/0/21222/coverbig.jpg?v=80c4ed759baa844f03fe21c69e4653fc)
Seorang wanita yang baru menikah tergoda oleh mantan kekasihnya yang kembali dalam hidupnya. Hubungan gelap ini mengancam masa depannya, dan ia harus menentukan apakah ia akan terus berada dalam lingkaran pengkhianatan atau memperbaiki kehidupannya.
Seorang wanita yang baru menikah tergoda oleh mantan kekasihnya yang kembali dalam hidupnya. Hubungan gelap ini mengancam masa depannya, dan ia harus menentukan apakah ia akan terus berada dalam lingkaran pengkhianatan atau memperbaiki kehidupannya.
Maya duduk di ruang tamu, menikmati pagi yang tenang. Pemandangan dari jendela rumahnya yang menghadap taman kecil itu selalu menenangkan pikirannya. Arif, suaminya yang selalu perhatian, sudah pergi bekerja. Maya merasa hidupnya sempurna, setidaknya begitu yang ia kira. Semua yang ia impikan-rumah yang nyaman, suami yang penuh kasih, dan masa depan yang cerah-terasa seperti hadiah.
Namun, hidup memang seringkali menyimpan kejutan yang tidak pernah kita duga.
Hari itu, saat Maya sedang membeli kopi di kedai dekat rumah, dunia seperti berhenti berputar sejenak. Dari kejauhan, ia melihat sosok yang sangat ia kenal.
Dimas. Mata mereka bertemu, dan dalam sekejap, kenangan-kenangan indah dari masa lalu berhamburan begitu saja.
Dimas, mantan kekasihnya yang telah lama hilang dari kehidupannya, kini berdiri tepat di depannya, tersenyum seperti tidak ada waktu yang terlewatkan.
"Dimas..." suara Maya bergetar, seolah kata itu keluar begitu saja tanpa ia rencanakan.
Dimas tersenyum lebar, mengangkat tangan untuk menyapa. "Maya? Tidak pernah menyangka bisa bertemu di sini."
Maya terdiam sejenak, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. "Kamu... kamu baru kembali ke sini?" tanya Maya dengan suara yang hampir tak terdengar.
"Iya, baru beberapa hari ini. Pindah kembali ke sini untuk pekerjaan," jawab Dimas santai, seolah tidak ada yang berubah. "Bagaimana kabarmu? Masih ingat aku?"
Maya tertawa kecil, meskipun dalam hatinya ada perasaan yang sulit dijelaskan.
"Tentu saja ingat," jawabnya, sambil tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, menikah dengan Arif. Kita berdua sangat bahagia."
Dimas mengangguk, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Maya merasa tidak nyaman. "Arif, ya... Aku mendengar tentang itu. Kalian berdua terlihat cocok. Bahagia, ya?"
"Ya, kami bahagia," Maya menjawab, meskipun suaranya sedikit ragu. Ada bagian dari dirinya yang seolah-olah hilang setelah pertemuan ini.
Dimas mengangkat alis. "Aku senang mendengarnya. Tapi, aku rasa... ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu."
Maya merasa hatinya berdebar lebih keras. "Apa maksudmu?" tanyanya, berusaha terdengar tenang.
Dimas menghela napas panjang, matanya masih menatap Maya dengan intens. "Aku tidak bisa lupa tentang kita, Maya. Aku tahu sudah lama, tapi aku merasa masih ada sesuatu yang belum selesai di antara kita."
Maya mencoba mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan Dimas yang begitu dalam. "Dimas, itu masa lalu. Aku sudah move on, dan aku... aku bahagia dengan Arif."
Dimas mendekat sedikit, suara lembutnya menggetarkan hati Maya. "Aku tahu itu, Maya. Aku tahu kamu bahagia dengan Arif, tapi aku juga tahu kamu masih merasakan sesuatu ketika kita bertemu lagi. Aku bisa melihatnya di matamu."
Maya menelan ludah. "Dimas, aku sudah menikah. Kamu tidak bisa datang dan membuat semuanya rumit seperti dulu lagi."
Dimas tersenyum pahit. "Aku tidak ingin membuat hidupmu rumit, Maya. Aku hanya ingin memberi tahu kamu, bahwa aku masih ada di sini. Dan aku masih berharap... kita bisa memiliki kesempatan kedua."
Maya terdiam, kata-kata itu terus berputar dalam pikirannya. Apa yang sebenarnya ia rasakan? Apakah ia hanya merasa tergoda oleh kenangan lama?
Atau ada sesuatu lebih yang menghubungkannya dengan Dimas?
"Jangan biarkan perasaan lama itu mengaburkan pandanganmu," Dimas berkata, menambahkan beban di hati Maya. "Kita berdua tahu betapa besar hubungan kita dulu."
Maya merasa terjebak. "Aku harus pergi," katanya terburu-buru, berusaha menjaga kestabilan emosinya. "Terima kasih atas obrolannya, Dimas."
Tanpa menunggu jawabannya, Maya berjalan cepat menuju pintu kedai, berusaha menenangkan diri. Namun, di luar, dunia terasa berbeda. Perasaan yang dulu ia coba lupakan kembali menyergapnya.
