Mengejar kenikmatan dunia sesaat, dalam hubungan terlarang. Karena Wanita itu berstatus istri orang. Sementara pria tersebut adalah seorang pria yang masih berusia muda. Namun sudah menjadi selingkuhan seorang wanita bersuami.
Aaarrggghh!!!
Keduanya akhirnya mengerang hebat saat pelepasan dahsyat itu datang. Wanita itu pun roboh di dada si pria dengan nafas kembang kempis.
"Kamu begitu liar dan hebat! Apa kamu juga melakukannya kepada suamimu?."
Tanya pria itu dengan nada menyelidik.
"Tentu saja tidak! Aku sudah tidak bernafsu padanya."
Jawab wanita itu tanpa memisahkan tubuh mereka yang masih terus melengket di bawah sana.
"Kamu sudah tidak bernafsu. Lalu kenapa kamu tidak menceraikannya saja?."
Pria itu kembali bertanya sembari menatap wajah wanita yang berada di atasnya.
"Karena aku masih membutuhkan dia sayang! Aku membutuhkan uang dan statusnya. Dia adalah pria terhormat yang disegani banyak orang. Aku menginginkan nama dan juga kartu atm-nya. Jika tidak seperti itu, bagaimana kau bisa hidup? Aku tidak akan bisa memberikan uang padamu Jika sampai aku bercerai darinya."
Pria itu terlihat menghela napas panjang. Sejujurnya dia juga tidak memiliki perasaan kepada wanita itu. Hubungan mereka tidak lebih dari simbiosis mutualisme. Karena Wanita itu sangat royal menggelontorkan uang dalam jumlah banyak jika terpuaskan.
"Aku masih mau! Ayo kita main lagi."
Ucap wanita itu sembari meraba rahang pria muda tersebut.
"Sesuai dengan keinginanmu sayang! Kali ini aku yang di atas!."
Pria muda yang bernama Charles itu segera membalik posisi mereka sehingga posisinya kini berada di atas.
"Ayo tunjukkan keperkasaan dan kejantananmu sayang."
Ucap Sonia, demikian nama wanita itu. Dan Charles pun kini memulai kembali aksinya. Dia meraba seluruh bagian tubuh Sonia membuat wanita itu menggelinjang kenikmatan
**
"Sudah enam bulan kamu bekerja di sini, tapi kamu bahkan belum mendapatkan customer satu pun yang mau membeli properti kita."
Seorang wanita tampak tertunduk di hadapan bosnya saat mendapatkan amarah. Beberapa karyawan rekan kerjanya tampak berbisik-bisik melihatnya, ada yang merasa iba, Ada pula yang menatapnya dengan pandangan mengejek.
"Maafkan saya pak, Saya berjanji akan bekerja lebih keras lagi "
Jawab wanita itu sembari tertunduk.
"Selalu seperti itu jawaban kamu! Tapi sama sekali tidak ada hasil yang kau tunjukkan."
Wanita itu terlihat memasang wajah sendu saat mendapatkan makian dari bosnya.
"Saya akan memberikan kamu satu kali kesempatan lagi! Jika sampai kamu melewatkan kesempatan ini dan tidak mendapatkan seorang customer satu pun. Maka kamu akan saya pecat."
Mendengar ucapan bosnya, wanita itu pun terlihat panik.
"Jangan pak!! Saya mohon!."
Seru wanita itu hendak meraih tangan bosnya, namun dengan cepat pria tersebut menepisnya.
"Kamu lihat dia!." Pria itu menunjuk seorang wanita yang tengah bercakap-cakap dengan yang lain.
"Dia bahkan baru tiga bulan bekerja di sini, tapi dia sudah mendapatkan customer yang banyak. Bahkan sudah menjual puluhan unit rumah. Dia adalah seles terbaik di perusahaan ini."
Wanita itu pun segera menatap Nanar rekan sejawatnya yang terlihat Tengah berbincang dengan rekan-rekannya.
"Maaf saya datang telat pak!."
Wanita yang dibicarakan oleh bosnya itu tiba-tiba mendekat.
"Ya sudah! Lanjutkan pekerjaan kamu!."
Gina menatap datar wajah rekannya itu yang bahkan tidak mendapatkan omelan sama seperti dirinya.
"Padahal dia juga datang terlambat! Tapi dia tidak pernah mendapatkan omelan seperti saya!."
