/0/21111/coverbig.jpg?v=161b8b0630765dd2c3c08f773489b152)
21+ (Bijaklah dalam membaca, cerita mengandung adegan hanya untuk usia dewasa dan kekerasan) Arsenio Orlando Lazcano, muda, tampan, berkharisma dan sudah pastinya kaya raya. Tidak ada wanita yang tidak jatuh cinta kepadanya, bahkan dengan suka rela akan memberikan tubuhnya kepada CEO tampan pemilik Lazcano's corps itu. Namun dibalik itu semua ada hal yang di sembunyikan oleh seorang Arsen. Kehidupan gelapnya, yang siapapun tidak akan pernah mengiranya. Membunuh sudah menjadi hal yang biasa bagi seorang Arsen. Sebuah insiden mempertemukannya dengan seorang gadis yang membuat hidupnya berubah. Gadis lugu, polos dan baik hati. Sungguh sangat berbanding terbalik dengannya. Namun itulah yang membuat ia penasaran dan tertarik dengan gadis itu.
Lily mulai membuka matanya saat sedikit sinar matahari yang lolos dari celah gorden yang tidak tertutup rapat menerpa wajahnya. Ia mengucek matanya agar bisa melihat sedikit lebih jelas. Karena kamar masih terlihat cukup gelap. Kepalanya sedikit pengar, mungkin akibat alkohol yang diminumnya semalam.
Perutnya terasa berat, saat terlihat sebuah tangan melingkar di perutnya, ia bisa merasakannya walau tidak dapat melihatnya dengan jelas.
Kini badannya benar-benar terasa sakit, bahkan bagian intinya sangat kebas dan perih. Entah berapa kali semalam ia melakukannya, bahkan ia tidak mampu menghitungnya.
Kini Ken--kekasihnya, tampak masih terlelap, terdengar suara napas yang teratur. Lily mengambil ponselnya di nakas sebelah tempat tidur, ia ingat semalam menaruhnya di situ.
Dengan susah payah ia menggapainya. Ternyata jam sudah menunjukan pukul 6 pagi, masih ada sisa 2 jam lagi sebelum acara kantor dimulai.
Ia akan bergegas mandi. Namun ia akan membangunkan Ken terlebih dahulu. Lily akan mengajak Ken untuk sarapan bersama.
"Sayang, bangun," bisik Lily di telinga Ken.
"Hmm," gumam Ken dengan sedikit serak.
"Acaranya sejam lagi," ucap Lily.
Namun Ken malah menarik tubuh Lily ke atasnya . "Last time, giliran kau di atas," ucapnya. Tubuh Lily benar-benar membuat Ken ketagihan, padahal semalam ia sudah melakukan sebanyak 4 kali. Ia belum pernah merasakan sensasi seperti semalam.
"Tidak, rasanya masih sakit dan perih," dengus Lily kesal dan memukul dada Ken pelan. Bahkan sangat tidak terasa. Kini ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Ken. 'Sejak kapan dada Ken memiliki otot seperti ini?' tanyanya dalam hati.
"Ck! Aku tidak akan memberikan bonus lebih dalam bayaranmu !" ucap Ken dengan nada kesal dan dingin.
"Bonus? Bayaran apa maksudmu?" Lily mendongakkan wajahnya pada Ken yang masih tidak terlihat dengan jelas, hanya samar.
"Ya, bayaranmu karena menemaniku tidur!" ucapnya.
"A-apa??!" Lily kaget tak percaya.
"Kau anggap aku wanita seperti itu?" Lily beringsut dari atas tubuhnya dan terduduk di atas kasur. Ia sedikit meringis, bagian bawah tubuhnya sedikit sakit.
"Kau memang dipanggil dan dibayar untuk datang ke kamar ini dan memuaskanku," jelasnya.
Kini mulut Lily menganga tak percaya dengan ucapan kekasihnya, hatinya sangat terpukul. Ia mulai terisak tertahan.
"Kenapa kau jahat padaku, Ken? Kenapa?" ucap Lily dengan isakannya. Ia tak menyangka sama sekali, jika kekasihnya akan mengatakan hal seperti ini, dan menganggapnya seperti wanita panggilan.
"Katakan Kendrick Edbert? Kenapa kau berbuat ini padaku??" Kini mulut Lily sudah bergetar ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Amarah di dadanya bergemuruh, Lily yang biasanya bersikap tenang, bahkan cenderung pendiam. Kini ia tak bisa menahan amarahnya pada kekasihnya itu.
"Apa salahku, Ken?" tanyanya lagi dengan lirih.
"Ken ... Ken siapa?" Terdengar nada bingung di sana.
"Sudah jelas itu kau, Ken. Kendrick Edbert, siapa lagi kalau bukan kau!!" pekik Lily.
"Tapi, aku bukan Kendrick Edbert !"
"Hah? Lalu, siapa kau?" tanya Lily penuh dengan rasa kaget. Kepalanya seakan tiba-tiba kosong begitu saja.
