/0/2991/coverbig.jpg?v=88e7d734d4c2c5be297240cf77d99571)
Andin Rosemala adalah seorang gadis yang dinikahi oleh lelaki yang lima tahun lebih tua darinya. Rendy Prawira, seorang lelaki yang menjadi suami sah Andin Rosemala. Bagi Andin pernikahan adalah sebuah ikatan suci yang harus ia jaga dan pertahankan. Tetap bertahan saat kondisi perekonomian suaminya berada dititik rendah, hingga ia memutuskan untuk pergi ke kota demi membantu keuangan suami untuk mencukupi kebutuhan kedua anaknya. Pernikahan yang ia idamkan bahkan hanya tersimpan dihatinya. Meski begitu Andin tak pernah mengeluh, ia hanya berharap pernikahannya akan abadi hingga menua nanti. Wanita mana yang bermimpi untuk dimadu? Wanita mana yang rela dikhianati saat ia sedang berjuang di kota lain, membanting tulang agar bisa mengirimkan cukup uang untuk kebutuhan di rumah. Namun, itulah yang terjadi. Andin menjadi wanita yang disakiti, dikhianati dan dicurangi. Apakah Andin akan mampu melewati semua kepahitan hidupnya? Akankan Rendy berubah pikiran hingga memilih menceraikan Ayu sebagai isteri keduanya? Atau, Ayu akan lebih gila menguasai Rendy dan hartanya? Yuk mari baca.
Andin menuangkan sedikit kuah sayur ke tangannya. Mengecapnya, memastikan jika sayur opor ayam yang ia masak sudah memiliki citarasa umami. Opor ayam adalah menu spesial baginya dan keluarga. Biasanya Andin memasak opor ayam hanya satu tahun sekali, ya hanya di hari raya saja. Kondisi keuangan keluarga yang minim, membuat Andin harus pandai uang belanja. Lauknya sehari-hari hanya tahu dan tempe, telur ia beli setengah kilogram untuk satu minggu dan hanya untuk kedua anaknya.
Andi Rosemala, seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak, namun masih terlihat sangat cantik. Usianya masih dua puluh lima tahun, wajar jika ia terlihat seperti seorang gadis. Kulitnya yang putih, hidung mancung serta rambut hitam legam yang panjang di bawah bahu, membuat ia terlihat awet muda. Andin menikah diusia 18 tahun lebih berapa bulan, hanya enam bulan setelah ia lulus SMA.
Andin dinikahi lelaki yang lima tahun lebih tua darinya. Rendy Prawira, lelaki yang dulu meminangnya dan menikahinya dengan penuh cinta. Rendy disambut hangat Andin dan keluarganya. Orangtua Andin yang kala itu tahu bahwa Rendy adalah salah satu pegawai kecamatan, tanpa pikir panjang Topan menerima pinangan Rendy.
Topan Sucipto adalah Ayah Andin, ia yakin jika Andin menikah dengan Rendy maka hidupnya tak akan kekurangan. Begitupun Andin, ia percaya jika suaminya akan mencukupi dan membahagiakan nya. Meski ia dan Rendy tak memulainya dengan sebuah hubungan pacaran.
Diawal pernikahan dan saat Andin melahirkan anak pertamanya. Rendy masih sanggup menutup setiap kebutuhan. Orangtua Andin pun sungguh bahagia melihatnya, hingga Pak Topan meninggal akibat penyakit yang dideritanya.
Andin tinggal tak jauh dari rumah Bu Minah, Ibu yang selalu ia repotkan. Terasa amburadul menejemen keuangan Rendy, gajinya tak mampu menutup semua kebutuhan rumah tangganya.
Hingga ia terpikirkan sebuah ide untuk menjatah uang bulanan pada istrinya dari seperempat gajinya. Bayangkan saja berapa besaran gaji seorang pegawai negeri kecamatan, dan bagikan empat. Uang bulanan yang menurut Andin sangat kecil angkanya. Andin tetap terima, ia tak pernah protes sedikit pun. Bukankah Andin termasuk kedalam tipe istri idaman? Sungguh beruntung Rendy memilikinya.
Sakit bagai teriris sebilah pisau saat Radit sulungnya merengek ingin disekolahkan. Usianya yang memang sudah masuk usia TK. Namun Andin tak memiliki cukup uang mendaftarkannya. Rendy pun terlihat santai tanpa mau mengusahakannya. Lagi, Andin harus meminjam pada sang Ibu.
