jawabnya tanpa menoleh. Maya merasakan dadanya sesak. Dia merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri.
"Apakah kita tidak bisa berbicara sebentar?" tanyanya dengan nada penuh harapan.
Arman menghela napas dan menatap Maya, akhirnya menyadari ekspresi di wajahnya. "Maya, aku lelah. Nanti kita bisa bicara, ya?" katanya sebelum kembali menatap layar ponselnya.
Maya mengangguk, tetapi air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Dia merasa terjebak dalam pernikahan yang tidak memuaskan. Cinta seolah hanya tinggal kenangan, dan ia tidak tahu bagaimana cara untuk menghidupkan kembali perasaan itu.
Setelah menyelesaikan makan malam sendirian, Maya pergi ke kamar. Dia duduk di tepi tempat tidur, meraih buku foto lama yang menyimpan kenangan manis. Di halaman itu terdapat foto dirinya dan Raka, cinta pertamanya. Senyum mereka lebar dan tulus, seolah tidak ada masalah di dunia ini.
"Raka...," bisiknya, mengenang saat-saat di mana dunia terasa penuh warna. Namun, perasaan nostalgia itu segera digantikan oleh kesedihan.
"Bagaimana kalau aku mencarinya?" pikirnya. "Mungkin dia masih ingat aku." Maya tahu itu adalah langkah berani, tetapi ada kerinduan yang menggelora di dalam hati.
Maya meraih ponselnya dan mulai mencari nomor Raka di kontak. Jari-jarinya ragu, tetapi detak jantungnya semakin cepat. Akhirnya, dia menekan tombol 'call' dan menunggu suara yang sudah lama tak didengar.
"Hallo?" suara di seberang telepon mengalun hangat, mengingatkannya pada masa-masa indah.
"Raka? Ini Maya," suara Maya hampir tercekat, tetapi dia berusaha terdengar tenang.
"Wow, Maya! Sudah lama sekali! Ada apa?" Raka terdengar terkejut, tetapi senang.
"Bisa kita bertemu? Aku ingin berbicara," ujarnya, menahan rasa cemas yang mengisi dadanya.
"Tentu! Di mana kita bisa bertemu?" tanya Raka, dan Maya merasakan harapan mulai tumbuh.
"Di kafe lama kita, tempat kita sering menghabiskan waktu," jawab Maya, merindukan suasana di sana.
"Baiklah, aku akan ke sana. Aku tidak sabar untuk melihatmu!" suara Raka mengalun ceria.
Maya tersenyum, meskipun dia tahu bahwa pertemuan ini akan mengubah segalanya. Sebuah langkah menuju kebahagiaan yang sudah lama hilang.
Saat menutup telepon, Maya merasakan rasa campur aduk-antara harapan dan rasa bersalah. Dia tahu pertemuan ini bisa membawa konsekuensi, tetapi dalam hatinya, dia tidak lagi ingin terjebak dalam kehampaan.
"Semoga ini adalah awal dari sesuatu yang baru," bisiknya, menatap bayangannya di cermin.
Dengan semangat baru, dia bersiap-siap untuk menghadapi masa lalu yang selama ini ia sembunyikan, berharap untuk menemukan kembali jejak cinta yang terlupakan.
Hari berikutnya, Maya bangun dengan semangat yang berbeda. Dia memilih pakaian yang sederhana tetapi cantik-sebuah dress floral yang membuatnya merasa lebih hidup. Ketika melihat bayangannya di cermin, dia bisa melihat sedikit cahaya di matanya yang sebelumnya redup.
"Sepertinya aku sudah mengabaikan diriku terlalu lama," bisiknya, senyum tipis menghiasi wajahnya.
Setelah menyiapkan sarapan untuk Arman, Maya berencana pergi lebih awal. Dia berharap Arman tidak terlalu memperhatikannya. Dia tahu bahwa pernikahan mereka sudah suram, dan tanpa cinta, setiap hari terasa sama. Namun, kali ini, dia tidak akan membiarkan ketidakpastian menghalanginya.
