/0/2993/coverbig.jpg?v=54f882673b3091c398ef98ac273eafa8)
Nasha mempunyai calon kakak ipar ganteng bernama Rayyan. Rayyan adalah pacar kakaknya, Nisha. Nasha selalu menjadikan kisah percintaan Rayyan dan Nisha sebagai tolak ukur baginya untuk menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis. Hingga akhirnya dia memilih Feri sebagai pacarnya. Karena Feri memiliki karakter yang hampir mirip dengan Rayyan yaitu ganteng, pengertian, dan lembut. Satu lagi hal yang membuat Nasha menyukai Feri karena Feri adalah lelaki bertanggungjawab yang bahkan tak mau menciumnya karena Nasha memang hanya mau menyerahkan semuanya pada suaminya kelak. Hingga sebuah kecelakaan tragis menimpa Nisha, kakaknya dua hari sebelum pernikahan. Nisha meninggal sehingga membuat Nasha sangat sedih. Belum lagi fakta yang ia ketahui kalau Feri pacarnya telah menghamili sahabat baiknya, Rosi. Feri beralasan karena dia butuh pelampiasan sedang Nasha tak mau disentuh olehnya. Patah hati membuat Nasha jadi malas berhubungan dengan semua lelaki hingga dia dipertemukan lagi dengan orang masa lalu. Rayyan mantan calon kakak iparnya.
Sore ini, aku baru saja pulang kuliah. Capek rasanya naik motor kurang lebih 45 menit menuju kampus. Nasha Dwi Paramitha itulah namaku, gadis berusia 20 tahun yang sedang menempuh S1 pendidikan dokter gigi di Unsoed Purwokerto.
Aku bungsu dari dua bersaudara, anak pasangan Bapak Rahmat dan Ibu Sarinah atau biasa dipanggil Bu Inah. Kakakku berusia lima tahun diatasku. Namanya Nisha Eka Paramitha, sekarang bekerja sebagai bidan di salah satu rumah sakit di Purwokerto.
Saat memasuki pagar rumah, kulihat sebuah motor CBR hitam terparkir rapi di halaman rumahku.
"Siapa yang datang ya?" batinku.
Aku pun memasuki rumah setelah sebelumnya memarkirkan motorku disebelah motor CBR.
"Assalamu'alaikum." Aku mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam," jawab keempat orang yang ada di ruangan. Kompak.
Aku menyalami Ayah, Ibu dan Mbak Nisha hingga mataku terpaku pada seseorang yang duduk di samping Mbak Nisha. Masya Allah tampan dan mempesona. Postur badannya tinggi menjulang, atletis, mata setajam elang, alis tebal, bibir tipis dan kulit putih. Jangan lupakan wajah keturunan indonya alias blasteran. Duh, begitu mempesonanya lelaki ini, aku jadi tergoda. Astaga.
"Kenalin Na, Mas Rayyan. Dia pacar Mbak." Mbak Nisha memperkenalkannya padaku.
"Nasha, Mas. Salam kenal." Aku pun mengulurkan tanganku.
"Rayyan," ucapnya sambil menyambut uluran tanganku.
Kami mengobrol lama. Dari obrolan kami, aku tahu Mas Rayyan itu cowok-able banget. Kelihatan banget cinta mati sama Mbakku. Hihihi. Tatapan matanya itu loh lembut banget tapi tajam. Setdah. Hahaha.
"Saya pamit pulang dulu Om Tante. Insya Allah minggu depan saya berserta kedua orang tua saya akan melamar secara resmi."
"Amin. Semoga dipermudahkan semuanya. Terima kasih ya Nak," tutur ayahku.
"Saya yang justru harus berterima kasih karena Om dan Tante telah mendidik putri Om ini dengan luar biasa."
"Ah Mas ini. Gombal." Mbak Nisha tampak malu.
"Hahaha. Mari Om Tante."
"Ya Nak hati-hati," ucap Ayah dan Ibu.
Mbak Nisha mengantar Mas Rayyan ke depan. Ayah dan Ibu segera masuk ke kamarnya. Aku sengaja mengintip apa yang mereka lakukan.
"Mas, jangan lupa kalau sudah sampai aku di WA ya?" Mbak Nisha mulai berbicara.
"Iya sayang. Kamu bobok yang nyenyak ya. Jangan lupa mimpiin Mas," ucap Mas Rayyan sambil mengelus rambut Mbak Nisha.
"Pengin cepet halal Dek. Biar Mas bisa cium kamu."
