/0/3067/coverbig.jpg?v=eada346cd24d4f7dec76391d644d9db0)
Tarno yang telah merantau ke luar negeri selama lima tahun berencana untuk memberi kejutan istrinya, Susanti, dengan pulang ke rumah tanpa memberi kabar sebelumnya. Ia bahkan menyiapkan sebuah kalung berbandul hati dengan inisial namanya dan istrinya. Namun niatnya untuk memberikan kejutan justru malah berbalik membuatnya lebih terkejut. Tarno melihat Susanti dan Joko - sahabat yang dipercayainya untuk menjaga istrinya selama ia pergi - berada di kasurnya tanpa sehelai benang pun. Bagaimanakah reaksi Tarno menghadapi perselingkuhan istrinya dan sahabatnya? Bagaimanakah kisah hidup Tarno setelah mengetahui pengkhianatan istrinya?
Tarno sedang dalam perjalanan ke rumahnya saat ini dengan mengendarai mobil avanza hitam yang sengaja disewanya untuk perjalanan pulang. Dilihatnya lagi kalung yang sengaja dipesannya sebagai hadiah kejutan untuk istrinya, Susanti. Kalung berbandul hati dengan ukiran T&S, inisial Tarno dan Susanti sudah diukir di belakang bandulnya.
Lelaki berambut cepak, dengan beberapa helai uban yang mulai muncul itu tampak senyum-senyum sendiri membayangkan reaksi Susanti saat melihatnya pulang nanti. Ibu dari dua anaknya pasti akan sangat terkejut saat melihat Tarno masuk ke rumah dengan menyerahkan kalung kejutannya.
Tarno memang sengaja tidak memberitahu Susanti perihal kepulangannya untuk memberi kejutan pada wanita yang dicintainya itu. Lima tahun sudah Tarno merantau ke negeri orang untuk mencari uang demi merenovasi rumahnya. Susanti selalu mengeluh, rumahnya harus segera direnovasi karena setiap kali hujan atapnya selalu bocor sehingga lantainya yang masih terbuat dari tanah kerap kali becek. Awalnya Tarno hanya mengiyakan keluhan Susanti dan berjanji akan segera merenovasi rumah. Namun janji hanyalah janji, sampai dua tahun berlalu rumah tetap tidak direnovasi dan kondisinya semakin memprihatinkan.
Atap yang terbuat dari esbes semakin besar lubangnya sehingga setiap hujan air yang masuk semakin banyak. Setiap kali hujan deras rumah Tarno lebih mirip kebanjiran daripada disebut kebocoran.
Karena tak tahan, Susanti mengutarakan niatnya kepada Tarno supaya diizinkan kerja di luar negeri sebagai TKW agar bisa mengumpulkan uang untuk merenovasi rumah. Sebagai lelaki sejati, harga diri Tarno serasa diusik saat Susanti mengatakan keinginannya untuk menjadi TKW. Dia tidak rela jika wanita yang dicintainya harus bersusah payah bekerja sehingga setelah berpikir selama dua hari tiga malam akhirnya Tarno memutuskan bahwa dirinyalah yang akan berangkat ke luar negeri.
Sebelum berangkat, Tarno menitipkan Susanti pada Joko, sahabat yang dipercayainya untuk menjaga istrinya selama dirinya bekerja di luar negeri. Tarno khawatir jika terjadi sesuatu pada Susanti selama dirinya tidak ada. Apalagi saat itu anaknya yang kedua masih berumur setahun dan jauh dari sanak saudara. Tarno takut bila terjadi sesuatu saat dia tidak ada. Karena itu Tarno sudah berpesan pada Susanti untuk meminta tolong pada Joko butuh bantuan atau pertolongan.
Selama di luar negeri, Tarno selalu menanyakan pada Joko apakah Susanti baik-baik saja atau apakah ada tanda-tanda bahwa Susanti selingkuh darinya. Selama ini Joko selalu memberikan jawaban bahwa semuanya baik-baik saja dan dalam kondisi aman terkendali sehingga Tarno merasa lega, tidak pernah curiga sedikit pun.
Mobil Avanza hitam sudah memasuki gapura yang menjadi batas antar kota. Tarno sudah sampai di kotanya. Tak terasa perjalanan tinggal tiga puluh menit lagi. Tarno merasa sudah tidak sabar ingin cepat sampai ke rumahnya.
Selain membelikan kalung untuk Susanti, Tarno juga membelikan istrinya beberapa barang yang pernah dipesan Susanti sebelumnya. Tarno membelikan banyak mainan dan pakaian bagus untuk kedua putrinya. Tarno juga sudah menyiapkan hadiah untuk Joko, sebagai ucapan terima kasih karena sudah menjaga istrinya selama lima tahun terakhir. Dibelikannya sahabatnya kaos jersey dari klub sepak bola favoritnya dan sepasang sepatu untuk olah raga.