Laki-laki itu menyalakan lampu tidur di sebelah tempat tidurnya. Ia menatap wajah Lily dengan tajam.
"Pak Lazcano!" pekik Lily, matanya membelalak tak percaya. Gadis itu kemudian menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia hanya bisa terdiam dan mematung.
"M-maafkan saya, Pak!" ucap Lily penuh sesal dengan terbata. Ia begitu kaget, karena ternyata pria tersebut bukan Ken kekasihnya. Namun, bos besarnya di kantor. Pemilik dari tempatnya bekerja. Rasanya Lily ingin menenggelamkan dirinya di laut lepas saat ini.
Ia segera beringsut dari atas tempat tidurnya, mengambil apa yang bisa ia ambil untuk menutupi tubuh polosnya.
Saat akan berdiri tiba-tiba ia terjatuh dan terduduk di lantai. Kakinya begitu lemas hingga tidak dapat menopang berat tubuhnya.
"M-maaf! " ucapnya. Ia berusaha menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Badannya sangat sakit, terutama di bagian tubuh bawahnya.
Dengan susah payah ia berusaha untuk mengambil pakaiannya lagi yang sudah berserakan sembarangan di lantai.
Melihat itu Arsen sama sekali tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Ia masih duduk terdiam di tempat tidurnya. Hanya menatapnya dengan tajam. Lily harus segera keluar dari tempat ini secepatnya.
Lily menuju kamar mandi sesaat setelah berhasil mengumpulkan semua pakaiannya. Setelah menutup pintu Lily tidak dapat menahan lagi air matanya, ia terisak. Apa yang baru saja terjadi sungguh membuatnya kaget dan sedih. Dan tentunya sangat membingungkan.
Lily sudah kehilangan sesuatu yang berharga yang dimilikinya, yang awalnya akan ia berikan pada Ken--kekasihnya. Namun entah mengapa, ia malah melakukan dengan bosnya. Lily sama sekali tak tahu, mengapa laki-laki yang bersamanya malah bos-nya.
Hingga akhirnya, ia sadar jika ia telah memasuki kamar yang salah.
Dan kenapa harus kamar atasannya?! Ini membuatnya tidak dapat berkata-kata lagi.
Apa yang akan terjadi dengan hubungannya dengan Ken? Dadanya begitu sesak memikirkan hal tersebut.
Dengan buru-buru ia segera berpakaian dan mencuci wajahnya. Ia akan kembali ke kamarnya, semoga Ken tidak marah padanya karena semalam tidak menepati janjinya.
"Bagaimana kau bisa masuk ke dalam kamar ini?" tanya Arsen dengan tajam saat Lily melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi. Bahkan ia belum sempat menutup pintu kamar mandi dengan benar.
"M-maafkan saya, Pak. Saya salah masuk kamar, semalam saya kira ini kamar saya satu enam tujuh delapan," jelas Lily ketakutan. Ia menunduk sambil menahan rasa sakit dan kebas di bagian bawah tubuhnya.
"Ini satu sembilan tujuh delapan," ujar Arsen datar.
"Maaf, saya mabuk semalam. Maaf kan saya, Pak. Tolong, jangan pecat saya!" Lily membungkuk meminta maaf. Air mata sudah membasahi pipinya. Ia benar-benar takut jika bos-nya ini akan memecatnya.
Karena kebodohannya saat mabuk, ia tidak bisa membedakan angka enam dan Sembilan. Dan karena kebodohannya ini, membuatnya berada di posisi yang sulit seperti sekarang.
"Cepat kamu pergi dari sini!" usir Arsen, tanpa menjawab ucapan Lily yang memintanya untuk tidak di pecat. Lily tak bisa berbuat apa-apa, ia sudah cukup ketakutan hingga ia hanya bisa segera Lily pergi dari hadapan bos-nya, meninggalkan kamar tersebut dengan langkah yang sedikit tertatih.
Setelah wanita tersebut pergi meninggalkan kamarnya Arsen bangkit dari tempat tidurnya. Ia mengenakan celana pendek setengah pahanya.
Ia merasa kesal, bagaimana tidak ia sudah meniduri karyawan wanita yang ia kira jalang bayaran yang telah dipesan untuknya.
Arsen mendengus kesal, ia takut wanita itu kotor. Walau ia suka memanggil jalang untuk menemani malamnya ia akan pastikan jalang tersebut bersih dan bebas dari penyakit.
Saat ia memandang tempat tidurnya, ternyata terdapat bercak darah di sana.
"Ternyata itu pertama kalinya untuk wanita itu! Pantas saja," gumamnya. Ada sedikit kelegaan dalam dirinya, jika itu pertama kalinya untuk gadis itu, maka Arsen tak perlu mengkhawatirkan akan penyakit dan yang lainnya.
Ya, Arsen dapat merasakan perbedaannya, rasa yang tidak pernah ia dapatkan pada saat bersama jalang sewaannya.
Tiba-tiba saja ia mendengar bunyi ponsel. Lelaki itu pun bergegas mencari ponsel miliknya. Tetapi, layar ponselnya gelap, menunjukan tidak ada aktivitas apapun. Namun, bunyi itu masih terdengar.