Setibanya di kafe, Maya merasakan degupan jantungnya meningkat. Kafe kecil itu, yang dulunya menjadi tempat mereka berbagi mimpi dan tawa, kini terasa asing. Dia duduk di sudut favorit mereka, meja di dekat jendela yang selalu dipenuhi sinar matahari. Dia memesan kopi sambil menunggu Raka.
Tak lama kemudian, sosok yang dikenalnya muncul di pintu. Raka tampak sedikit lebih dewasa, dengan gaya rambut yang rapi dan senyum yang selalu bisa membuat hatinya bergetar. Ketika matanya bertemu dengan Maya, seolah waktu berhenti sejenak.
"Maya! Kamu terlihat luar biasa!" serunya, mendekat dengan langkah percaya diri.
"Terima kasih, Raka. Kamu juga... masih seperti yang aku ingat," jawab Maya, berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
Mereka duduk dan mulai berbicara, mengenang kembali kenangan indah yang pernah mereka bagi. Tawa mereka mengisi ruangan kafe yang sempat sunyi.
"Aku masih ingat bagaimana kita berusaha menciptakan lagu di atas atap rumahmu," Raka tertawa, mengenang masa-masa itu. "Itu adalah momen paling lucu dan konyol yang pernah kita alami."
"Ya, kita hampir terjatuh dari atap karena mencoba memainkan gitar sambil menari!" Maya ikut tertawa, merasakan kenyamanan saat berbicara dengan Raka.
"Sejak saat itu, aku selalu percaya bahwa kamu adalah orang yang paling berani yang pernah aku kenal," Raka berkata, menatap Maya dengan tulus. "Apa yang terjadi denganmu setelah kita berpisah?"
Maya menarik napas dalam-dalam, merasakan berat di dadanya. "Aku menikah... tapi rasanya tidak seperti yang aku harapkan. Hidupku terasa hampa," jawabnya, suara lembut tetapi tegas.
"Maaf mendengarnya. Apa suamimu tidak mencintaimu?" tanya Raka dengan perhatian.
"Dia... tidak buruk, tetapi tidak ada cinta di antara kami. Kami terjebak dalam rutinitas. Kadang-kadang aku merasa seperti kita hanya berbagi ruang dan waktu tanpa ada hubungan yang nyata," jelas Maya, air mata mulai menggenang.
"Yah, aku tahu pernikahan bisa rumit. Tapi kamu berhak mendapatkan cinta dan kebahagiaan," Raka menjawab, menyentuh tangan Maya dengan lembut.
Maya merasa getaran itu kembali, perasaan yang telah lama dia kubur. Dia melihat ke mata Raka, merasakan kedalaman yang hilang dalam hidupnya. "Aku tidak ingin menyakiti siapa pun, Raka. Tapi aku merindukan apa yang kita miliki," katanya, suara bergetar.
"Aku di sini sekarang, dan aku tidak ingin membuatmu merasa terjebak lagi. Mari kita mulai dari awal," jawab Raka, dengan harapan di matanya.
Maya merasa hatinya berdebar, antara keinginan dan rasa bersalah. "Tapi bagaimana dengan Arman? Dia masih suamiku," kata Maya, berjuang melawan perasaannya.
"Keputusan ada di tanganmu, Maya. Cinta tidak seharusnya membuatmu merasa terkurung. Kamu berhak untuk bahagia," Raka menjawab, menyemangati Maya dengan tatapan penuh pengertian.
Setelah beberapa jam berbicara dan berbagi cerita, Maya merasa ada cahaya baru dalam hidupnya. Pertemuan ini membangkitkan harapan yang lama hilang, tetapi dia juga tahu bahwa memilih jalan ini tidaklah mudah.
Saat mereka berjalan keluar dari kafe, Raka berhenti sejenak. "Apa kamu ingin bertemu lagi? Aku ingin mendengar lebih banyak tentang hidupmu," katanya dengan senyum lebar.
"Ya, aku ingin. Mungkin kita bisa menemukan kembali jejak cinta yang terlupakan," jawab Maya, merasa ada keberanian yang tumbuh dalam dirinya.
"Bagus, kita akan merencanakan pertemuan lagi. Jangan ragu untuk menghubungiku, ya?" Raka berkata sebelum mereka berpisah.
