Pandangannya kosong dengan nafas yang masih tersengal-sengal karena aktivitas tadi, bukan hal yang membanggakan menjadi wanita bayaran, namun ia bisa memiliki segalanya dengan hal itu.
Termasuk tidur bersama Dax, pria yang tadi bergulat malam dengannya itu cukup terkenal akhir-akhir ini karena iklan yang ia bintangi.
Wanita yang bernama Olidia Soviana itu turun dari ranjang dengan tubuh tanpa balutan benang sedikit pun, dia berjalan ke arah kamar mandi tempat di mana Dax yang tenang mandi.
Di pintu kamar mandi, Olidia menyenderkan tubuhnya dengan wajah sedih. "Aku mencintaimu, Dax!"
Mendengar suara shower tak lagi menyala Olidia membenarkan posisi tubuhnya, lalu terlihat Dax yang sudah selesai mandi dengan rambut basah.
Tubuhnya indah sama seperti wajahnya rupawan, namun tidak dengan sifatnya yang bertolak belakang dengan keindahan yang terlihat.
"Kau selalu saja di depan pintu kamar mandi, apa begitu risihnya bersetubuh denganku hingga kau buru-buru mandi?"
"Maaf Tuan Dax, kau pun sama seperti itu, jangan bicara seakan-akan aku yang paling jijik di sini!"
Olidia masuk ke dalam, membuat pria berwajah datar itu heran. "Hei, aku tidak bicara kau menjijikan."
"Pergilah!" ujar Olidia yang tak lama mengguyur tubuhnya dengan air, setiap hari selalu seperti ini.
Hanya membuka kedua kaki lalu mendapat uang, namun ia merasa sangat terhina dalam pekerjaan ini, jika ada kehidupan kedua, ia memilih tidak pergi ke jalan buntu ini.
Setelah selesai mandi Olidia melihat Dax yang tengah meminum alkohol sambil merokok, dia memperhatikan Olidia yang hanya memakai handuk di tubuhnya.
"Kenapa kau tidak pergi?" tanya Olidia yang heran, dia berjalan ke ranjang guna mengambil baju gantinya.
Asap rokok hampir memenuhi ruangan, Dax sekarang menatap langit-langit. "Aku tidak ada pekerjaan."
Olidia menatap heran. "Tidak ada pekerjaan? Bukannya kau bos kaya yang paling sibuk di kota ini? Dan di mana jalang yang lain? Aku tidak masalah untuk melakukannya bersama."
Dax melihat wanita yang tengah memakai bajunya, setelah pekerjaan selesai Olidia hanya memakai pakaian santai dengan kaos juga celana jins yang tidak terlalu mencolok.
"Bagaimana kalau aku membawa teman?" tanya Dax yang membuat wanita itu tersenyum dan mendekatinya secara santai.
"Tidak masalah!" balasnya sambil mengambil segelas alkohol dari mejanya.
Dax mengambil gelas itu secara paksa, membuat Olidia menatapnya heran. "Hei Tuan Dax, kau mengambil bagianku!"
"Kau tidak boleh terlalu banyak minum alkohol!"
"Lalu kau?"
"Aku? Aku sudah terlalu rusak sejak dulu." Dax menenggak minuman itu sampai habis, lalu menaruh barang itu secara kasar.
"Rusak itu kadang yang cocok untukku," balas Olidia yang masih saja tersenyum, namun hal tersebut malah membuat tatapan tak bersahabat dari Dax semakin terlihat jelas.
"Uang sudah aku kirim, tiba-tiba aku harus pergi!"
Ting!
Sebuah notifikasi terlihat di ponsel milik Olidia, dia mengambil benda sejuta umat itu dan membaca pesan yang tertulis.
"Aku juga masih ada urusan?"
Tiba-tiba saja Dax mengambil benda itu melihat isinya, bukan hal yang aneh bagi wanita itu karena Dax memang suka sekali melihat ponselnya.
