/0/22463/coverbig.jpg?v=72ca25cb88a3eb3566de12603b34f82b)
"Gadis" adalah kisah tentang pertikaian dan pertumbuhan dua wanita yang terhubung oleh cinta, kehilangan, dan tanggung jawab. Rey, seorang office boy di PT. Maya Food, menjalani kehidupannya dengan penuh kesederhanaan. Sementara itu, Bu Maya, pemilik perusahaan dan janda kaya, berjuang untuk mendidik putrinya, Gadis, yang berperilaku urakan dan terjebak dalam dunia malam. Ketika Gadis hamil dan pacarnya kabur, Bu Maya terpaksa meminta Rey untuk menikahi Gadis demi menjaga kehormatan mereka. Dari pernikahan kontrak yang penuh konflik ini, tumbuhlah cinta yang tak terduga, mengubah hidup mereka selamanya.
Hari itu, seperti biasa, Rey datang lebih awal di PT. Maya Food. Suara deru mesin kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan Surabaya sudah menjadi musik pagi yang akrab di telinganya. Dengan langkah ringan, Rey melangkah memasuki gedung perusahaan yang cukup megah itu. Dia adalah office boy, tapi bagi Rey, gelar itu bukanlah penghalang untuk bersinar.
"Pagi, Rey! Siap-siap bikin kopi?" sapa Dika, salah satu karyawan bagian pemasaran, sambil tersenyum lebar.
"Pagi, Dik! Siap, siap! Kopinya mau yang kayak biasa, kan?" jawab Rey sambil mengangguk, matanya berbinar penuh semangat. Rey memang dikenal sebagai orang yang supel dan mudah bergaul. Setiap pagi, dia selalu menyapa semua orang dengan semangat, membuat suasana kantor terasa lebih hidup.
Rey cepat menuju pantry, mengambil bahan-bahan untuk membuat kopi. Di sana, dia mulai bercanda dengan beberapa karyawan yang sedang sarapan.
"Eh, Rey! Kapan nih kita bisa traktir kamu makan? Mau makan di mana, nih?" tanya Lisa, salah satu karyawan HRD, dengan senyum nakal.
"Traktir? Haha, jangan harap! Kalian yang sering makan enak, gue masih nabung buat beli sepatu baru!" balas Rey sambil tertawa. "Tapi, kalau mau ajak gue makan, ya boleh aja. Asal kalian bayar, hahaha!"
Suara tawa mengisi pantry. Rey memang punya cara tersendiri untuk mencairkan suasana. Dia tidak hanya sekadar OB; dia adalah jembatan komunikasi antara karyawan. Setelah menyajikan kopi dan makanan ringan, Rey kembali ke meja kerjanya.
"Rey, tolong ambilin dokumen di ruang rapat," teriak Pak Budi, manajer keuangan, dari ujung koridor.
"Siap, Pak!" Rey menjawab dengan sigap. Dia cepat-cepat berlari ke ruang rapat, mengambil dokumen yang diminta, dan kembali lagi ke meja Pak Budi.
"Thanks, Rey! Sehat selalu ya!" ucap Pak Budi sambil tersenyum.
"Siap, Pak! Sehat demi gaji, hehe!" Rey menjawab dengan senyuman.
Setelah menyelesaikan beberapa tugas, Rey meluangkan waktu untuk duduk di bangku taman kecil di luar gedung. Di sinilah tempat favoritnya untuk bersantai sejenak. Dia sering melihat Bu Maya, pemilik perusahaan, berjalan di sekitar dengan aura yang kuat. Namun, Rey tahu bahwa hubungan mereka lebih dari sekadar karyawan dan bos; dia sudah menganggap Bu Maya seperti seorang ibu.
"Rey, kamu ngapain di sini? Kerja dong!" tegur Rina, salah satu staff marketing, yang lewat dengan langkah cepat.
"Wah, Rina! Lagi nyantai sedikit, lah. Nanti kerja lagi. Santai itu penting biar otak enggak seret," jawab Rey sambil melambai.
"Ya, ya! Santai-santai, tapi ingat deadline!" Rina melanjutkan perjalanannya, sambil tertawa.
