/0/2889/coverbig.jpg?v=e01850068f65fbdbdf4ff55d53c9c070)
Indira, sangat bahagia karena akhirnya dia diterima bekerja di perusahaan terbesar di ibu kota. Walaupun dia hanya bekerja sebagai sekretaris pengganti, tapi dia bertekad akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Suatu hari, Indira, hendak mengantarkan berkas untuk ditandatangani oleh Edbert, CEO dari perusahaan tersebut. Tanpa dia duga, Indira malah melihat Edbert sedang bermesraan dengan Merry istrinya. Indira, kaget. Dia mendadak jadi gugup dan segera membalikan tubuh nya, Indira, pun hendak pergi. Namun, baru saja Indira, melangkahkan kakinya, Merry malah memanggil Indira. Indira, pun dengan cepat menghampiri Merry. "Duduklah, Indira." titah Merry, Indira pun menurut. Edbert nampak mengernyit heran saat mendengar ucapan Istrinya, "Kenapa malah menyuruh Indira, duduk?" "Honey, menikahlah dengan Indira." Duar!!!! Bagai tersambar petir di siang hari, Edbert, benar-benar tak menyangka dengan apa yang di ucapan istrinya. Akankah Edbert menikahi Indira? Apakah Indira mau menjadi istri kedua? Apa alasan Merry meminta suaminya untuk menikah lagi? Yuk akh, kepoin kisahnya..
"Jalan perniagaan nomer 52, dateng dan elu harus langsung masuk ke kantor. Tanya di mana ruangan tuan Edbert, elu udah ditunggu sama dia."
Indira membaca pesan chat yang dikirimkan oleh Melly, sahabatnya. Setelah satu minggu berkeliling di ibu kota untuk mencari pekerjaan, akhirnya dia bisa mendapatkan kabar bahagia.
"Alhamdulillah, ini beneran ada kerjaan buat gue?"
Indira membalas pesan dari sahabat terbaiknya, tidak lama kemudian Indira mendapatkan pesan balasan dari Melly.
"Iya, buruan datang. Harus sampai dalam waktu tiga puluh menit, kalau nggak cepet datang tuh kerjaan langsung angus."
Indira tersenyum senang, walaupun memang ada rasa takut tidak bisa sampai tepat waktu karena dia harus mencegat taksi atau ojek terlebih dahulu.
"Di mana ojeknya? Oh ya ampun, taksi juga ngga ada!" keluh Indira setelah 5 menit berdiri di pinggir jalan.
Tidak lama kemudian, dia melihat sebuah mobil berhenti tidak jauh dari dirinya. Seorang pria tampan keluar dari dalam mobil itu, dia membuang sebuket bunga ke tong sampah, lalu kembali masuk ke dalam mobil itu.
Sebelum pria itu menutup pintu mobilnya, Indira dengan cepat menahannya. Dia tersenyum canggung lalu berkata.
"Ehm! Maaf, Tuan. Saya boleh numpang, ngga?" tanya Indira.
Pria tampan itu nampak mengernyitkan dahinya, dia merasa heran karena bisa-bisanya wanita itu meminta tumpangan kepada dirinya.
Apakah wanita itu tidak tahu jika dirinya adalah pria terkaya di tanah air, pemilik sebuah perusahaan ternama yang menjadi incaran banyak orang agar bisa bekerja di sana.
Bahkan, tanpa bertanya terlebih dahulu pun seharusnya wanita itu tahu jika dirinya adalah keturunan keluarga kaya. Karena dia dan seluruh keluarganya menggunakan plat khusus untuk mobil yang mereka gunakan.
"Ayolah, Tuan. Saya mau interview di perusahaan Law, kalau telat nanti saya hilang pekerjaan. Tidak tahukah anda jika mencari--"
"Masuklah! Jangan bicara apa pun lagi!" ucap pria itu.
"Terima kasih, Tuan!" pekik Indira.
Gadis berhijab itu langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku penumpang, pria tampan itu langsung mendengkus sebal.
''Pindah!" perintah pria itu.
"Eh? Pindah ke mana?" tanya Indira kebingungan.