"Kamu tidak akan bisa dibandingkan dengannya. Jadi kamu harus sadar diri."
Bosnya terlihat benar-benar menatap remeh wajah Gina.
"Iya pak! Saya mengerti."
Jawab Gina menelan ludah getirnya, padahal sejujurnya dia juga sudah berusaha keras untuk mendapatkan customer. Namun tidak ada satupun yang nyantol membeli unit rumah yang ditawarkannya.
"Makanya kamu harus memiliki strategi untuk menarik pelanggan. Sama seperti yang dia lakukan!."
Bisikan Bosnya itu membuat Gina menatap tidak mengerti padanya.
"Lihatlah wanita yang disana, suaminya itu dulunya adalah costumer disini, dan dia adalah sales yang menanganinya, pria itu adalah pengusaha kaya raya. Tapi dia berhasil menggodanya, dan sekarang mereka telah menikah."
Gina kembali menelan ludah saat mendengar ucapan bosnya, kemudian beralih menatap seorang pria dan wanita yang tampak tengah berdiri sembari melihat miniatur bangunan rumah yang mereka miliki.
"Menjadi seorang sales properti! Kamu harus sedikit genit agar bisa menarik pelanggan. Kalau tidak seperti itu, mana mungkin ada pelanggan yang akan kamu dapatkan."
Gina benar-benar terlihat berpikir saat mendengar bisikan Bosnya itu.
"Lihatlah sepatunya, harga sepatunya bahkan cukup untuk menggaji dirimu selama tiga tahun. Sedangkan dirimu, hanya memakai sepatu buluk."
Gina segera menunduk menatap sepatunya, dan ternyata ujung sepatu itu telah rusak dan masih dipakainya juga.
"Sebenarnya kamu itu memiliki body yang cukup memadai, tubuhnya bagus dan langsing. Aku rasa itu cukup untuk dirimu memiliki modal agar mendapatkan seorang customer. Kamu hanya perlu Memanfaatkan kesempatan, dengan menggunakan tubuh indahmu itu."
Pria itu terlihat memindai Gina dari atas hingga bawah. Perawakan Gina yang tinggi langsing serta memiliki kulit putih bersih memang menjadi nilai plus baginya. Apalagi di tunjang dengan wajah menawan, hidung mancung serta bibir tipis merah alami yang menggoda.
"Kamu juga masih muda. Masih memiliki kesempatan besar untuk berkembang.
Body bagus serta usia muda, adalah modal utama bagi seorang wanita."
Pria yang bernama pak Danu Itu tampak kembali memindai tubuh Gina dengan pandangannya yang aneh.
Gina pun mendadak salah tingkah dibuatnya.
"Jika kamu ingin mendapatkan uang banyak! Kamu harus berani mengambil resiko!."
Seru pak Danu kembali sembari melempar sebuah map berwarna merah kepada Gina yang segera ditangkap oleh wanita itu.
"Klien ini adalah peluang terakhirmu!."
Gina segera membuka map itu dan membaca identitas seorang pria berwajah tampan yang usianya kira-kira sekitar tiga puluh delapan tahun.
"Dia adalah seorang CEO dari perusahaan besar, dan memiliki penghasilan miliaran per bulan. Menurut rumor yang beredar, hubungannya dengan istrinya sedang tidak baik-baik saja. Aku rasa kamu akan bisa memanfaatkan kesempatan untuk mendekatinya."
Gluk!!
Gina menelan ludah dengan susah payah saat mendengar ucapan pak Danu. Haruskah dia melakukan hal seperti itu hanya untuk mempertahankan pekerjaan yang saat ini dirintisnya?.
"Namun jika kamu tidak bisa menaklukkan dia kali ini, Aku tidak akan bisa lagi mempertahankan mu."
Gina benar-benar terlihat berpikir keras dengan ucapan Bosnya itu.
"Memilih jalan hidup beserta pria yang baik, adalah kesempatan berharga dalam hidup seorang wanita. Jadi aku rasa kamu harus memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik-baiknya. Tapi semua itu tergantung kemampuanmu."
Pak Danu menepuk kedua bahu Gina sebelum akhirnya meninggalkan wanita itu dengan pikirannya.
"Haruskah aku memilih jalan seperti yang dikatakan oleh pak Danu? Tapi ini satu-satunya kesempatan yang tersisa untukku! Atau aku akan kehilangan segalanya!."
*..*