Entah mencari apa ia tak tau, dia juga tak terlalu mempermasalahkan karena mereka sudah berhubungan cukup lama sekitar 1,5 tahun yang lalu.
Hal aneh kembali berlanjut kala pria itu malah mengantungi ponselnya.
"Hei Tuan besar, kenapa kau mengantongi ponselku, itu melanggar izin!"
"Kau ikut aku saja pulang!" ujar Dax tiba-tiba menarik wanita itu.
Pria dengan sejuta kejutan ini, kadang begitu baik padanya hingga ia mulai merasa egois untuk memiliki, namun setelah ia merasa semakin jatuh cinta, dengan mudahnya Dax malah berpindah ke lain wanita yang membuat dia sakit hati.
.
.
Pada akhirnya Olidia tidak bisa berbuat banyak, rasa cintanya membuat dia mengikuti semua keinginan pria itu, lagipula tidak ada salahnya numpang tidur di tempat mewah besar itu.
Sesampainya di rumah, Olidia merebahkan diri di Sofa besar milik pria itu, rumah besar bernuansa putih emas itu, membuat suasana nampak terang dan berbau uang.
"Apa kau sudah makan?" tanya Dax yang melihat Olidia yang terlihat seperti Tuan rumah.
Memang kurang ajar, tapi Dax tidak mempermasalahkan hal itu dan malah berbaik hati bertanya tentang keadaan dirinya.
"Apa kau mau masak untukku?" tanya Olidia yang tersenyum sambil mengedipkan matanya beberapa kali.
Bukannya terpesona, Dax malah menatap heran padanya dan terlihat ekspresi jijik di sana.
"Tidak juga, aku mau memesan makanan, siapa juga yang mau masak untuk wanita sepertimu."
Olidia merasa sedikit sakit hati, tapi dia menutupinya dengan senyuman lebar. Wanita itu bangkit dan memeluk tubuh Dax dari belakang. "Tuan Dax, wanita sepertiku mungkin hanya akan kau temuin satu di dunia ini."
Wajahnya memperlihatkan ekspresi datar. "Tidak, ribuan wanita pernah aku lihat dan mereka sama persis sepertimu."
"Kau lihat saja, saat nanti aku tidak ada, kau akan menangis merindukanku dan berkata : 'Olidia, kembalikanlah, aku merindukanmu'."
"Olidia! Berhentilah berkhayal dan cepat mau apa?! Aku juga lapar!"
"Memangnya kau pesan apa? Aku ikut saja, lagipula aku tidak bayarkan?"
Dax menatap kesal. "Dunia memang tidak adil."
Singkat cerita akhirnya makanan mereka datang, Olidia menghirup aroma ayam goreng pedas itu dengan wajah berseri-seri. "Baunya Sangat harum."
"Cepatlah makan lalu tidur!" ujar Dax sambil mengambil bagiannya.
Olidia memakan ayam itu dengan semangat, Dax melihatnya dengan wajah heran. Olidia salah satu orang yang bisa disuap dengan sebuah makanan enak.
Pertemuan pertama yang membuat dia terpikat adalah saat dimana seseorang menawar harga tubuhnya dengan sebuah makanan Korea, hingga akhir Olidia menyetujuinya.
Wanita ini memang pelacur sama seperti yang lain, namun yang membuat dia terasa berbeda, dia tidak menggoda berlebihan juga tidak meminta uang lebih atau berbelanja merek mahal saat bersamanya.
Intinya dia merasa cukup nyaman dengan wanita ini, pertemanan ranjang selama 1,5 tahun itu bukan waktu yang singkat bagi Dax, juga mungkin untuk Olidia.
"Olidia!"
"Hhmmm? Hei kenapa kau tidak makan?" tanya Olidia yang heran, dan selalu seperti ini kenapa pria itu selalu melihat dia saat makan, apa ada yang aneh tentangnya saat makan?
"Jika aku menyelamatkanmu dari malam gelap itu, apa kau mau?"