/0/21350/coverbig.jpg?v=d843d606f9b710392d25f3a57952174d)
Dimas adalah seorang pengusaha sukses sekaligus duda yang dingin setelah perceraian pahitnya. Kehadiran Sinta, sekretaris barunya yang lembut dan ceria, membawa kehangatan yang tak pernah ia rasakan lagi. Sinta pun tanpa sadar mulai terlibat dalam kehidupan anak Dimas yang kesepian, yang bernama Arya. Saat hubungan mereka mulai berkembang, mantan istri Dimas muncul kembali, mengancam kebahagiaan yang baru mereka temukan. Akankah mereka bertahan menghadapi badai ini?
Hujan deras mengguyur kota Jakarta sore itu, membasahi jalanan yang dipenuhi kendaraan. Gedung-gedung pencakar langit tampak buram oleh kabut dan rintik hujan, namun di salah satu lantai tertinggi, seorang pria berdiri menghadap jendela kaca besar. Dimas Pratama, CEO PT Pratama Jaya, adalah sosok yang mendominasi ruangannya dengan kehadiran dingin dan penuh wibawa.
Jas hitam yang ia kenakan terjahit rapi, menggambarkan sosok pria mapan yang telah lama terbiasa dengan dunia bisnis yang keras. Sorot matanya yang tajam mengamati keramaian kota tanpa benar-benar melihat, seolah pikirannya melayang jauh dari hiruk-pikuk dunia di bawah sana.
Hari itu seperti hari-hari lainnya bagi Dimas. Ia mengawali pagi dengan rapat bersama para eksekutif, diikuti panggilan dari klien besar, lalu menandatangani kontrak miliaran rupiah. Jadwalnya padat, tanpa jeda untuk memikirkan hal-hal yang bukan urusan pekerjaan. Sebagai salah satu pengusaha muda paling sukses di negeri ini, Dimas sudah terbiasa mengorbankan segalanya untuk ambisi dan tanggung jawabnya. Namun, di balik gemilangnya kesuksesan, hidup Dimas hanyalah rutinitas yang kaku dan sunyi.
Saat itu, pintu ruangannya diketuk, membuyarkan lamunannya. Terdengar suara berat sekretaris pribadinya, Pak Arman.
"Pak Dimas, rapat dengan tim pemasaran akan dimulai dalam lima menit."
"Baik, saya segera ke sana," jawab Dimas singkat tanpa menoleh.
Langkah Dimas mantap keluar dari ruangan, melewati koridor yang dirancang dengan interior modern. Setiap karyawan yang berpapasan dengannya menunduk hormat, namun tatapan mereka penuh dengan rasa segan. Dimas bukan tipe atasan yang hangat atau murah senyum. Semua orang tahu, Dimas Pratama hanya peduli pada nasi kerja keras mereka.
Di dalam ruang rapat, tim pemasaran telah menunggu.
"Selamat datang, pak Dimas."
"Terimakasih," sahut Dimas dan langsung duduk di kursinya.
Rapat dimulai dengan presentasi strategi baru untuk kampanye produk terbaru perusahaan. Dimas mendengarkan dengan serius, namun kritik pedas keluar tanpa ragu ketika ia merasa ada hal yang tidak sesuai.
"Kita tidak bisa menggunakan pendekatan klise seperti ini. Pasar sudah jenuh. Berikan sesuatu yang segar, yang berbeda, atau kita akan kalah dari pesaing," ujarnya tegas.
Semua orang menegang mendengar kritikan pedas yang terlontar dari bibir Dimas.
Rapat berakhir dengan suasana tegang, seperti biasa. Namun bagi Dimas, itu hanyalah bagian dari pekerjaannya. Ia telah membangun perusahaannya dari nol setelah melepaskan diri dari bayang-bayang ayahnya yang dulu juga seorang pengusaha besar. Baginya, kesuksesan adalah segalanya, tanpa kompromi.
Namun, di balik semua pencapaiannya, ada kekosongan yang tak bisa ia isi.
****
Sore itu, setelah jam kerja telah berakhir, Dimas tidak langsung pulang ke rumah. Ia memilih duduk di sudut ruangannya yang sunyi, memandangi foto seorang anak laki-laki berusia delapan tahun di atas meja kerjanya. Arya. Satu-satunya anaknya, sekaligus satu-satunya hal yang membuatnya tetap bertahan setelah perceraian yang menghancurkan hidupnya.
