/0/22553/coverbig.jpg?v=fec136ac7754203da4abdaadd58c46c0)
Damian menculik Selena dan menjadikannya tahanan. Dengan tujuan agar Axel selaku mantan pacar Selena mau mengembalikan apa yang telah dicuri darinya. Apakah Axel bersedia melakukan pertukaran antara Selena dan barang curian itu? Atau justru membiarkan Selena disekap oleh sosok yang mengerikan seperti Damian?
Cahaya remang-remang memenuhi ruangan. Seorang gadis yang tersadar dari pingsannya perlahan membuka mata. Selena, yang tengah terikat di sebuah kursi kayu mengerjapkan matanya untuk memfokuskan pandangannya yang buram. Dan wajahnya perlahan terangkat untuk mengenali tempat yang dia rasa asing.
"Kau bangun, Selena?"
Suara berat pria membuat Selena yang masih lemas menolehkan kepalanya perlahan ke arah pria itu. Dan menemukan wujudnya yang sedang menikmati secangkir kopi. Selena mendesis pelan, merasakan sekujur tubuhnya pegal. Dia mengedarkan pandangannya lagi ke ruangan itu.
"Di mana ini?" tanyanya dengan suara yang lemah, nyaris tak terdengar sama sekali.
"Di ruang interogasi yang ada di mansion milikku. Maaf cahayanya remang, karena aku menyukai cahaya yang tidak terlalu terang untuk orang-orang sepertimu."
Selena mendesis pelan dan menegakkan bahunya. Dia terlihat sangat pucat dan terlihat tak sehat saat itu. Belum lagi, tempat ini kelihatannya tak dijangkau matahari sama sekali hingga suhunya dingin karena lembab.
"Kau siapa? Kenapa kau menculikku?" Selena bersusah payah bertanya.
"Aku Damian, salam kenal." Pria itu terkekeh pelan, memainkan sedikit jawabannya.
"Aku tidak punya uang, dan tidak akan ada yang menebusku. Kau menculik gadis yang salah," ucap Selena sambil bersandar ke kursi itu dengan lemas, kepalanya terasa berat dan pusing.
"Tidak juga. Aku menculik orang yang tepat." Damian menggeleng pelan dan memperhatikan Selena yang begitu lemah, dipandangnya dengan jijik dan menyedihkan.
Selena mengernyitkan dahinya, tak mengerti apa yang dibicarakan Damian. Dia sungguh tak punya uang dalam jumlah besar untuk menebus dirinya sendiri. Dan tak ada juga orang yang akan menebus dirinya. Dia tak punya keluarga, dan pacarnya pergi meninggalkannya begitu saja.
Dia gadis sebatang kara yang berjuang untuk bertahan hidup sendirian. Dan sekarang dirinya malah diculik oleh orang tak dikenal secara tiba-tiba. Mungkin untuk diperbudak atau diperjualbelikan. Karena melihat bagaimana pria ini tampaknya bukan orang baik-baik.
"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Selena seraya menatapnya, nafasnya terdengar agak berat.
"Aku ingin menawanmu untuk memancing keberadaan pacarmu itu," jawab Damian.
"Pacar? Maksudmu Axel? Ah, dia sudah bukan pacarku. Dia tak akan tertarik dengan apa yang aku lakukan, di mana aku, sedang apa, kondisiku bagaimana, semuanya," balas Selena.
"Oh, ya?" Damian menarik ujung bibirnya, dia tak mempercayai apa yang dikatakan Selena.
Selena memejamkan mata sejenak. Lehernya terasa sakit, kepalanya pusing tujuh keliling dan badannya juga rasanya sakit-sakit. Damian bangkit dari duduknya dan mendekati Selena. Suara langkahnya tegas dan menggema di ruangan yang tertutup itu.
Disentuhnya garis rahang Selena dan dia mengangkat wajah Selena hingga bisa menatapnya. Dan dia mengeluarkan handphone dari sakunya, mengambil gambar Selena yang menengadah ke arahnya. Dia mengabaikan apa yang dikatakan Selena sebelumnya, mengenai pacar atau mantan pacarnya.
"Kau sudah mendapatkan briefing untuk ini? Untuk saling menjauh, untuk menjaga dirimu, untuk menutupi kelemahan yang ada di dalam dirinya. Kau... merupakan kelemahannya."
Damian tersenyum dan menaruh handphonenya lagi di sakunya. Setelah memotret wajah Selena, wajah yang ada di genggamannya dihempas begitu ringannya. Selena menoleh ke arah lain karenanya. Selena mengangkat wajahnya lagi dan menatap Damian.
"Apa maksudmu? Kenapa aku kelemahannya?" Selena mengerutkan dahinya.
"Karena kau orang yang disayanginya," jawab Damian.
"Kuberitahu, ya. Aku bukan lagi orang yang disayanginya, dan itu sangat tidak mungkin. Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa pun. Jadi percuma saja kau menculikku," sangkal Selena.
