Bab 1
porak poranda
Porak porada. Semuanya porak porana. Cerita ini sudah usai, tepat ketika aku menulisakan huruf pertama ini. Duniaku tidak ada lagi. Semuanya sudah lepas dari dekapanku. Apa yang aku jaga erat-erat, apa yang perjuangkan mati-matian, semuanya telah sirnah sudah. Seperti istana pasir yang dibangun dengan susah payah tapi lenyap hanya dengan sekali libas oleh ombak pantai. Apakah ada yang salah dengan diriku? Sungguh rasanya dunia ini tidak adil.
"tok...tok...tok..." terdengar suara pintu diketuk. Pagi ini dingin lebih dingin dari biasanya. Ini adalah awal musim penghujan telah tiba. Baru saja jam satu pagi hujan telah berhenti. Meninggalkan bekas basah pada jalanan dan daun-daun yang basah. Rumah dengan sepetak tanah yang disulap menjadi tiga ruangan, yaitu dapur, kamar tidur dan ruang tengah, serta ruangan sempit yang dinamakan kamar mandi, hanya ada kakus dan bak mandi mini dengan gayung plastic gambar anggur yang warnanya sudah tidak karuan lagi antara hijau yang menjadi putih pudar. Rahman, adalah nama yang menghuni tempat tersebut. Sudah tiga minggu ia mengsolasi dirinya. Menarik dirinya dalam-dalam kesunyi yang tak bertepi. Semenjak peristiwa itu, hidup Rahman berubah. Hidupnya sudah selesai.
selesai dalam ratapan tangisnya yang mengering ditikam laranya sendiri. tidak ada seorang pun yang tahu tentang lara hatinya. tidak ada yang mengerti tentang remuknya. karena semuanya ia coba untuk kubur sendiri dalam pusara paling hening dalam batinnya. begitulah Rahman.