Andin hanya memendam segala pertanyaan dihatinya. Dulu saat Rendy masih berstatus pegawai honorer semua kebutuhan mampu ia cukupi. Sekarang, status Rendy sudah pegawai negeri, tapi kenapa malah terasa sulit. "Mungkin karena kebutuhan anak-anak semakin banyak, jadi baru terasa sekarang." Batinnya yang selalu berpikir positif.
Menarik kursi meja makan, duduk disana menunggu kepulangan suami dan kedua anaknya. Andin mendesah kasar dengan tangan memijit pelipisnya, tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut nyeri.
Tak lama terdengar tawa bahagia Radit dan Dini. Ah ternyata sudah pulang dari masjid.
"Cuci tangan dulu sayang, barulah kita makan. Bunda sudah masak opor spesial." Pinta Andin pada suami dan kedua anaknya.
Andin mengambil beberapa piring, mengisi nasi di atasnya. Radit dan Dini terlihat sangat lahap menikmati makanannya. Andin bahagia sekaligus haru melihatnya. Jarang sekali Andin melihat kedua anaknya lahap menyantap makanan. Ya, karena ia pun tak pernah membuat menu enak, kecuali dihari-hari besar seperti saat ini, Hari Raya.
Andin berjanji pada dirinya sendiri, ia akan berjuang demi kedua anaknya. Tekatnya sudah bulat, ia akan ikut Wati ke Jakarta. Bekerja sebagai asisten rumah tangga ataupun pengasuh bayi. Ia tak keberatan, asal kebutuhan Radit dan Dini tercukupi. Andin tak enak hati jika harus selalu menyusahkan Ibunya. Minah ibunya hidup dari uang pensiun suaminya, sehingga ia tak pernah kekurangan untuk kehidupannya. Bahkan kebutuhan cucunya, sering kali ia cukupi.
Andin tinggal dibagian selatan provinsi Lampung. Disebuah perkampungan, namun segala kebutuhan pokok sama mahalnya dengan di kota.
Rencananya Andin akan pergi ke Jakarta dihari ke lima hari raya. Andin akan meminta ijin dulu pada Rendy, setelahnya ia akan ijin pada Ibunya. Radit dan Dini sudah cukup mandiri untuk sekedar menyiapkan keperluan mereka.
* * *
"Dek, besok mas akan pergi reuni, tapi katanya nggak boleh ngajak keluarga. Soalnya kami akan menginap di pantai dek, gimana menurutmu, mas boleh ikut nggak?" Tanya Rendy yang datang tiba-tiba.
Andin yang sedang fokus melipat baju, berhenti seketika mendengar penuturan suaminya. "Kok bisa nggak boleh ngajak keluarga lho mas, bukannya semua temanmu juga udah berkeluarga?" Andin balas bertanya. Menurutnya tak masuk akal, juga egois jika mereka reuni demi bersenang-senang tanpa keluarga.
Rendy diam cukup lama, tampak seperti sedang berpikir. "Ya nggak tau dek, Tono panitianya. Mas juga kurang paham, tapi kayaknya laki semua kok dek. Kamu tenang aja." Jelas Rendy yang melihat kekhawatiran istrinya.
"Ya udah mas nggak papa kalo mau ikut. Aku percaya sama mas." Andin mengulas senyum tipis, merasa aneh dengan acara suaminya.
Lanjut ngobrol banyak hal, malam itu juga Andin menceritakan perihal keinginannya untuk ikut Wati ke kota. Andin juga memberi tahu Rendy besaran gaji yang akan diterimanya nanti. Sesuai dugaannya, Rendy setuju tanpa mencegahnya.
Berpindah ke kamar, menuntaskan hasrat berdua, menyatu dalam hangatnya malam.
Pagi menyapa
Rendy sudah rapi dengan jeans hitam berpadu kaos berwarna navy, terlihat sangat tampan dimata Andin. Bermain kejar-kejaran dengan Radit dan Dini. Radit memang lelaki yang hangat, meski kadang cuek jika dengan istrinya. Andin hanya tersenyum melihat kebahagiaan keluarga kecilnya. Tak terasa sebulir air bening menetes di sudut matanya. Berat untuk meninggalkan suami dan kedua anaknya. Andin mencoba menguatkan hatinya sendiri. Ia yakin suatu saat akan berkumpul lagi dengan kondisi yang lebih baik. Semua demi kedua anaknya.
Selesai sarapan, anak-anak ijin kerumah neneknya yang tak jauh dari rumah nya. Tersisa Rendy dan Andin. Rendy berdiri, menghampiri istrinya yang duduk di depannya. Mencium kening Andin cukup lama. Mengucapkan maaf untuk segala kekurangannya dan maaf tak bisa menemani nya malam ini.