Hubungannya dengan Arya, sayangnya, jauh dari kata dekat. Setelah bercerai dari Melisa tiga tahun lalu, Dimas merasa dirinya semakin terpisah dari putrinya itu. Bukan karena ia tidak peduli, tetapi karena ia tidak tahu bagaimana caranya menunjukkan kasih sayang. Waktu yang ia habiskan bersama Arya sering terasa canggung, seolah ada dinding tak terlihat yang memisahkan mereka.
Ponselnya berbunyi, memunculkan nama Bu Wina, pengasuh Arya.
"Pak Dimas, Arya tadi tidak mau makan siang lagi," lapor Bu Wina, pengasuh Arya dengan nada khawatir.
Dimas menarik napas panjang. Ini bukan pertama kalinya ia mendengar kabar seperti itu.
"Coba bujuk dia. Kalau dia tetap tidak mau makan, biarkan saja. Nanti saya pulang," jawabnya singkat sebelum menutup telepon.
Hati kecilnya terasa berat setiap kali menerima kabar tentang Arya, tetapi ia tak tahu harus berbuat apa. Hidupnya sudah terlalu rumit untuk ditambah dengan masalah emosional yang tak ia pahami.
****
Malam itu, Dimas pulang ke rumah yang megah di kawasan elit Jakarta Selatan. Rumah itu luas, dengan taman yang indah dan kolam renang di belakang, tetapi selalu terasa kosong. Arya sedang duduk di ruang keluarga dengan tablet di tangannya, tenggelam dalam dunianya sendiri.
"Sudah makan?" tanya Dimas ketika ia melepas jasnya.
Arya hanya menggeleng tanpa menoleh pada ayahnya.
Dimas menghela napas. Ia mencoba mendekat dan duduk di sebelah putranya. "Kenapa tidak mau Ma kan, Arya? Nanti kamu sakit."
Arya tetap diam, matanya terpaku pada layar.
Dimas ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi ia tidak tahu harus memulai dari mana. Akhirnya, ia hanya mengusap kepala Arya dengan kaku sebelum berdiri. Ia tahu bahwa kehadirannya saja tidak cukup untuk mengisi kekosongan yang dirasakan putranya.
Dimas melangkah pergi menuju ke kamarnya.
Di dalm kamarnya, Dimas duduk di depan meja kerja kecil, memandangi foto lama keluarganya. Foto itu diambil saat Arya baru berusia lima tahun, sebelum rumah tangganya dengan Melisa berantakan. Saat itu, mereka tampak seperti keluarga bahagia. Namun, di balik senyuman di foto tersebut, ada retakan yang perlahan menghancurkan segalanya.
Perceraian dengan Melisa bukan keputusan yang mudah. Melisa adalah wanita yang ambisius, sama seperti Dimas, tetapi ambisinya sering kali berbenturan dengan prinsip mereka. Ketika konflik semakin memanas, Dimas memilih berpisah, meskipun itu berarti melukai hati Arya. Hingga kini, rasa bersalah itu terus menghantuinya, meskipun ia tak pernah mengakuinya pada siapa pun.
****
Keesokan harinya, Dimas kembali larut dalam pekerjaannya. Agenda hari itu penuh dengan pertemuan penting, termasuk wawancara untuk mencari sekretaris baru. Pak Arman yang selama ini menjadi tangan kanan Dimas telah meminta pensiun dini, dan Dimas membutuhkan seseorang yang dapat diandalkan untuk menggantikan posisinya.
Sesi wawancara dimulai dengan belasan kandidat, tetapi tidak ada yang benar-benar menarik perhatian Dimas. Hingga akhirnya, seorang wanita muda masuk ke ruang wawancara. Ia mengenakan kemeja putih sederhana dengan blazer hitam, rambutnya diikat rapi. Senyum ramahnya langsung mencuri perhatian tim wawancara, meski Dimas tetap bersikap netral.
"Perkenalkan, nama saya Sinta Rahayu. Saya lulusan administrasi bisnis dan memiliki pengalaman sebagai sekretaris di perusahaan sebelumnya," ujar wanita itu dengan nada percaya diri namun sopan.
Dimas mengamati Sinta dengan mata tajamnya. Ia mengajukan beberapa pertanyaan sulit, mencoba menguji kemampuan Sinta di bawah tekanan. Namun, jawaban Sinta selalu lugas dan tepat, menunjukkan bahwa ia tidak hanya cakap, tetapi juga tangguh.
Setelah wawancara selesai, tim merekomendasikan Sinta sebagai kandidat terbaik. Meskipun Dimas tidak menunjukkan antusiasme, ia setuju untuk memberinya kesempatan. Baginya, profesionalisme adalah segalanya.