"Saya bukan sopir, silakan anda pindah ke depan!" seru pria itu dengan kekesalan di dalam hatinya.
Indira merasa tidak enak hati mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu, tetapi sungguh dia tidak menganggap pria itu sebagai sopir. Dia hanya takut jika pria itu tidak mau duduk dekat dirinya.
"Maaf, Tuan. Iya, saya akan pindah." Indira langsung pindah ke depan dan duduk dengan canggung.
Pria tampan itu langsung melajukan mobilnya menuju perusahaan Law, sesekali dia memperhatikan penampilan Indira dengan ekor matanya. Dia juga memperhatikan wajah cantik wanita itu.
'Cantik! Tapi sayang tertutup,' ucapnya dalam hati.
Tidak lama kemudian, mobil yang Indira tumpangi berhenti tepat di perusahaan Law. Dengan cepat dia berterima kasih dan turun dari mobil mewah itu. Dia bahkan berlari dengan cepat agar bisa segera masuk ke dalam ruangan tuan Edbert.
"Wanita aneh,'' ucap pria itu.
Indira yang merasa waktunya hampir habis langsung masuk ke dalam ruangan Edbert, tentunya setelah dia bertanya terlebih dahulu kepada resepsionis yang ada di sana.
"Maaf karena saya telat satu menit," ucap Indira dengan napas terengah-engah saat tiba di dalam ruangan tersebut.
Seorang wanita cantik dengan perut yang sudah membuncit menghampiri Indira, dia tersenyum hangat lalu mempersilakan Indira untuk duduk.
"Duduklah terlebih dulu, Indira. Tuan Edbert belum datang, kamu beruntung," ucap Shanty sekretaris dari Edbert.
Melly tentunya sudah memberikan keterangan terlebih dahulu kepada Shanty tentang siapa nama temannya, dia juga memberitahukan kepada Shanty jika sahabatnya pernah bekerja di perusahaan ternama di daerah asal mereka.
"Alhamdulillah, iya, Kak." Indira langsung duduk sesuai dengan titah dari Shanty.
Baru saja dia duduk di samping Shanty, pintu ruangan tersebut nampak terbuka. Jantung Indira seakan berpacu dengan cepat ketika dia melihat siapa yang datang.
'Apakah itu tuan Edbert? Kalau iya, mampus gue. Mana tadi gue minta tumpangan lagi sama dia,' gerutu Indira dalam hati.
Indira langsung bangun, lalu dia membungkuk hormat ke arah Edbert. Dia terus saja menunduk karena malu dan juga takut, belum juga bekerja dia sudah merasa kurang ajar meminta tumpangan kepada calon atasannya sendiri.
Edbert tersenyum tipis saat melihat kelakuan Indira, lalu dia duduk di kursi kebesarannya. Lalu memperhatikan penampilan Indira dari ujung kepala sampai ujung kaki. Wajah yang cantik, tubuh yang indah tetapi tertutup dengan baju panjang dan juga hijab.
"Siapa nama kamu?"
"Indira, Tuan." Indira menjawab pertanyaan dari Edbert dengan begitu gugup, dia bahkan terlihat meremat kedua tangannya secara bergantian.
"Mau apa kamu ke sini? Mau ngaji?" tanya Edbert lagi. Menurut Edbert penampilan Indira yang tertutup seperti itu lebih pantas untuk masuk ke dalam masjid daripada pergi bekerja.
"Eh? Mau kerja, Tuan. Ini surat lamarannya," ucap Indira.
Indira memberanikan diri untuk menatap wajah Edbert, lalu dia memberikan surat lamarannya kepada pria tampan itu. Setelah itu, dia kembali menunduk karena tidak berani menatap lama-lama wajah dari calon atasannya itu.
"Hem! Bagus, sesuai dengan kriteria saya. Tapi, bisakah kamu melepas hijab kamu dan berpakaian menarik agar bisa bekerja dengan saya?" tanya Edbert setelah dia membaca surat lamaran kerja dari Indira.