Tak begitu lama, terdengar suara klakson mobil. Membuat Rendy dan Andin menyudahi kemesraannya. Keduanya melangkah keluar, melihat siapa yang datang.
Lelaki tinggi berkulit sawo matang, dengan setelan kaos hitam dan jeans selutut. Ia bersandar dipintu mobil. Tersenyum saat melihat kedatangan Rendy dan Andin. Tono, teman dekat Rendy. Tono menyapa Andin yang berdiri di samping suaminya. Menolak kala Andin mempersilahkan masuk dulu. Dengan alasan sudah ditunggu yang lain.
Andin masuk kedalam, mengambilkan yang akan dibawa oleh Rendy. Keluar lagi memberikannya pada sang suami, tak lupa ia cium tangan suaminya.
Rencananya Andin hari ini akan kerumah sang Ibu, untuk menjemput kedua anaknya sekaligus menyampaikan tujuannya yang akan merantau ke kota. Andin sudah menyiapkan segala keperluan yang akan dibawa esok. Hanya tinggal kerumah Minah dan kerumah Wati untuk memastikan jam berapa akan berangkat.
Malamnya Andin menginap di rumah Ibunya, Radit dan Dini tak mau diajak pulang. Dini yang mendengar obrolan Andin dan neneknya tadi, enggan jauh dari Andin. Dini menangis, tak ingin ditinggal Andin merantau. Cukup sulit menjelaskan pada anak lima tahun. Bergelayut manja, sama sekali tak ingin lepas dari Andin. Sampai mata sipitnya terpejam dalam lelap.
Semoga suatu saat kau akan mengerti perjuangan Ibumu nak.
Barra Farzan, lelaki muda yang sudah menyandang status duda. Semua terjadi begitu saja, ia tak menyesal. Namun Barra mulai bosan dengan hidupnya yang selalu pahit, ada keinginan untuk bahagia. Memiliki istri secara benar adalah cita-cita Barra. Mimpinya di aminkan oleh semesta, gadis cantik putri dari konglomerat ibukota benar-benar jatuh dalam pesona Barra. Hubungan yang sempat ditentang itu akhirnya lolos ke jenjang pernikahan seperti apa yang Barra bayangkan setiap malam. Barra menegak manisnya kesempurnaan akad, di dampingi dua keluarga. Ini bukan mimpi, ini benar terjadi. Khayalannya terlaksana, sampai hubungan mereka berhasil diresmikan. Di atas pelaminan, Barra mencuri-curi kecupan di bibir Astra. Keduanya tertawa bahagia. Tanpa Barra sadari seorang wanita berjalan menuju altar pelaminan. Dipenuhi amarah. Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Astra. "Dasar pelakor! wanita murahan! Aku ini masih istrimu, Mas. Kamu tega meninggalkan aku dan Beby?" Astra juga Barra terdiam beku, semua pasang mata menatap penuh intimidasi pada Barra dan Astra. Siapa yang tak sensitif saat kata 'pelakor' disebutkan? Rahasia apa yang Barra sembunyikan? Akankah keduanya bisa menjalani kehidupan sepasang suami-istri layaknya rumah tangga lain? Atau Barra akan habiskan hidupnya sebagai suami bayaran? Happy reading. Novel karya diara_di
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Disuruh menikah dengan mayat? Ihh ... ngeri tapi itulah yang terjadi pada Angel. Dia harus menikah dengan mayat seorang CEO muda yang tampan karena hutang budi keluarga dan imbalan 2 milyar! Demi keluarganya, pada akhirnya Angel terpaksa menerima pernikahan itu! Tapi, ternyata mayat pengantin pria itu masih hidup! Apa yang akan terjadi selanjutnya? Baca sampai tamat yah, karena novel ini akan sangat menarik untuk menemani waktu santaimu. Salam kenal para pembaca, saya Yanti Runa. Semoga suka ya.
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Rumornya, Laskar menikah dengan wanita tidak menarik yang tidak memiliki latar belakang apa pun. Selama tiga tahun mereka bersama, dia tetap bersikap dingin dan menjauhi Bella, yang bertahan dalam diam. Cintanya pada Laskar memaksanya untuk mengorbankan harga diri dan mimpinya. Ketika cinta sejati Laskar muncul kembali, Bella menyadari bahwa pernikahan mereka sejak awal hanyalah tipuan, sebuah taktik untuk menyelamatkan nyawa wanita lain. Dia menandatangani surat perjanjian perceraian dan pergi. Tiga tahun kemudian, Bella kembali sebagai ahli bedah dan maestro piano. Merasa menyesal, Laskar mengejarnya di tengah hujan dan memeluknya dengan erat. "Kamu milikku, Bella."
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?