/0/21618/coverbig.jpg?v=a7b5668813765121b2e786b3df0b999a)
Lina dan Arief sedang menatap masa depan yang penuh harapan. Setelah bertahun-tahun saling mencintai, mereka akhirnya mendapatkan kabar yang mereka impikan-Lina hamil. Mereka akan segera menjadi orang tua, sebuah mimpi yang telah lama mereka tunggu. Namun, kebahagiaan itu hancur seketika ketika Arief terlibat dalam sebuah kecelakaan. Ditabrak oleh seorang pria bernama Andi, yang sedang mabuk, Arief terdampar di rumah sakit dalam keadaan kritis. Di detik-detik terakhir kesadarannya, Arief meminta Lina untuk menjaga hidupnya, bahkan jika itu berarti menerima Andi sebagai suami pengganti. "Lina... jangan biarkan hidupmu hancur... Andi... dia bisa... jadi pelindungmu," ucap Arief dengan suara yang hampir tak terdengar, matanya kabur dan hampir terpejam. Lina, yang kini kehilangan separuh dirinya, harus menghadapi pilihan yang tak terbayangkan-menerima Andi, pria yang telah merenggut suaminya, untuk mengisi kekosongan hatinya. Bisakah Andi, yang tidak ingat apa pun tentang kejadian itu, menjadi suami yang baik bagi Lina? Atau akankah takdir yang sudah tertulis ini menghancurkan segalanya?
Lina duduk di tepi tempat tidur, memandang hasil USG yang baru saja diambil dari klinik pagi itu. Sebuah gambar kecil di atas kertas putih yang memperlihatkan detak jantung bayi mereka. Hanya segenggam ukuran kecil, tapi bagi Lina, itu adalah dunia yang baru. Dunia yang penuh dengan harapan, dengan impian-impian yang telah lama mereka bangun bersama.
Arief masuk ke dalam kamar dengan senyum lebar di wajahnya. "Bilang padaku, ada apa di sini?" tanyanya dengan penuh rasa ingin tahu, meski ia sudah menebak. Lina menatap suaminya dengan mata penuh cinta, lalu mengangkat gambar USG itu ke arah Arief.
"Ini," jawab Lina, suaranya bergetar sedikit. "Ini anak kita, Arief. Anak kita."
Arief mengangkat alis, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru mendapat hadiah. "Kita... kita benar-benar akan menjadi orang tua?" Ia mendekat dan duduk di samping Lina, lalu menatap gambar itu seolah itu adalah sebuah karya seni yang paling indah yang pernah dilihatnya. "Aku nggak bisa percaya... akhirnya," katanya, hampir tak percaya.
Lina tertawa pelan, merasakan hangatnya kebahagiaan yang menyelimuti mereka. "Kau selalu bilang kita akan jadi orang tua yang hebat, kan?" Lina memiringkan kepala, matanya berkilau dengan air mata kebahagiaan yang tak bisa ia tahan. "Kita akan memberikan dunia terbaik untuk anak kita."
Arief menggenggam tangan Lina dengan lembut, lalu menatap matanya. "Kau tahu, aku nggak sabar melihat bayi kita. Aku ingin melihat dia tumbuh besar dengan cinta yang sama seperti yang kita berikan satu sama lain. Dan aku akan selalu ada untuk kalian berdua, Lina. Kita akan lewati ini bersama-sama."
Lina merasa seluruh tubuhnya terhangatkan oleh kata-kata Arief. Sudah bertahun-tahun mereka bersama, saling berbagi impian, kesedihan, dan kebahagiaan. Tapi saat ini, dengan bayi yang akan datang, Lina merasa seperti hidup mereka baru saja dimulai. Semuanya terasa begitu sempurna, begitu indah, dan tanpa cacat.
"Arief, aku takut," kata Lina tiba-tiba, suaranya serak, meskipun ia berusaha untuk tetap tenang.
Arief menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa yang kau takutkan, sayang?"
"Takut kalau aku tidak bisa jadi ibu yang baik... Takut kalau aku tidak bisa memberimu semua yang kau inginkan... Takut... takut kalau semuanya akan hancur," Lina menjelaskan dengan suara hampir tidak terdengar, seperti ada beban yang tak bisa ia lepaskan.
Arief menarik Lina ke dalam pelukannya, meletakkan dagunya di atas kepala Lina. "Kau adalah orang terbaik yang bisa jadi ibu bagi anak kita, Lina. Aku tahu itu. Kau hanya perlu percaya pada dirimu sendiri seperti aku mempercayaimu. Semua yang kita miliki sekarang, ini adalah hasil kerja keras kita berdua. Dan tidak ada yang bisa menghancurkannya."
Lina menutup matanya, merasa damai di pelukan suaminya. Suara detak jantung Arief menjadi musik yang menenangkan hatinya. Tidak ada lagi yang bisa ia inginkan selain ini-mereka berdua, bersama-sama, menanti hari kelahiran anak mereka.
Namun, meskipun Arief berbicara dengan keyakinan, Lina tidak bisa menghilangkan rasa takut yang menggerogoti hatinya. Dunia ini kadang bisa begitu kejam, dan ia tak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan mereka. Tetapi dalam dekapan Arief, ia merasa bahwa mungkin-hanya mungkin-semua akan baik-baik saja.