Sesampainya di rumah, Arif sudah pulang. "Maya, kamu pulang lebih cepat hari ini," kata Arif dengan senyum hangatnya, yang seolah menenangkan hati Maya.
Tapi dalam benaknya, ada satu pertanyaan yang terus mengganggu: Apakah pertemuan dengan Dimas ini hanya kebetulan, atau ada lebih banyak hal yang harus ia hadapi?
Maya tersenyum lemah, berusaha tampak normal. "Iya, aku hanya merasa ingin pulang lebih awal," jawabnya, mencoba menghindari topik lain.
Arif mengangguk dan duduk di sampingnya. "Kamu terlihat sedikit lelah. Ada apa? Atau mungkin... kita butuh waktu untuk berdua?"
Maya duduk di meja makan, di hadapannya sepiring nasi dan lauk yang sudah disiapkan Arif. Suami yang selalu perhatian itu duduk di sampingnya,
menyuapkan makanan dengan penuh kasih sayang. Namun, hari ini, Maya merasa seperti ada bayangan gelap yang menghalangi setiap gigitan yang ia makan.
Arif tersenyum, tapi Maya hanya memberikan senyum tipis sebagai balasan. Hatinya masih bergejolak, berputar-putar antara kesetiaannya kepada suami dan godaan yang datang dari Dimas.
"Kenapa kamu sepi sekali? Ada apa, sayang?" Arif bertanya, menatap Maya dengan penuh perhatian. Ia selalu bisa membaca perubahan sekecil apapun dalam dirinya.
Maya memaksakan senyum dan mencoba berbohong. "Aku hanya sedikit lelah, Arif. Aku baru saja pulang dari kedai kopi. Hari ini agak panas."
Arif menatapnya dengan ragu, seolah merasakan ada yang tidak beres, namun ia memilih untuk tidak menanyakan lebih lanjut. Ia hanya menggenggam tangan Maya, mengusapnya dengan lembut. "Jangan terlalu banyak bekerja, Maya. Kamu sudah punya aku. Kita bisa bersantai bersama."
Maya mengangguk, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan itu semakin menguasai dirinya. Dimas tidak bisa keluar dari pikirannya. Setiap kali ia menutup mata, wajah Dimas muncul kembali-senyum itu, tatapan penuh gairah yang dulu membuatnya merasa hidup.
Beberapa hari kemudian, Maya kembali berpapasan dengan Dimas di jalan saat ia sedang berjalan pulang dari kantor. Kali ini, Dimas lebih tegas. Ia menghentikan langkah Maya dan memegang lengannya dengan lembut.
"Maya, aku ingin bicara lagi," katanya dengan suara rendah, namun penuh keyakinan.
Maya terkejut dan mencoba menarik lengannya. "Dimas, ini tidak baik. Kita sudah berbicara tentang ini."
Namun, Dimas tak membiarkannya pergi begitu saja. "Maya, kita sudah lama tidak berbicara seperti ini. Aku tahu kamu masih merasa ada sesuatu di antara kita. Aku tidak akan pergi begitu saja tanpa memberimu kesempatan untuk mendengarku."
Maya merasa terjebak dalam kata-kata Dimas. Seakan, seiring waktu, perasaan itu tidak pernah benar-benar hilang. "Aku sudah menikah, Dimas. Arif adalah suamiku, dan aku berjanji untuk setia padanya."
Dimas menatapnya dalam-dalam, seolah mencari celah dalam kata-kata Maya. "Aku tahu. Tapi hati tidak bisa dipaksakan, kan? Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku masih mencintaimu, Maya. Dan aku akan berusaha untuk membuatmu merasa bahagia seperti dulu."
Maya merasa hatinya berdebar, tapi ia tahu ia harus pergi. "Aku harus pergi,"
katanya dengan cepat, menarik lengannya dari genggaman Dimas. "Ini sudah cukup, Dimas. Aku tidak bisa... aku tidak bisa melanjutkan percakapan ini."
Dimas menghela napas, namun tidak ada kemarahan dalam dirinya. "Aku akan menunggumu, Maya. Tidak peduli berapa lama, aku akan menunggumu."
Maya melangkah cepat, meninggalkan Dimas yang masih berdiri di tempatnya, seolah tidak tergoyahkan oleh kata-kata Maya. Dalam hatinya, Maya tahu bahwa pertemuan ini akan mengguncang segalanya.
Setibanya di rumah, Maya mencoba untuk tidak menampilkan kegelisahannya. Namun, Arif yang selalu bisa membaca ekspresi Maya, tahu ada yang tidak beres. Ia meletakkan kunci mobil di atas meja dan memandang Maya dengan tatapan khawatir.
"Kamu bertemu dengan Dimas lagi, kan?" tanya Arif, suaranya tenang namun penuh ketegasan.
Maya terkejut, seakan Arif bisa melihat langsung ke dalam hatinya. "Apa maksudmu?" jawab Maya, berusaha terdengar biasa saja meskipun hatinya mulai berdegup kencang.