Selena menyangkalnya, dia sedikit kesal karena baru saja putus dengan pacarnya itu beberapa hari, dia harus terlibat dengan orang lain karena hubungan masa lalu. Apa lagi, pria yang ada di hadapannya ini bukan orang sembarangan jika melakukan penculikan. Ditambah alasan penculikan yang dia lakukan, dia melakukan ini atas dasar sesuatu, berarti dia punya tujuan.
"Jangan berusaha membodohi aku!" tekan Damian dengan suaranya yang agak rendah.
"Aku tidak berbohong. Sungguh. Usahamu menculikku hanya untuk menarik perhatian mantanku, kan? Aku sudah tidak ada lagi hubungan dengannya. Ini membuatku membencinya, kenapa aku jadi harus terlibat sesuatu yang bahkan aku tidak tahu apa?!" cerocos Selena geram.
Damian menarik salah satu ujung bibirnya. Matanya menggelap seiring Selena mengutarakan kalimat, karena yang dia lihat adalah kebohongan.
"Aku tidak pernah salah, gadis!" kata Damian dengan menekan kalimatnya.
"Oh, ya? Maka kali ini kau salah, akui itu!" balas Selena meninggikan suaranya. "Lepaskan aku sekarang! Aku tidak lagi berhubungan dengannya, sialan! Dia-"
Tanpa mendengarkannya lagi, Damian segera mengulurkan tangannya ke leher Selena, membuat Selena menengadah dan merasa tekanan yang menyakiti tenggorokannya. Rasanya sakit dan menyiksa. Tangan Damian menekan, menimbulkan saluran pernafasannya juga tertutup.
"Khh... khh..." Suara mengorok keluar dari mulut Selena.
Damian dengan tenangnya mengeluarkan handphonenya lagi dengan tangan yang lain. Dan dia lagi-lagi memotret Selena yang berada di ambang kematiannya jika Damian terus menutup trakeanya, mengakibatkan pasokan oksigen ke paru-paru berkurang. Ini akan menyebabkan kematian dalam waktu dekat.
Setelah puas dengan hasil fotonya, Damian menarik tangannya menjauh dan tersenyum minat Selena yang langsung terbatuk. Batuknya terdengar kering dan juga sangat menyakitkan. Nafasnya langsung terengah-engah, meraup rakus oksigen yang ada di sekitarnya.
"Sudah menarik nafasnya? Udara terlalu berharga untuk makhluk lemah sepertimu." Damian terkekeh seraya membungkukkan badannya untuk menatap Selena.
Selena menatapnya balik dengan wajahnya yang terlihat marah. Dia lagi-lagi terbatuk. Tenggorokannya jadi terasa sangat tidak nyaman sekarang. Dia butuh air.
"Aku... Aku butuh air," ucapnya dengan susah payah.
"Ah, air?" Damian berjalan menjauh, dan mengambil segelas air.
Dia kembali dan menyodorkannya pada Selena. Selena mendekatkan bibirnya pada gelas, dia ingin meraihnya, tangannya yang terikat tak bisa berguna seperti biasanya.
"Kau tidak boleh minum seperti bagaimana aku minum." Damian lantas menuangkan air dalam gelas itu di atas kepala Selena, menuangkannya sedikit untuk menunjukkan bagaimana dia akan memberinya air minum.
Selena melebarkan matanya, kepalanya terasa basah sekarang. Tatapan Selena menatap Damian dengan gelap. Karena tak suka dengan tatapan Selena, Damian segera meraih rahangnya untuk membuat Selena menengadahkan kepala.
"Kau tidak ingin minum? Lakukan seperti apa yang aku katakan!" titah Damian.
Selena lantas membuka mulutnya, dia membutuhkan air itu. Dan Damian menuangkannya dengan seringai di bibirnya. Selena berusaha minum, dia menatapi gelas itu, berusaha memperhatikan kapan airnya akan habis. Dan begitu tetes terakhir masuk ke mulutnya, Selena menutup mulutnya.
Damian tertawa puas melihat air yang membasahi baju Selena juga.
Dan tanpa diduga, Selena menyemburkan air yang ada di mulutnya, air yang sengaja dia sisakan untuk disemburkan pada Damian.
Naya memiliki ambisi yang kuat tentang pekerjaannya. Yang mana ambisi tersebut membuatnya harus menyembunyikan pernikahannya dari pekerjaannya agar posisinya tak goyah di perusahaan. Satu sisi, dia mencintai Ghiyas. Di sisi lain, dia tak ingin kehilangan pekerjaannya. Hingga kehidupan menuntutnya untuk memilih antara pekerjaannya atau pernikahannya yang usianya sama-sama masih muda. Mana yang akan Naya pilih?
Setelah memutuskan hubungan dengan keluarganya yang terjerat kasus korupsi, Magnus bekerja pada keluarga Montgomery, sebuah perusahaan lokomotif terbesar di dunia. Dan dia harus menikah dengan Cressa, putri bungsu Montgomery yang pemarah. Bersama, Magnus dan Cressa punya tujuan masing-masing dalam pernikahan itu. Namun, perlahan-lahan Cressa mengungkap jati diri Magnus yang sebenarnya. Magnus bukan anak koruptor semata, lalu siapa sebenarnya dia?
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.