Mereka berdua terdiam dalam kebisuan yang penuh makna. Dalam setiap detak jantung, ada rasa cinta yang begitu mendalam dan keinginan untuk menjalani hidup ini bersama. Mereka telah melewati banyak hal bersama, tetapi kali ini, mereka merasa seolah semua hal buruk yang terjadi sebelumnya akan terbayar dengan kebahagiaan ini.
Di luar jendela, senja mulai turun, menciptakan warna keemasan di langit. Linanya bisa merasakan kehangatan matahari yang mulai meredup menyelimuti kamar mereka. Semua terasa sempurna.
Tapi siapa yang tahu, kadang kehidupan membawa kita pada jalan yang tidak pernah kita bayangkan, dan kebahagiaan itu-seperti pelangi-dapat hilang begitu saja dalam sekejap. Lina tidak tahu bahwa saat senja itu terbenam, takdir mereka sudah ditentukan.
Di luar kamar mereka, cuaca berubah begitu cepat. Sebuah badai kecil mulai datang, namun Lina dan Arief tidak menyadari apa yang akan terjadi. Ketika Arief keluar untuk membeli makan malam, Lina mengira itu akan menjadi hari yang sama seperti sebelumnya. Tak ada yang tahu bahwa itu adalah momen terakhir mereka menikmati kebersamaan yang utuh.
Kecelakaan itu datang begitu mendalam. Lina menerima telepon malam itu, sebuah suara yang sangat asing namun begitu terdengar jelas di telinganya.
"Bibi Lina, Arief... kecelakaan... Dia... dia..." kata suara di telepon itu terguncang, dan sebelum Lina bisa mengajukan pertanyaan lebih lanjut, telepon terputus.
Tanpa berpikir panjang, Lina langsung berlari menuju rumah sakit. Ketika dia tiba, dunia seolah berhenti. Di sana, di ruang darurat rumah sakit, ia melihat Arief terbaring tak berdaya, tubuhnya terhubung dengan banyak alat medis. Darah yang masih segar di pakaian Arief membuat hati Lina hancur, seakan waktu berjalan terlalu lambat.
Lina duduk di samping tempat tidur Arief, meremas tangan suaminya, berharap ia bisa bangun dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, hanya ada keheningan yang menyelimuti.
Rafael selalu mengira bahwa Amara akan menjadi istri yang setia, diam, dan mencintainya tanpa syarat. Namun ketika Amara memutuskan untuk meninggalkannya di hadapan semua orang, Rafael terkejut. Dengan wajah penuh kesombongan, dia mencoba menahannya, tapi kali ini Amara tidak akan pernah kembali. Di kehidupan sebelumnya, Amara telah bertahan meskipun diselingkuhi, dihina, bahkan kehilangan anaknya karena kelalaian Rafael. Ketika hidupnya berakhir tragis, dia berdoa agar diberi kesempatan kedua untuk membalas dendam pada mereka yang telah menghancurkannya. Kini, dia terlahir kembali di masa lalu, tepat sebelum semuanya dimulai. Dengan hati yang dingin dan tekad sekeras baja, Amara siap membalaskan dendamnya. Dia akan menghancurkan Isabella, kekasih gelap Rafael, yang selalu berpura-pura menjadi korban. Dia akan merebut kembali kekayaan dan kehormatan keluarganya yang dirampas. Dan dia akan memastikan Rafael merasakan kesakitan yang pernah dia alami-hingga pria itu memohon belas kasihan di bawah kakinya. Namun, seiring waktu, Amara menyadari bahwa dendam tak selalu menyembuhkan luka. Dan di tengah badai kebencian, seorang pria dari masa lalunya menawarkan perlindungan dan cinta yang tulus-sesuatu yang tak pernah dia bayangkan akan hadir di kehidupannya.
Keira tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah menjadi mimpi buruk hanya dalam hitungan hari. Tuduhan pencurian yang tak pernah dilakukannya menghancurkan reputasinya. Semua itu berujung pada satu jalan keluar: menikah dengan seorang pria yang tak mencintainya. Ezra Leighton, pria itu, adalah tunangan mendiang saudari Keira yang tewas dalam kecelakaan misterius. Dengan hati yang penuh luka, Keira mencoba bertahan. Namun, Ezra, yang tenggelam dalam amarah dan duka, hanya melihatnya sebagai bayangan buruk masa lalunya. Apakah Keira bisa bertahan di tengah pernikahan tanpa cinta? Atau perlahan-lahan kebenaran yang terselubung di balik kecelakaan saudari Keira akan mengubah segalanya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Awalnya, Krystal hanya meminta pertolongan pada Kaivan untuk meminjam uang demi mengobati adiknya yang sakit. Namun, semua niat Krystal tidak bisa gratis begitu saja. Ada harga yang harus dibayar. Menjadi istri kedua dari seorang Kaivan Bastian Mahendra adalah syarat utama yang harus Krystal lakukan. Hubungan rumit layaknya sesuatu hal yang tak mungkin, mampukah Krystal bertahan?