"Diam bocah!" bentak Angga kembali kemudian menyumbat mulut Yesi dengan celana dalam miliknya sendiri.
Tubuh Yesi sangat sakit, Angga begitu menyeramkan diatas tubuh mungil itu.
"Hahaha ..." tawa Angga kemudian ia sudah sampai dan menyemburkan benih-benih cinta di rahim mungil itu. "AAHHHHHH ... NIKMATNYA KAMU, YESI ...."
Tiba-tiba Yesi terbangun dari mimpinya.
"AARRGH!" teriak Yesi jatuh dari tempat tidur.
BUK!
"Ah sialan!" kesal Yesi.
Tiba-tiba Liona terbangun, ia melihat Mamanya di bawah.
"Kenapa Mama di bawah?" tanya Liona dengan suara serak.
"Maaf Sayang, Mama habis mimpi buruk." Yesi berdiri dan ke kamar mandi.
"Mama," gumam Liona bingung lalu tidur kembali.
Sedangkan Yesi yang berada di kamar mandi sangat ingat wajah beringas itu.
"Angga, aku nggak akan lupa!" gumam Yesi mengepal.
Paginya Yesi membuat nasi goreng dan sandwich untuk Liona.
"Sayang, ayo makan." Yesi meletakkan nasi goreng di meja.
"Wah, ini enak banget Ma." Liona sangat menyukai nasi goreng buatan mamanya itu.
"Ayo dimakan," ucap Yesi.
"Iya, Ma," sahut Liona langsung lahap makannya.
Selesai makan, Liona langsung berangkat sekolah.
"Ma, Ona ke sekolah dulu yah."
"Iya, tapi ingat pesan Mama ..."
"Jangan temenan sama cowok, terus kalo mau main Mama harus tahu."
"Betul Sayang, makasih ya ...."
"Sama-sama, Ona berangkat dulu ... dadach Mama ..."
"Hati-hati Sayang," ucap Yesi, "kayaknya udah mulai deh."
Yesi memutuskan untuk pergi ke suatu tempat.
Setelah mesin motor menyala, Yesi tancap gas.
Sampai di tempat tujuan, Yesi mengawasi dari jauh.
"Sayang, ingat yah kamu nggak boleh capek-capek." Angga benar-benar sayang dengan istrinya ini.
"Iya, Mas," ucap Rini kemudian mencium tangan Angga.
"Aku pergi dulu, daahh ..." Angga masuk mobil dan pergi.
Yesi tersenyum sinis, "Hidup bahagia rupanya kamu, Angga!"
Saat ini usia Angga sudah 36 tahun, ia menikah dengan Rini sudah 11 tahun dan belum punya anak.
Yesi langsung mengikuti mobil Angga sampai di kantornya.
"Kamu harus menderita, Angga!" gumam Yesi penuh amarah lalu pergi.
Liona yang sudah berada di sekolah menjadi pusat perhatian, karena mukanya yang sangat imut dan cantik.
Saking ikutnya, murid perempuan saja merasa gemas sendiri.
"Wah, ada si imut nih." Chika mencolek pipi gembul milik Liona.
"Ikh, Chika jangan colek pipinya Ona!" kesal Liona.
"Hahaha ...." Chika tertawa melihat ekspresi muka Liona.
"Ikh, nggak lucu!" kesal Liona sambil berkacak pinggang.
"Ya ampun cil, lucu banget sih, gemes lagi." Chika kembali berulah dengan memegang kedua pipi Liona.
"Ikh, Chika ... jangan! Ona gigit nih," ancam Liona.
"Bahahahaha ...." Chika semakin tertawa.
"Gawat Chik, udah galak banget dia tuh." Devi sahabat karibnya Chika.
"Iya, Dev, kita pergi aja yuk. Bisa gawat kalau dia nangis," ucap Chika.
"Iya sih," sahut Devi menutup mulutnya.
Lalu mereka berdua bersama-sama pamit. "Bye bocil!"
"Ona bukan bocil!" teriak Liona kesal.
Di rumah si Rini sedang menikmati potongan buah apel sambil membaca majalah.
Tiba-tiba bell rumah berbunyi, Rini pun mendengarnya.
TIN TONG! TING TONG!
"Siapa yah?" gumam Rini kemudian keluar membuka pintu.
Dari jauh Yesi mengawasinya, ia tadi kembali kesini setelah mengikuti Angga.
"Paket?" gumam Rini, "paket siapa?"
Karena penasaran Rini memeriksa siapa nama pengirimnya.
"Mas Angga," gumam Rini senang langsung membawa masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah si Rini membuka paket itu.
"AAAARRRRRGHH!" teriak Rini.
BERSAMBUNG