"Ish Mas Rayyan ah. Udah dibilangin kalau .... "
"Iya. Makanya Mas sabar sayangku. Mas suka kok icip-icip yang halal bukan yang haram."
Kulihat pipi Mbak Nisha merona. Ah, kenapa aku juga ikut merona kayak aku yang di gombalin aja. Ckckck.
"Ya udah Mas pulang. Dah Adek. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Mbak Nisha segera masuk ke dalam rumah. Dan kaget melihatku tengah senyum-senyum gak jelas.
"Cie ... Mas Adek. Uh! Romantisnya."
"Ish. Kamu ya Dek. Suka jahilin Mbak." Mbak Nisha menarik kedua pipiku.
"Aaaaa ... sakit Mbak," keluhku.
"Hahaha. Habis pipi kamu gemesin kaya bakpao." Aku mengerucutkan bibir.
"Udah jangan marah, nanti cantiknya ilang."
"Hemmmm ... Mbak kenal Mas Rayyan dimana?" tanyaku kepo.
"Dia dokter baru di tempat Mbak. Usianya baru 26 tahun."
"Ooo ... cakep ya Mbak."
"Hahaha. Cakeplah kalau gak cakep gak mungkin Mbak suka."
"Kayaknya orangnya baik ya Mbak. Penyayang gitu."
"Hu'um. Makanya Mbak yakin dia lelaki yang baik. Dia selalu jaga Mbak dan menghargai Mbak."
"Mbak sama Mas Rayyan berapa lama pacaran?"
"Tiga tahun kurang lebihnya. Mbak kenal pas Mas Rayyan lagi koas di rumah sakit tempat Mbak kerja. Setelah lama kenal kita pacaran. Lalu kita LDR-an selama dia intership ke NTT, bertahan pacaran sampai sekarang. Alhamdulillah bentar lagi lamaran," Mbak Nisha tak mampu menyembunyikan raut bahagianya.
"Alhamdulillah. Nasha doakan semua lancar ya Mbak. Doakan Na juga biar ketemu sama lelaki baik kaya Mas Rayyan."
"Amin. Tapi fokus kuliah dulu ya Dek."
"Oh itu pasti."
Kami berbincang cukup lama di ruang tamu hingga hari mulai malam. Akhirnya kami menyudahi obrolan kami dan menuju kamar masing-masing.
*********
Kamu hati-hati ya Na, insya Allah bulan depan Mbak beli motor jadi kamu gak perlu bolak balik jemput aku atau naik bus lagi."
"Santai Mbak, masih bisa disiasati kok."
"Mbak cuma kasihan aja sama kamu harus bolak balik nganter dan jemput Mbak. Belum lagi kalau Mbak ada tugas kamu yang ngalah naik bus."
"Mbak Nisha ini kayak sama siapa. Eh... Mas Rayyan," sapaku saat melihat Mas Rayyan tengah berjalan mendekati kami. Dia tersenyum dan wow lesung pipinya duh bikin hati meleleh.
"Kalian sering berangkat bareng?" tanya Mas Rayyan.
"Iya," jawab kami kompak.
"Kok aku gak pernah lihat Nis?"
"Soalnya kalau Mas Rayyan udah datang langsung bawaannya heboh nyiapin ini itu jadi gak pernah perhatian sama adik cantikku ini," tutur Mbak Nisha.
"Betul. Betul. Betul," sahutku.
"Hahaha. Ya Allah. Maaf. Mas beneran gak tahu."
"Ya udah sih gak penting juga. Mbak, Mas. Aku berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Aku pun segera menjalankan motorku setelah berpamitan dengan mereka.
********
Sabun, sikat gigi, lotion, deodorant, parfum, bedak, lipstik, tissue lalu ... ah, roti tawar rupanya," gumamku.
Aku tengah berbelanja bulanan untuk diriku sendiri. Sebelum pulang, aku mampir ke Moro dulu. Hari Minggu nanti acara lamaran Mbak Nisha dan Mas Rayyan, dijamin aku gak bisa keluar karena harus bantu ini bantu itu. Makanya mumpung longgar, jadi sekalian. Apalagi jadwal tamu bulananku tak lama lagi pasti datang.
"Na, kamu disini?"Aku menoleh ke asal suara.
"Eh, Mas Rayyan? Kesini juga Mas?"
"Iya nganter Mamah beli ini itu ...."
"Banyak sekali," lanjutku dengan tangan membentuk lingkaran.