"Selamat, mulai besok Anda resmi menjadi bagian dari tim saya," ucap Dimas tanpa ekspresi.
"Terima kasih, Pak. Saya akan bekerja sebaik mungkin," jawab Sinta dengan senyum tulus.
Dimas hanya mengangguk sebelum meninggalkan Ruangan tersebut, kembali tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia tidak menyadari bahwa kehadiran Sinta akan membawa perubahan besar dalam hidupnya dan Arya.
****
Malam itu, hujan kembali mengguyur kita Jakarta. Dimas berdiri di balkon rumahnya, memandangi taman yang gelap. Ia merenungkan kehidupannya yang terasa hampa meski ia memiliki segalanya.
Di dalam rumah, Arya tertidur di kamarnya, memeluk boneka lama yang sudah lusuh. Dimas tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk memperbaiki hubungannya dengan putranya, tetapi ia tidak tahu harus mulai dari mana.
Hidup Dimas adalah seperti hujan di luar sana, dingin, deras, tetapi selalu mengalir tanpa henti. Ia hanya berharap suatu hari nanti, badai itu akan reda, dan ia bisa merasakan hangatnya sinar matahari sekali lagi.
Demi menyelamatkan perusahaan keluarganya, Clarisa harus menikahi Samuel, seorang pengusaha dingin yang memandang pernikahan hanya sebagai bisnis. Hidup bersama pria asing di kota sibuk New York bukanlah hal yang mudah, apalagi saat bayang-bayang masa lalu Samuel kembali mengusik. Namun, di balik semua itu, Clarisa mulai melihat sisi lain Samuel yang tak terduga. Saat cinta mulai tumbuh, bisakah mereka melawan semua rintangan, atau haruskah Clarisa memilih jalannya sendiri?
Anna, seorang sekretaris cerdas dan disukai di kantornya, dikejutkan oleh kedatangan bos baru yang ternyata adalah Arga, mantan kekasihnya dari masa kuliah. Meski mereka telah lama berpisah dengan luka yang belum sembuh, kini mereka dipaksa bekerja sama dalam proyek besar yang akan menentukan masa depan perusahaan. Ketika perasaan lama mulai muncul kembali di tengah tekanan pekerjaan, Anna dihadapkan pada pilihan sulit, tetap bersikap profesional atau membuka pintu untuk cinta yang pernah ia tinggalkan. Mampukah mereka mengubur masa lalu dan fokus pada tujuan, atau akan terjebak dalam konflik hati yang tak terelakkan?
Karina, seorang manajer hotel asal Indonesia, dikirim ke London untuk memimpin renovasi hotel milik keluarganya yang ada di london. Di sana, ia bertemu Henry, seorang arsitek Inggris yang keras kepala. Ketegangan di antara mereka memanas saat Karina mengetahui Henry adalah pria yang dijodohkan dengannya oleh keluarganya. Meskipun awalnya bersikap profesional dan dingin, di bawah bayangan langit london, perasaan cinta mulai tumbuh. Namun, apakah mereka siap menghadapi tuntutan keluarga dan tantangan perbedaan mereka?
Mengandung adegan 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan! Thalia Argantara terlahir dari keluarga sederhana dan cemara yang membuat kepribadian ceria dan humble. Dianugerahi paras yang cantik nan rupawan, Thalia menjadi sangat digemari banyak pria, dia juga wanita yang memiliki otak cerdas sehingga mendapat kepercayaan untuk menjadi Asisten Pribadi baru sang CEO di Alexander Crop. Bryan Alexander yang terlahir dari keluarga kaya raya menjadikannya pewaris utama Alexander Crop, memiliki segudang prestasi dan ketampanan sehingga membuat para wanita terpikat. Beberapa bulan lalu ia memutuskan untuk bercerai dengan istrinya yang berselingkuh dan hak anak jatuh kepada tangan Bryan. Lalu apakah yang terjadi jika Thalia bertemu dengan duda tampan seperti Bryan? Akankah Thalia mampu bertahan dari godaan pesona Bryan?
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Aku bingung dengan situasi yang menimpaku saat ini, Dimana kakak iparku mengekangku layaknya seorang kekasih. Bahkan perhatian yang diberikan padaku-pun jauh melebihi perhatiannya pada istrinya. Ternyata dibalik itu semua, ada sebuah misteri yang aku sendiri bingung harus mempercayai atau tidak.
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...