Tarno memberi tahu pak supir arah menuju rumahnya. Senyum tak henti terkembang di wajahnya.
"Belok kanan, Pak. Nanti kalau ada belokan lagi ganti belok kiri," ucap Tarno pada pak supir yang tengah sibuk mengemudi.
"Stop disini dulu Pak. Aku mau ngasih kejutan buat istriku dulu." Tarno menghentikan mobil yang dinaikinya di depan rumah tetangganya.
Tarno sengaja memarkir mobilnya di rumah tetangganya yang berjarak dua rumah dari rumahnya agar kejutan berjalan sempurna. Jika mendengar mobil berhenti di depan rumahnya maka Susanti akan mendengarnya dan penasaran untuk melihat siapa yang datang, sehingga rencana untuk memberi kejutan akan gagal.
Tarno berjalan dengan membawa kalung yang disimpan dalam saku. Senyumnya masih terkembang membayangkan ekspresi kaget di wajah istrinya saat melihatnya nanti.
Hari masih pagi saat Tarno sampai masih sekitar pukul 10.00 pagi. Tarno memang berangkat dari bandara sejak sebelum subuh agar tidak kesiangan sampai rumah. Dia sengaja memilih waktu anak-anaknya masih sekolah agar bisa menghabiskan waktu romantis bersama istrinya tanpa gangguan siapa pun, termasuk kedua putrinya sebelum mereka pulang sekolah.
Tinggal beberapa langkah sebelum Tarno tiba di depan rumahnya. Rumah yang beratap esbes itu telah menghilang berganti dengan rumah bercat hijau dengan atap genteng. Rumahnya juga sudah memiliki teras yang sudah dikeramik sekarang. Tarno tersenyum puas, usahanya untuk merantau ke negeri orang sudah membuahkan hasil.
Tarno sudah di halaman rumahnya sekarang. Dia berhenti sejenak untuk melihat rumahnya yang kini sudah berubah banyak dari yang diingatnya sebelum berangkat ke luar negeri. Saat melihat sekeliling, dilihatnya sebuah motor ninja yang tampak mengkilap terparkir di depan rumahnya. Motor yang masih tampak baru karena bodinya masih mulus dan nomer pelatnya yang bahkan belum tergores sama sekali. Tarno bertanya-tanya dalam hati, motor milik siapakah gerangan.
Tarno segera masuk ke rumah untuk melihat siapa yang datang. Pintu rumah tidak terkunci dan hanya ditutup biasa. Tarno melepas sepatunya dan menaruhnya di depan pintu saat melihat sepasang sandal lelaki yang teronggok manis di samping pintu. Rumah Tarno yang beralaskan tanah kini sudah berganti dengan keramik warna putih sehingga perlu melepas alas kaki saat akan masuk rumah.
Tarno segera membuka pintu dan masuk ke rumah. Ruang tamu dalam keadaan kosong dan tidak ada siapa pun disana. Lantas sandal milik siapa yang ada di depan pintu tadi. Lalu motor siapa terparkir di halaman rumahnya. Tamu yang dicari Tarno ternyata tidak ada di ruang tamu.
Dia melihat sekeliling ruangan. Rumah itu benar-benar sudah berubah total. Kursi sofa berwarna coklat mengisi sudut ruang tamu. Di depan sofa tampak televisi flat yang cukup besar, jauh berbeda dengan televisi yang dimilikinya dulu sebelum merantau. Hanya televisi tabung ukuran 22 inch yang layarnya hilang separo.
Tarno berjalan pelan menuju belakang rumahnya untuk mencari istrinya. Mungkin dia sedang di belakang dengan tamu pemilik motor yang terparkir di halaman rumah.
Saat melewati kamar tidurnya, Tarno mendengar suara tawa dari dalam. Suara tawa Susanti dan seorang lelaki yang terasa tidak asing di telinganya. Tarno mendekat ke kamar dan telinganya di dekatkan ke pintu agar bisa mendengar suara dari dalam lebih jelas.
"Iihh ... geli loh Mas, jauh-jauh sana." Suara Susanti terdengar sangat manja.
"Geli tapi kamu suka kan. Tarno mana punya yang seperti ini," sahut suara lelaki di samping Susanti.
"Apaan sih, bahas lelaki itu."
Deg. Hati Tarno terasa sakit saat mendengar kata-kata Susanti barusan. Lelaki itu, katanya. Kenapa istrinya memanggilnya dengan sebutan lelaki itu.
"Oh iya, Tarno sudah kirim uang belum sayang?" kali ini suara lelaki yang terdengar.