Sampai akhirnya ia menemukan sebuah ponsel berwarna putih, yang sudah pasti bukan miliknya. Ia mengambil ponsel tersebut.
Terdapat beberapa chat di sana. Dia menatap layar ponsel tersebut. Ponsel tersebut dalam keadaan tidak terkunci. Sehingga ia bisa membaca pesan yang masuk tersebut. Ia mulai mengerutkan keningnya saat membacanya.
"Ck!! Wanita itu!!" decaknya.
Arsen segera mengenakan pakaiannya, dan menyusul wanita tersebut untuk mengembalikan ponselnya yang tertinggal. Selagi suasana hotel masih pagi dan sepi.
-To Be Continue-
Side Story Of Accindentally Fall For You Camilio Danielle Osvaldo, seorang pria dengan IQ di atas 150, sangat berprestasi di sekolah dan dunia militer. Karena mengalami kekecewaan yang sangat mendalam, ditinggalkan oleh wanita yang paling dicintainya, membuatnya bergabung dan menjadi anggota inti Black Nostra, yaitu salah satu mafia terbesar di dunia. Seseorang mengulurkan tangannya dan menyambutnya dengan baik. Orang itu adalah Mike, dia adalah salah satu petinggi penting dari Black Nostra. Awalnya tentu saja Camilio tidak ingin bergabung, karena itu sangat bertolak belakang dengan hati nuraninya. Namun pandangan awal dirinay terhadap kelompok itu berubah saat ia mengetahui dan mengenal setiap anggota kelompok. Meski mereka bekerja dalam bidang yang melanggar hukum, namun kekeluargaan mereka sangat luar biasa.
"Apakah semua yang terjadi pada diriku saat ini adalah takdirku? Jika ya, aku akan menerimanya, baik itu takdir baik maupun buruk, karena aku yakin ada hikmah di balik semuanya." Freya percaya bahwa setiap peristiwa dalam hidup memiliki tujuan, meski terkadang datang dalam bentuk luka. Perjalanan yang seharusnya menjadi momen romantis ke Venesia bersama kekasih berubah menjadi mimpi buruk saat ia menemukan pengkhianatan yang menyakitkan. Rasa sedih dan frustrasi menghantuinya, namun ia memutuskan untuk tetap berangkat. Ia butuh waktu untuk menyembuhkan dirinya sendiri-sendirian. Namun, hidup memiliki caranya sendiri untuk memberikan kejutan. Ketika Freya mencoba menikmati pagi yang damai di Venesia, ia tak sengaja menabrak seseorang di sebuah jalan kecil. Ice cappuccino latte yang ia genggam tumpah, membasahi bajunya, dan mempermalukannya di depan pria asing yang ternyata... sangat memikat. Awalnya, hanya obrolan ringan. Namun, seiring waktu, mereka berbagi cerita-tentang kehilangan, impian, dan bagaimana menemukan diri sendiri di tengah reruntuhan hati. Dalam kota yang penuh keajaiban dan keindahan, Freya perlahan menyadari bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar pelarian. Venesia menjadi saksi bagaimana ia belajar memaafkan, membuka hatinya kembali, dan menemukan bahwa mungkin, takdir memang selalu punya rencana yang indah, meskipun awalnya terasa seperti mimpi buruk. Di tengah jembatan, kanal, dan gondola yang memantulkan cahaya matahari, akankah Freya menemukan cinta yang baru? Atau mungkin, cinta sejati yang sesungguhnya adalah saat ia mulai mencintai dirinya sendiri?
Bagi dirinya Dayana Ekavira Sanjaya sudah tidak ada, begitu ia meninggalkan Jakarta. Yang ia inginkan adalah pergi menjauh ke tempat yang tidak ada satupun orang yang mengenal dirinya, meninggalkan suami dan keluarga suaminya yang sudah memperlakukannya dengan buruk. Dalam pengasingannya, katakanlah begitu Aya--nama panggilannya menyebutnya. Ia akan hidup dengan nama baru Kana Zanitha. Kana pergi ke sebuah tempat yang cukup jauh dari hiruk pikuk kota, di mana ia yakin suami dan keluarganya tidak akan menemukannya. Sayangnya tidak ada tujuan yang pasti untuk dirinya, celakanya dalam pelariannya tersebut ia jatuh pingsan di sebuah kebun dekat villa. Pemilik villa menemukannya tergeletak di bagian belakang villa nya, Elvan Ravindra Dewangga. Seorang pria introvert dengan tatapan tajamnya. Karena luka di tubuhnya dan menyebabkan dirinya demam, Kana tidak bisa langsung meninggalkan tempat tersebut begitu saja. Meski awalnya ia takut pada pria itu, sayangnya keduanya mulai terjerat perasaan yang tidak biasa. Suami dan keluarganya menemukan keberadaannya, apa yang harus Kana lakukan? Kembali kabur atau menghadapi mereka?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?