Maya pulang dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa keputusannya untuk bertemu Raka bisa mengubah hidupnya. Namun, di dalam hatinya, dia merasa ada harapan baru untuk menemukan cinta yang selama ini hilang.
Ketika dia melangkah memasuki rumah, Arman sedang duduk di sofa dengan tatapan lelah.
"Ke mana saja kamu?" tanyanya, nada suaranya mencerminkan keingintahuan yang mendalam.
"Sekadar keluar untuk jalan-jalan," jawab Maya, berusaha menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.
"Baiklah. Aku sudah menyiapkan makan malam. Ayo kita makan bersama," ajak Arman, tetapi Maya merasakan bahwa suasana di rumah itu semakin berat.
Maya tahu bahwa jalan yang dipilihnya tidak akan mudah. Dia berdiri di persimpangan, antara masa lalu yang membahagiakan dan kenyataan yang menyakitkan. Namun, satu hal yang pasti-dia tidak akan membiarkan kehampaan ini mengendalikan hidupnya lebih lama lagi.
Dengan keputusan yang tegas, Maya melangkah maju, bertekad untuk menemukan kembali jejak cinta yang telah lama terlupakan.
Bersambung...
Seorang istri yang curiga terhadap suaminya mulai mencari tahu tentang hubungan rahasia yang suaminya jalani. Perselingkuhan ini mengarah pada pengkhianatan yang lebih dalam, memaksanya mengambil langkah drastis untuk melindungi dirinya sendiri.
Seorang pria yang merasa kehilangan gairah dalam pernikahannya menemukan kembali cinta lama yang tak pernah benar-benar pudar. Namun, di balik tatapan penuh cinta itu, ia juga menemukan rahasia yang mengancam kehidupannya yang nyaman.
Seorang pria yang merasa terjebak dalam rutinitas rumah tangganya mulai menjalin hubungan dengan rekan kerjanya. Perselingkuhan ini membawanya ke dalam dunia yang penuh gairah, namun juga rasa bersalah yang semakin menghancurkan dirinya.
Seorang istri yang selalu setia tiba-tiba menemukan bukti perselingkuhan suaminya. Ketika ia berusaha mengungkap kebenaran, ia justru menemukan lebih banyak kebohongan yang suaminya simpan selama ini.
Seorang pria mulai menerima surat-surat dari dirinya sendiri yang tertanggal 10 tahun di masa depan, memperingatkannya tentang kejahatan yang belum terjadi. Dia harus menggunakan informasi tersebut untuk mencegah pembunuhan, sambil mencari tahu siapa sebenarnya yang mengirim surat-surat itu.
Seorang jurnalis pergi ke hotel tua yang terkenal dengan cerita-cerita hantu untuk menulis artikel. Namun, saat tamu-tamu hotel mulai menghilang satu per satu, jurnalis tersebut menemukan bahwa ada lebih banyak kebenaran dalam cerita-cerita hantu itu daripada yang pernah dia bayangkan.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
"Aku menginginkanmu! Maka jadilah milikku! Aku tidak menerima penolakan!" Ucap Devien penuh penakanan. Mata Nindy sudah berembun. "Tolong! Tolong!" Nindy berusaha meminta tolong dengan berteriak sekuat tenanga. "Huuust! Simpan suaramu untuk mendesah, karena suaramu hanya akan terbuang sia-sia saja, kau tahu 'kan jika ruangan ini kedap suara, siapa yang akan mendengarmu hm?" Devien sekarang benar-benar di pengaruhi nafsu, gairahnya yang terpendam sudah menguar. baca selengkapnya di bawah ;)
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
“Aduh!!!” Ririn memekik merasakan beban yang amat berat menimpa tubuhnya. Kami berdua ambruk dia dengan posisi terlentang, aku menindihnya dan dada kami saling menempel erat. Sejenak mata kami bertemu, dadanya terasa kenyal mengganjal dadaku, wajahnya memerah nafasnya memburu, aku merasakan adikku mengeras di balik celana panjang ku, tiba-tiba dia mendesah. “Ahhh, Randy masukin aja!” pekik Ririn.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
© 2018-now Bakisah
TOP