/0/21879/coverbig.jpg?v=75689e1bdad7e08cc59e4ac4ee31b608)
Kemuning merasa ditipu, ia ditinggal oleh suaminya yang seorang Nakhoda, padahal mereka baru sebulan menikah. Bertahun-tahun Kemuning menunggunya, tetapi Amer tak kunjung datang. Jatuh bangun Kemuning hadapi seorang diri, hingga pada tahun ke 5 pernikahan akhirnya ia nekat ke Kota, dan mencari keberadaan Amer. Untuk membalaskan dendam!
"Kamu kapan nikahi aku, Mas?"
Amer menatap ragu ke arah Kemuning.
"Aku diomongin terus sama anak-anak di sini loh, katanya kamu gak bakal nikahi aku."
Menarik napas panjang Amer tidak tahu harus menjawab apa.
"Itu semua gak bener kan?!"
Kemuning namanya, seorang gadis berparas ayu dan menawan dengan kedua bola mata sayunya setiap kali menatap, ia hanya gadis Pesisir Pantai yang ditemui oleh Amer dua tahun lalu saat Kapal bersandar.
Bukanlah waktu yang sebentar Kemuning menunggu kedatangan Amer lagi, mengharapkan pertemuan mereka yang tidak pasti, hingga pada akhirnya hari ini pun tiba membawa harapan itu kembali hadir.
"Gak bener dong, aku udah janji bakal nikahi kamu." Pria dewasa itu mengusap lembut kepala Kemuning, lalu mengecup keningnya dengan penuh perasaan.
"Tapi kapan, Mas?" Kemuning mendesak.
"Kalau udah waktunya," jawab Amer tidak pasti.
Wajah Kemuning yang awalnya bersemangat seketika meredup, gadis cantik itu pun menarik diri dari pelukan Amer, kali ini ia benar-benar sangat kecewa. Dua tahun Kemuning menunggu Amer, tetapi sakitnya harapan itu tidak kunjung menjadi kenyataan.
Entah kenapa Amer lagi-lagi mengulur waktu, padahal sejak pertemuan pertama mereka ia sudah berjanji akan menikahi Kemuning, lalu membawanya ke Kota.
"Kamu udah punya pacar ya?" Gadis itu merajuk.
"Punya, pacar aku kan kamu," balas Amer.
Ketika Amer berusaha meraih tangannya Kemuning, dengan cepat gadis itu menghindar, hatinya telanjur sakit dan kecewa, bahkan ia pikir hubungan ini tidak akan berlangsung lama.
"Kalau kamu begini terus, mending kita putus aja," tukas Kemuning sambil memunggungi Amer, ia tahu janji yang diberikan padanya hanyalah omong kosong. "Aku juga pengen nikah, Mas, kalau kamu gak ada kepastian lebih baik aku nikah sama orang sini aja."
Amer sontak menggeleng, ia jelas panik saat melihat Kemuning tegas begini. "Jadi, kamu gak percaya?"
"Aku butuh kepastian juga, Mas, kita udah empat kali ketemu, bahkan janji itu udah kamu berikan dua tahun yang lalu. Tapi apa, sampai sekarang kamu masih gak ngasi kepastian apa-apa kan?!"
"Tapi aku selalu datang untuk kamu," katanya.
Kemuning mendengus dan melipat kedua tangannya di dada, hampir dua tahun ia mengalah, membiarkan semua orang menghinanya dengan berbagai kalimat menyakitkan, bahkan sampai disangka tidak waras karena memilih tinggal di dekat Pantai.
Angin badai, hujan petir, panas kerontang, semuanya Kemuning hadapi selama menunggu kedatangan Amer dengan Kapal Pesiar kebanggaan, dan semua itu ia lakukan demi cinta.
"Aku gak mau berhubungan sama kamu lagi!"
"Kemuning ... Tapi aku cinta kamu," lirih Amer.
"Yang bilang cinta sama aku tuh banyak, Mas, jadi bukan cuma kamu aja!"
"Tapi cintaku beneran tulus, Kemuning, kalau aku gak cinta aku gak bakalan balik ke sini cuma buat nemuin kamu lagi!" Amer masih berusaha meyakinkan gadis cantik di depannya, meskipun Kemuning sudah malas.
Kalau bicara soal kecantikan dan daya tarik Kemuning memang juaranya, tidak ada seorang pria pun yang tidak jatuh hati kepadanya, bahkan Amer sendiri bisa jatuh hati berulang kali di setiap kali mereka bertemu.
"Kemuning ..." Amer maju beberapa langkah ke depan, sehingga berhadapan langsung dengan Kemuning yang masih merajuk. "Aku janji akan nikahi kamu secepatnya, kita akan segera menikah!"
"Kapan kamu datengin orangtuaku?" tanya Kemuning.
"Ya, aku akan menemui mereka sekarang juga!"
Kedua bola mata Kemuning yang sayu seketika berseri-seri, ia menatap wajah tampan Amer yang saat ini menatap ke arahnya juga, lalu gadis itu pun tersenyum lebar.
"Beneran?"
Amer menganggukkan kepalanya, lalu menarik tubuh ramping Kemuning ke dalam pelukannya yang hangat.
***
Kemuning terbangun dari tidurnya yang tidak nyaman, menyibakkan selimut, dengan perasaan hampa gadis malang itu pun bangkit, bahkan masih mendambakan seseorang yang telah berjanji akan datang.