Tak lama kemudian, Rey kembali ke dalam. Dia menyapu lantai dan merapikan tempat-tempat yang berantakan. Setiap kali ada karyawan yang lewat, mereka pasti melempar senyum dan sapaan. Rey sangat menghargai hubungan baik yang dia jalin dengan mereka.
"Oh, Rey! Ini ada paket buat Bu Maya," kata Sinta, receptionist, sambil menyerahkan dokumen.
"Siap, Sinta! Makasih ya!" Rey mengambil paket itu dan bergegas menuju ruang kerja Bu Maya.
Ketika dia mengetuk pintu, suara tegas Bu Maya terdengar dari dalam. "Masuk!"
Rey membuka pintu dan masuk. "Bos, ada paket untuk ibu," katanya sambil menyerahkan dokumen.
"Terima kasih, Rey. Sudah berapa kali saya bilang, panggil saja saya Bu Maya?" jawab Bu Maya, matanya menatap Rey dengan serius namun hangat.
"Maaf, Bos. Kebiasaan. Jadi, saya tetap panggil Bos," Rey menjawab sambil tersenyum.
"Ya sudah, terserah kamu. Tapi, tolong jangan panggil saya Bos kalau kita di luar kantor, ya?" Bu Maya menambahkan sambil tersenyum.
"Siap, Bu!" Rey mengangguk, merasa senang bisa bercanda dengan Bu Maya.
Seharian itu, Rey terus menjalani rutinitasnya dengan semangat. Baginya, pekerjaan ini bukan hanya sekadar mencari uang, tetapi juga tentang membangun hubungan dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Dia tahu, di balik kesederhanaan pekerjaannya, ada kekuatan untuk mengubah suasana hati banyak orang.
Rey sedang duduk santai di meja kerjanya setelah menyelesaikan tugas-tugas harian ketika tiba-tiba Dika, Rina, dan Bagas masuk ke ruang pantry. Wajah mereka tampak suram, seolah baru saja menerima kabar buruk.
"Eh, ada apa ini? Kalian kayak baru ditinggal pacar!" tanya Rey, mencoba menggoda mereka.
"Jangan bercanda, Rey. Ini serius!" jawab Rina, suaranya penuh keluhan. "Kita baru saja dimarahi Bu Maya."
"Marah kenapa? Proposal yang kalian buat jelek banget, ya?" Rey penasaran, sambil menyiapkan minuman hangat.
"Bukan jelek, Rey. Ini lebih ke... kurang menarik. Bu Maya minta kami untuk merevisi semua dan harus selesai besok!" Dika menjelaskan, menggelengkan kepala.
"Pasti stress, ya? Jangan khawatir. Minuman ini bisa bikin pikiran kalian lebih fresh," Rey berkata sambil menyajikan minuman hangat. "Coba minum ini. Rasanya enak, loh!"
Mereka bertiga mengambil minuman dari tangan Rey dan mulai menyeruputnya. "Hmm, enak juga, Rey! Tapi tetap saja, kita harus merombak proposal yang udah kita buat," kata Bagas, tampak putus asa.
"Coba deh, tunjukkan proposalnya ke gue. Siapa tahu ada yang bisa gue bantu," Rey menawarkan, ingin membantu mereka yang sedang terpuruk.
"Ya udah, ini dia," Rina menyerahkan proposal tersebut dengan ragu. "Tapi jangan kaget, ya. Ini hasil kerja keras kami."
Rey mengambil proposal itu dan mulai membacanya. Sementara itu, Dika, Rina, dan Bagas duduk menunggu dengan cemas. Rey membaca dengan seksama, sesekali mengernyitkan dahi.
"Wow, ini parah banget!" Rey akhirnya berkata, membuat mereka bertiga terkejut. "Gimana bisa kalian bikin proposal tanpa nilai jual? Semua produk kalian kayaknya cuma sekadar pajangan."
"Emang kenapa, Rey? Kenapa bisa dibilang gitu?" tanya Dika, penasaran.
"Pertama, kalian nggak menjelaskan keunggulan produk dengan jelas. Kedua, tidak ada strategi pemasaran yang menarik. Dan yang ketiga, presentasinya juga membosankan!" Rey menjelaskan dengan bersemangat. "Coba deh, kalian lihat di sini." Rey menunjuk beberapa bagian dalam proposal.