Edbert merasa jika Indira memiliki tubuh yang indah, dia merasa kesal ketika Indira memakai baju tertutup seperti itu. Karena itu artinya dia tidak bisa melihat keindahan lekuk tubuh wanita yang selalu membuatnya otaknya ber-travelling kemana-mana.
Indira dan Shanty terlihat begitu kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Edbert, terlebih lagi dengan Indira. Dia bahkan langsung memberanikan diri untuk menatap wajah Edbert.
"Saya tidak bisa melepas hijab saya, Tuan." Indira menatap Edbert dengan begitu sedih, dia takut jika Edbert tidak akan menerima dirinya untuk bekerja di sana.
"Oke! Tidak masalah, yang penting kamu harus memakai baju yang modis dan tidak membosankan. Jangan pake kain menjuntai panjang kaya gini, sakit mata saya liatnya," ucap Edbert.
"Iya, Tuan," jawab Indira gugup.
"Hem! Sekarang pergilah dengan Shanty, belajar yang benar sebelum dia cuti. Saya tidak mau ada kesalahan sedikit pun," perintah Edbert.
"Baik, Tuan. Saya akan berusaha untuk belajar dengan baik, saya akan berusaha untuk tersenyum bekerja dengan baik." Gadis berhijab itu berkata dengan penuh semangat.
Edbert menolehkan wajahnya ke arah Shanty, dia meminta Shanty agar bisa segera keluar dari ruangan kerja miliknya. Shanty yang paham langsung mengajak Indira untuk pergi dari sana.
"Ya ampun, Kak. Dia itu judes banget, aku sampai takut dibuatnya." Indira mengutarakan isi hatinya setelah dia sampai di ruangan Shanty.
"Dia itu tidak judes, tetapi pencinta wanita. Elu harus hati-hati sama dia, karena dia itu casanova kelas kakap." Shanty mengingatkan Indira seraya menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.
Dia sudah sangat lelah, pinggangnya bahkan sering terasa panas. Perut bagian bawahnya juga sering terasa sakit, beruntung Melly mengatakan jika dia punya teman yang butuh pekerjaan.
"Ya ampun, pantas saja dia meminta aku untuk memakai baju yang menarik dan melepas hijab," ucap Indira lirih.
"Gue harap elu bisa lebih hati-hati saat bekerja dengan si bos, jangan sampai elu bunting. Karena dia ngga bakal nikahin elu," ingat Shanty.
''Ya ampun, sepertinya aku harus waspada."
Gerry tidak menyangka jika kehidupannya akan berubah setelah bertemu dengan seorang janda kaya, dia juga tidak menyangka jika kehidupan masa lalunya justru akan terungkap setelah menikah dengan janda kaya itu. Yuk pantengin kisahnya.
Merrisa Amalia tak pernah menyangka jika tepat di hari pernikahannya, dia akan mendapatkan sebuah kejutan yang begitu mencengangkan. Di malam setelah dia menyerahkan kesuciannya, Mer mengetahui tentang suatu kebenaran. Adi, sang suami ternyata sudah memiliki istri dan juga anak. Kira-kira, bagaimana kelanjutannya? Yuk kepoin kisahnya.
"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Haris dan Lidya sedang berada di ranjang tempat mereka akan menghabiskan sisa malam ini. Tubuh mereka sudah telanjang, tak berbalut apapun. Lidya berbaring pasrah dengan kedua kaki terbuka lebar. Kepala Haris berada disana, sedang dengan rakusnya menciumi dan menjilati selangkangan Lidya, yang bibir vaginanya kini sudah sangat becek. Lidah Haris terus menyapu bibir itu, dan sesekali menyentil biji kecil yang membuat Lidya menggelinjang tak karuan. “Sayaaang, aku keluar laghiiii…” Tubuh Lidya mengejang hebat, orgasme kedua yang dia dapatkan dari mulut Haris malam ini. Tubuhnya langsung melemas, tapi bibirnya tersenyum, tanda senang dan puas dengan apa yang dilakukan Haris. Harispun tersenyum, berhasil memuaskan teman tapi mesumnya itu. “Lanjut yank?”
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."