Tetapi hingga detik ini Amer tak kunjung balik.
"Udahlah, lupain aja," kata Nanci yang baru muncul.
"Kamu gak nikah sama dia gak mati juga kan?"
Wanita itu mencebik, lalu menyerahkan secangkir teh hangat kepada Kemuning.
"Tapi aku kepikiran aja, Nan!" balas Kemuning sedih.
"Memikirkan pria gak tahu diri itu?!"
"Nan ..." Kemuning berusaha menghentikan Nanci.
Menyesap teh buatannya, Nanci menatap iba gadis di depannya, entah dengan cara apalagi supaya Kemuning melupakan Amer, padahal pria itu sudah menipu mereka mentah-mentah.
"Kalau boleh jujur, sebenarnya aku masih ngarepin kedatangan Mas Amer."
"Tapi mau sampai kapan?" tanya Nanci.
Tidak ada seorang pun yang percaya kepada Amer, termasuk kedua orangtuanya Kemuning sendiri, hanya Nanci satu-satunya yang tinggal, meskipun tidak menyukai sosok Amer, tetapi setidaknya ia tidak pergi seperti yang lain.
"Gak ada yang bisa diharapkan lagi, Ning," tuturnya.
Kemuning diam, tidak menyahut lagi.
"Mending kamu buka hati buat pria lain," saran Nanci.
Menggeleng gusar Kemuning pun beranjak, tidak ada yang bisa menggantikan Amer di hidupnya, ia merasa hanya pria itulah yang memenangkan hatinya, bahkan jika dibandingkan dengan pria seluruh dunia sekalipun ia tidak sudi memilih salah satunya.
"Kemuning," panggil Nanci seakan lelah.
"Pergilah, tinggalkan aku sendiri," sahutnya malas.
Tanpa alas kaki gadis malang itu berjalan menyusuri Pesisir Pantai, tatapannya yang kosong menatap ke arah ombak, sesekali ia harus menahan napas setiap kali mengingat kenangan yang Amer berikan di hati.
"Ayo, ulurkan tanganmu!" Amer menatap Kemuning, menunggunya mengulurkan tangan, dan bersedia ikut dengannya ke atas kapal.
"Tapi aku takut," aku Kemuning.
"Gak apa-apa, Sayang, kan ada aku."
Perlakuan khusus yang Amer berikan pada Kemuning benar-benar membuatnya jatuh hati, pria itu memiliki tempat di hatinya, sejak pertama kali mereka bertemu, bahkan hingga detik ini.
"Kamu ke mana aja, Mas, aku kangen," lirihnya pilu.
Tidak bisa menahan lagi, akhirnya tangis Kemuning pecah, ia sangat kecewa dan sakit hati dengan Amer, tetapi perasaan rindu itu juga sangat menyiksanya. Kemuning dijanjikan sebuah pernikahan, seharusnya ia tidak membolehkan Amer berlayar sebelum akad dilangsungkan.
"Malam itu kupikir akan menjadi malam yang sempurna, tapi nyatanya kamu pergi lagi, Mas." Mengusap asal air matanya Kemuning berusaha tegar, meskipun rasa sakit semakin menghimpit.
Di kejauhan Nanci berlari ke arah Kemuning, wanita itu tampak heboh dengan wajahnya yang berseri-seri.
"Kemuning ..."
Menolehkan kepalanya Kemuning menatap Nanci, gadis itu mengernyit tidak mengerti, lalu bertanya. "Ada apa Nanci?"
"Pak Tejo mendapat telepon dari kota, Ning, katanya dari Mas Amer," lapor Nanci pada Kemuning yang saat ini menatapnya antusias, bahkan tanpa bertanya lagi gadis itu langsung bergegas pergi.
Satu bulan lamanya Kemuning menunggu, bahkan ia sampai di titik pasrah jika nantinya Amer tidak datang menunaikan janji.
"Apa yang Mas Amer katakan, Pak?" tanya Kemuning berharap cemas, meski ia tahu bapaknya tak pernah setuju, tetapi hatinya sudah mantap.
"Dia akan datang bersama keluarganya hari ini."
Wajah muram Kemuning seketika berubah cerah, dengan tatapan yang bahagia ia memperhatikan wajah datar kedua orangtuanya, lalu tersenyum lebar.
"Ini pilihanmu, Ning, jika nantinya ada masalah dengan pernikahan kalian, maka Ibu dan Bapak gak mau ikut campur!"
Bersambung ...
Awalnya aku seorang istri dan ibu bahagia, tapi semenjak suamiku mengaku anak yang kami asuh dari Panti Asuhan anak kandungnya dengan wanita lain. Hidupku pun hancur seketika. Seperti inikah surga yang dijanjikannya dulu?
Lenny adalah orang terkaya di ibu kota. Ia memiliki seorang istri, tetapi pernikahan mereka tanpa cinta. Suatu malam, ia secara tidak sengaja melakukan cinta satu malam dengan seorang wanita asing, jadi ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan mencari wanita yang ditidurinya. Dia bersumpah untuk menikahinya. Berbulan-bulan setelah perceraian, dia menemukan bahwa mantan istrinya sedang hamil tujuh bulan. Apakah mantan istrinya pernah berselingkuh sebelumnya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."