"Eh, bener juga ya. Kita nggak fokus ke apa yang bikin produk kita beda dari yang lain," Rina mengangguk, mulai memahami.
"Gue bisa bantu kalian merombak ini. Kita bisa buat proposal yang lebih menarik dan nggak bikin Bu Maya marah lagi," Rey menawarkan, sambil tersenyum.
"Beneran, Rey? Kita bisa minta bantuan kamu?" tanya Bagas, masih tidak percaya.
"Ya, kenapa enggak? Kalian sudah bantu gue dengan banyak hal, sekarang giliran gue bantu kalian," Rey menjawab dengan percaya diri.
Dika, Rina, dan Bagas saling bertukar pandang. Mereka tidak menyangka bahwa Rey, yang hanya seorang office boy, bisa memberikan masukan yang begitu cerdas. "Oke deh, kita percaya sama kamu, Rey! Ayo kita mulai!" Dika bersemangat.
Rey pun mulai berdiskusi dengan mereka, mengajukan ide-ide segar dan menarik untuk dimasukkan ke dalam proposal. Dia menunjukkan cara mengemas informasi dengan lebih menarik dan mengedepankan nilai jual produk.
"Jadi, kita bisa bikin bagian promosi lebih menarik dengan menggunakan testimoni dari konsumen yang sudah mencoba produk kita. Ini bisa bikin orang lebih percaya," Rey menjelaskan.
"Wow, ide yang keren, Rey! Kenapa kita tidak terpikirkan sebelumnya?" Rina berkomentar, terkesan.
Setelah beberapa jam berdiskusi dan bekerja sama, mereka berhasil merombak proposal tersebut menjadi lebih baik. Rey merasa puas dengan hasil kerja mereka.
"Ini dia, proposal baru kita! Semoga Bu Maya puas kali ini," Rey berkata sambil tersenyum, menyerahkan proposal yang sudah direvisi.
"Rey, terima kasih banyak! Kamu luar biasa!" Dika berkata dengan penuh rasa syukur.
"Bukan apa-apa, guys. Kita satu tim, kan?" Rey menjawab, merasa bangga bisa membantu. "Yang penting, besok kita tunjukkan bahwa kita bisa lebih baik."
Dengan semangat baru, mereka bersiap untuk menghadapi hari berikutnya, bertekad untuk membuat Bu Maya bangga dengan kerja keras mereka. Rey, si office boy, telah membuktikan bahwa meskipun posisinya rendah, kecerdasan dan ide-idenya bisa membawa dampak besar bagi tim.
*****
Aisha adalah gadis desa yang tumbuh dalam lingkungan pesantren yang sederhana. Ketika orang tua Aisha, pemilik usaha mebel di Jepara, terjerat hutang dan jatuh bangkrut, dia terpaksa menjalin ikatan pernikahan dengan Arman, seorang pria kaya pemilik perusahaan Mirabell Cosmetics di Surabaya. Pernikahan ini bukanlah sebuah kisah cinta, melainkan sebuah transaksi untuk menyelamatkan keluarganya dari jeratan utang. Meski Arman berusaha untuk membuat Aisha bahagia, ia harus berjuang melawan sikap dingin Aisha yang merasa hampa dalam pernikahan tanpa cinta. Dalam perjalanan mereka, Aisha dan Arman menemukan arti sebenarnya dari cinta, meskipun memerlukan waktu yang lama dan banyak tantangan.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Kehidupan rumah tangga Vee dan Damar harus berakhir ketika dirinya mengetahui perselingkuhan suaminya dengan asisten rumah tangga mereka. Bercerai dengan Damar bukan berarti permasalahan telah selesai. Vee mendapatkan teror dari istri baru suaminya dan mengakibatkan dia harus kehilangan orang yang paling disayang. Vee tidak tinggal diam. Dibantu sahabatnya, dia mengungkap kejahatan istri baru mantan suaminya hingga membuat Damar yang tadinya tidak mempercayai ucapan Vee menjadi berbalik percaya. Bagaimana cara Vee mengungkap semua kejahatan mantan asisten rumah tangga yang kini telah menjadi istri Damar? Lantas, apa yang akan dilakukan oleh Damar saat mengetahui kebenarannya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?