"Hahaha. Gemesin kamu ya."
"Aw. Aw Aw. Ish sakit Mas!" Aku memukul keras tangannya. Lalu aku memegang kedua pipiku yang habis dia cubit.
"Habis pipimu gemesin tahu. Pantas Nisha suka bilang sama Mas kalau suka sekali mencubit pipimu."
"Ckckck. Dasar kakak sama calon kakak ipar pada kurang garam. Klop pokoknya pantas jodoh," gerutuku.
"Amin. Kan Minggu kita lamaran terus nikah."
"Ya. Ya. Ya. Terserah. Minggir Mas, Na mau lewat."
Aku mendorong troliku ke arena roti tawar khusus wanita.
"Kamu suka pake yang gak bersayap rupanya?"
Astaga aku lupa kalau masih ada Mas Rayyan.
"Ish, Mas ini. Ngapain ngikutin Na. Malu tahu. Hush. Hush. Pergi sana ini area cewek, cowok dilarang mendekat."
"Hahaha." Mas Rayyan malah tertawa dan memperlihatkan kembali kedua lesung pipinya.
Husah. Husah. Aku segera membuang pikiran anehku. Ya ampun aku mesti nyari pacar yang punya lesung pipi juga. Biar bisa mengalihkan duniaku dari pria blasteran ini. Ckckck.
"Ngapain malu Na, udah biasa. Lagian aku ada tiga cewek di rumah ya tapi yang satu masih SD sih."
"Haish Mas Rayyan nyebelin."
Aku berusaha memasang muka marah. Namun kalimat Mas Rayyan selanjutnya membuatku sumringah.
"Udah selesai milih rotinya, sini Mas bayarin," ucapnya sambil mendorong troliku.
Asik. Jatah uang buat belanja bulananku aman, jadi bisa buat beli novel hihihi. Akhirnya kuikuti langkah Mas Rayyan menuju kasir.
Bagas Surya Atmaja adalah cucu ketiga dari Binawan Atmaja. Setelah lama merantau sekian tahun ke Kalimantan, ia harus pulang ke kampung halaman demi membantu memulihkan keadaan perekonomian pabrik dan perkebunan Keluarga Atmaja. Ia pun membawa istrinya Nawang untuk diperkenalkan dengan keluarganya. Masalah demi masalah datang dalam hidupnya, mulai dari teror misterius, ketidaksukaan eyang putri pada istrinya, penolakan keluarga besar akan kehadirannya, konfrontasi dengan sepupu bahkan kehadiran Seruni cinta pertamanya semakin membuat hidupnya penuh dengan masalah. Belum lagi, maut sedang mengintai Bagas dan seluruh penghuni Rumah Atmaja. Mampukah Bagas mengungkap misteri di keluarganya? Atau dia sendiri yang akan menjadi korban?
Cahaya Mustika atau dipanggil Caca adalah gadis yatim piatu yang tinggal bersama Liliknya (Om), adik dari mendiang sang Ayah. Sejak kecil dia merasa asing di keluarganya sendiri. Sebuah lamaran tak terduga datang dari Awan, anak mantan lurah di desanya. Sayang, Ibu Awan tak menyukainya bahkan menghina statusnya yang yatim piatu.Caca kembali ke Kebumen setelah kematian Eyang putrinya. Tanpa sengaja Caca menemukan surat sang ibu serta foto sang Ibu dengan sahabatnya, seorang Bu Nyai dari sebuah pondok pesantren di daerah Purwokerto. Caca pun memutuskan berkunjung kesana demi memenuhi wasiat sang Ibu agar dirinya mondok di pesantren. Hidup di pesantren, Caca bisa menjadi dirinya sendiri yang ceria dan sedikit ... tomboy. Bahkan di sana pula, dia menemukan musuh abadi yang membawanya pada sebuah hubungan rumit yang bernama hati. Lalu seperti apakah kisah Caca selanjutnya?
Pernikahan tiga tahun tidak meninggalkan apa pun selain keputusasaan. Dia dipaksa untuk menandatangani perjanjian perceraian saat dia hamil. Penyesalan memenuhi hatinya saat dia menyaksikan betapa kejamnya pria itu. Tidak sampai dia pergi, barulah pria itu menyadari bahwa sang wanita adalah orang yang benar-benar dia cintai. Tidak ada cara mudah untuk menyembuhkan patah hati, jadi dia memutuskan untuk menghujaninya dengan cinta tanpa batas.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...