Arif menarik napas panjang. "Aku tahu kamu tidak ingin mengatakannya, tapi aku bisa merasakan ada yang berubah. Ada sesuatu dalam dirimu yang tidak bisa aku pungkiri."
Maya diam sejenak, tak tahu harus berkata apa. Arif yang selalu tahu kapan ia berbohong, kini menunggu jawaban. Maya merasa perasaan bersalah menghantamnya begitu keras.
"Aku... aku bertemu dengannya beberapa kali," akhirnya Maya mengaku, suaranya hampir berbisik. "Tapi Arif, itu hanya kenangan lama. Aku tidak ingin menyakiti kamu."
Arif menatapnya dalam diam, seolah berusaha mencerna kata-kata Maya. "Maya, kamu sudah menikah denganku. Apa kamu tidak melihat betapa besar kepercayaanku padamu? Tapi aku tidak bisa memaksamu untuk tidak merasakan apa yang kamu rasakan. Aku hanya ingin kamu jujur padaku."
Maya terdiam, merasa berat untuk menghadapinya. "Aku merasa bingung, Arif. Aku merasa terjebak antara dua perasaan. Dimas"
"Jangan katakan itu," potong Arif, suaranya penuh kepedihan. "Aku tidak bisa mengerti, Maya. Aku sudah memberi segalanya untuk kamu. Aku tidak pernah meragukanmu, tapi kenapa kamu merasa harus bertemu dengan dia lagi?"
Air mata mulai menggenang di mata Maya, namun ia berusaha menahan semuanya. "Aku tidak tahu. Aku rasa aku... aku masih mencintainya."
Arif memejamkan mata, mencoba menahan diri. "Jadi, ini tentang cinta yang dulu? Kamu memilih masa lalu daripada masa depan kita?"
Maya merasakan hatinya hancur mendengar kata-kata itu. Ia tidak pernah ingin membuat Arif merasa seperti ini. "Arif, aku... aku tidak tahu apa yang harus aku pilih. Tapi aku akan berusaha memperbaikinya. Aku akan berusaha melupakan Dimas."
Arif mengangguk pelan, tapi matanya tidak bisa menyembunyikan kekecewaan. "Aku akan memberimu waktu, Maya. Tapi aku tidak akan bisa bertahan lama jika kamu terus terjebak dalam masa lalu."
Maya menundukkan kepala, merasa dunia seperti runtuh di sekitarnya. Ia harus memilih, dan pilihan itu tidak akan mudah. Kenangan bersama Dimas semakin membebani pikirannya, namun ia tahu satu hal-keputusannya kini bisa menghancurkan segalanya.
Dengan hati yang penuh kebingungan dan rasa bersalah, Maya harus memutuskan apakah ia akan melangkah maju bersama Arif, atau kembali kepada Dimas, cinta yang dulu.
Bersambung...
Lily, pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarganya, menemukan bahwa perjodohannya dengan pria kaya raya lain hanyalah bagian dari rencana besar untuk menguasai pasar global. Namun, hatinya malah tertambat pada asisten pribadinya yang cerdas tetapi miskin.
Sepasang kekasih yang sudah bertunangan menghadapi cobaan berat ketika salah satu dari mereka memulai hubungan dengan orang lain. Konflik antara cinta, penyesalan, dan pengampunan menjadi inti perjalanan mereka.
Sepasang kekasih yang saling berjanji untuk bersama selamanya terjebak dalam cobaan ketika salah satu dari mereka mengkhianati cinta itu. Rasa sakit dan kebohongan perlahan mengungkap kebenaran yang mengubah hidup mereka berdua.
Seorang wanita yang merasa hubungannya membosankan menemukan pria baru yang membuatnya merasa hidup kembali. Ketika ia mencoba menjalani dua kehidupan, ia harus memilih antara cinta lamanya atau cinta baru yang penuh risiko.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Chelsea Kurniawan awalnya berasal dari keluarga kaya, tetapi ibunya meninggal ketika dia masih sangat kecil. Sejak saat itu, dia dibuat untuk menjalani kehidupan yang sulit. Ayah dan ibu tirinya bahkan memaksanya menikah dengan Tristan Sudrajat yang seharusnya menikahi saudara tirinya, Cheline. Tidak mau menerima nasibnya, Chelsea melarikan diri pada hari pernikahan dan bahkan melakukan cinta satu malam. Chelsea mencoba pergi diam-diam malam itu, tetapi ayahnya menemukannnya lagi. Setelah gagal melarikan diri dari nasibnya, Chelsea kembali dipaksa untuk menjadi pengantin pengganti. Tak disangka, dia diperlakukan dengan baik oleh suaminya selama pernikahan, Chelsea juga lambat laun mengetahui bahwa suaminya memiliki banyak rahasia sendiri. Apakah Chelsea akan mengetahui bahwa pria yang pernah berhubungan satu malam dengannya sebenarnya adalah suaminya? Apakah Tristan akan tahu bahwa Chelsea hanyalah pengantin pengganti untuk saudara tirinya? Kapan Chelsea akan mengetahui bahwa suaminya yang sederhana itu sebenarnya adalah seorang hartawan misterius? Temukan semua itu dalam buku ini.
© 2018-now Bakisah
TOP