Tarno sangat kenal dengan suara lelaki yang didengarnya barusan. Namun dia tidak mau berburuk sangka sebelum melihatnya sendiri. Sebenarnya dia sangat ingin mendobrak pintu dan masuk ke dalam kamar untuk melihat secara langsung. Namun dia urung dan ingin mendengarkan lagi apa yang sedang mereka bicarakan.
"Belum. Nanti kalau sudah dikirim pasti kukabari Mas. Jangan khawatir, buat cicilan si merah kan?"
"Iya sayang. Kamu kok pinter banget sih."
"Iya donk. Kalau nggak pinter mana bisa aku bohongin Mas Tarno buat nerusin kontrak kerjanya dan jangan pulang dulu. Kalau dia pulang mana bisa kamu beli si merah yang sekarang terparkir di depan rumah."
"Bener Dek. Kamu memang pintar sekali sayangku. Terus rayu Tarno supaya jangan pulang dulu sampai cicilan si merah lunas. Yah dua tahun lagi lah lunas. Selama itu kita juga bisa bersama terus kayak sekarang. Aku senang kamu pun terpuaskan hahahahha." Suara lelaki itu terdengar sangat bangga saat mengatakannya.
Kuping Tarno sangat panas mendengar percakapan dua insan berlawanan jenis yang ada di dalam kamarnya sekarang. Amarahnya menggelegak laksana magma yang siap dimuntahkan seperti letusan gunung berapi. Napasnya memburu dan dadanya naik turun menandakan emosinya sedang di puncak sekarang.
Tarno bersiap masuk ke kamar untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Dia menyiapkan diri untuk melihat sesuatu yang terburuk. Diaturnya napasnya yang tidak terkendali sekarang karena menahan amarah. Ditariknya napas panjang dan dihembuskannya pelan untuk meredakan emosinya. Dilakukannya hal itu berulang-ulang sampai akhirnya dia merasa cukup tenang.
Setelah merasa cukup tenang, Tarno membuka pintu kamarnya dengan pelan. Dilihatnya dua orang yang sangat dikenalnya dalam satu selimut dan tidak berpakaian sedang berpelukan diatas ranjangnya. Keduanya tampak kaget saat melihat pintu terbuka dan Tarno muncul setelahnya.
Meskipun sudah menyiapkan diri untuk hal yang terburuk, nyatanya Tarno tetap tidak kuat melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Bibirnya kelu dan netranya mengembun. Kedua orang itu sedang sibuk mencari pakaian masing-masing yang berserakan di lantai. Lalu memakainya dengan tergesa-gesa. Tarno hanya bisa menutup mata dan menarik nafas dalam untuk menguatkan dirinya.
"Mas, ini tidak seperti dugaanmu," kata Susanti yang tengah sibuk mengancingkan dasternya.
"Benar, No. Ini semua salah paham. Tidak seperti yang kamu lihat," sahut lelaki yang tengah memakai celana panjangnya. Celana dalamnya masih teronggok di lantai tidak jauh dari tempat Tarno berdiri sekarang.
"Kutunggu kalian di ruang tamu," jawab Tarno singkat.
Lelaki berambut cepak itu berjalan ke luar kamar menuju ruang tamu. Diusapnya setitik air di sudut matanya dengan ujung tangannya yang kasar karena kerja keras selama ini. Kulit Tarno memang lebih bersih daripada sebelum berangkat keluar negeri karena dia bekerja di dalam ruangan. Tidak seperti sebelumnya yang harus berpanas-panasan di bawah terik matahari yang menyengat dan membakar kulitnya langsung selama di sawah.
Kedua orang yang selama ini dipercayainya ternyata menusuknya dari belakang. Tarno benar-benar tidak menyangka keduanya tega melakukan ini padanya. Rencana untuk memberikan kejutan pada istrinya gagal, justru kini dia yang mendapatkan kejutan yang luar biasa dari istri dan sahabatnya sendiri.
Apa yang akan kau lakukan saat menemukan kresek berisi mayat bayi dalam freezer? Suatu hari Tedi menemukan mayat bayi yang tersimpan dalam kresek hitam di dalam freezer kulkasnya. Dia tidak melaporkan hal ini ke Polisi dan berusaha menangkap pelakunya sendiri. Bisakah Tedi menangkap pelakunya?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
"Tolong hisap ASI saya pak, saya tidak kuat lagi!" Pinta Jenara Atmisly kala seragamnya basah karena air susunya keluar. •••• Jenara Atmisly, siswi dengan prestasi tinggi yang memiliki sedikit gangguan karena kelebihan hormon galaktorea. Ia bisa mengeluarkan ASI meski belum menikah apalagi memiliki seorang bayi. Namun dengan ketidaksengajaan yang terjadi di ruang guru, menimbulkan cinta rumit antara dirinya dengan gurunya.