/0/3106/coverbig.jpg?v=ee661222d8a325fc575ec91f9c14a90e)
Bagaimana rasanya jatuh cinta pada makhluk Uwentira yang super tampan? Itulah yang dialami Indri dan kedua sahabatnya. Mampukah mereka memilih? tinggal di dunia mereka atau Uwentira? Kota gaib terbesar di Indonesia?
Bismillah
"SUAMI DARI ALAM LAIN"
#part_1
#by:R.D.Lestari.
#true story
Drap! Drap! Drap!
Bunyi langkah kaki memecah keheningan. Ku tatap wajah Sri dan Rena yang tadi amat ketakutan kini berubah ceria. Mendung itu seketika hilang terbias cahaya harapan.
"Sepertinya ada suara derap langkah kaki, mudah-mudahan ada yang akan menolong kita," ucap Sri lirih.
Aku beranjak dari dudukku dan menatap Rena sekilas.
"Jaga Sri, Ren. Aku akan melihat siapa yang datang. Semoga itu orang-orang yang mencari kita," seruku.
"Aku temani, Indri. Bahaya jika sendiri, diluar banyak binatang buas," Rena berusaha mencegahku.
"Tak apa aku sendiri. Sri lebih butuh dirimu, tubuh nya teramat lemah karena demam dan luka di kakinya," sahutku. Lambaian tangan kuarahkan pada mereka. Senyum tipis mengulas di bibir kedua sahabatku itu.
"Hati-hati, In," ucap Rena dan Sri. Aku hanya mengangguk, berbalik dan melangkah pergi meninggalkan mereka.
Bulir bening menetes di pelupuk mata. Apakah salah kami hingga mengalami nasib setragis ini?
Kami mahasiswa dari suatu perguruan tinggi di kota Sulawesi. Kedatangan kami ke hutan lebat ini karena suatu kegiatan penelitian dari Universitas tempatku menimba ilmu.
Jumlah kami saat itu ada delapan orang, tapi hanya kami bertiga yang terpisah dari rombongan. Itu pun karena ulahku yang tak mau buang hajat sembarangan.
Akibat dari kecerewetanku, akhirnya Sri dan Rena dapat imbasnya. Kami tersesat di dalam hutan dan tak tau arah. Hingga terpisah dari rombongan.
Lelah berjalan dan takut yang tak terhingga, Sri tiba-tiba mendengar geraman yang amat dekat. Saat menoleh, dengan jarak sekitar dua puluh meter tegak seekor beruang madu yang siap menerkam. Kukunya yang panjang dan hitam mengarah ke arah kami. Taringnya mencuat di antara moncongnya.
Kami serentak berlari, tapi sayang Sri terjatuh dan sempat tercakar di bagian kaki. Aku dan Rena berbalik dan memukul beruang dengan panci dan peralatan masak serta tas yang kami bawa. Beruntung binatang buas itu menyerah dan berlari meninggalkan kami, hanya saja kaki Sri terluka cukup parah.
Dengan sisa tenaga kami membawa Sri berjalan di antara lebatnya hutan. Pepohonan besar dan tumbuhan hutan lainnya membuat kami di rundung ketakutan.
Dalam kelelahan yang tiada terhingga, samar-samar terlihat sebuah rumah yang cukup kokoh berdiri.
Kami pun memutuskan singgah dan meminta bantuan. Walau sebenarnya ragu, di tengah hutan ada rumah? siapa yang tinggal di sini?
Saat itu Sri dan Rena juga diriku berusaha memanggil si pemilik rumah, tapi tak ada jawaban. Ternyata rumah pun tak terkunci dan tak ada apa pun di dalam rumah. Seperti sudah sangat lama tak di huni.
Dan sejak saat itu kami tinggal di rumah tua ini untuk melindungi diri dari makhluk buas dan juga binatang melata lainnya. Ini sudah hari ketiga, luka di kaki Sri menyebabkan infeksi dan Sri demam. Stok mie dan makanan instan lainnya pun sudah hampir habis. Untuk air minum, aku sengaja menampung air hujan. Kebetulan malam selalu hujan.
Kami hanya bertahan pada lampu senter dan lampu handphone. Itupun sudah mat* semua. Tadi malam pun gelap-gelapan .
***
Drap! Drap! Drap!
Suara langkah kaki itu terdengar lebih jelas. Ku percepat langkahku . Sepertinya bukan cuma seorang , tapi banyak orang.
Mataku berbinar melihat sekumpulan tentara sedang berjalan mendekati gubuk kami. Tanpa sadar aku berlari mendekati mereka.
"Pak--Pak, tolong!" teriakku.
Mereka serentak menghentikan langkah. Nyaris copot jantungku melihat tatapan para lelaki di hadapanku. Tampan , semua amat tampan. Wajah mereka bukan seperti warga pribumi pada umumnya. Mata mereka biru, hidung mereka mancung dan kulit mereka putih bersih. Mereka memakai baju tentara tapi berbeda warna dengan yang sering tentara pakai pada umumnya.
Mereka hanya terdiam melihatku. Seolah menatap heran dengan kehadiranku .
"To--tolong, sa--saya,Pak," lirihku.Tubuhku gemetar menahan malu karena mereka menatapku tanpa berkedip sedikitpun.
"Kenapa bisa berada di dalam hutan. Sendiriankah kamu?"
Salah satu dari mereka berjalan mendekatiku, wajahnya lebih tampan dari yang lain. Jika diperhatikan sepertinya dia pemimpinnya, nampak dari pakaiannya yang berbeda.
"I--iya, Pak. Saya tersesat bersama dengan dua teman saya," paparku.
"Sekarang di mana kedua temanmu?" tanyanya . Ia semakin dekat dan wajahnya terlihat semakin jelas. Tampan... sangat tampan.
"Me-- mereka di --disana," jawabku terbata seraya menunjuk ke arah gubuk.Benar-benar grogi berdekatan dengan pemuda setampan ini.
"Pasukan! tolong bantu gadis ini! bawa mereka ke basecamp! segera!" teriaknya lantang .
"Baik Komandan!" seru mereka serentak.
Para tentara mendekati gubuk mengikutiku dari belakang. Rena dan Sri nampak amat terkejut sekaligus bahagia mendapat pertolongan yang tak terduga. Akhirnya ada yang datang menyelamatkan kami.
Mereka dengan sigap membopong tubuh Sri dan juga Rena. Karena Rena pun juga lemah. Sedangkan aku memilih berjalan mengikuti mereka menuju basecamp yang di sebutkan.
Mereka tak banyak bicara. Sepanjang jalan pun hanya diam tak bersuara. Cukup jauh kami berjalan, sekitar sepuluh menit kami pun sampai.
Basecamp yang di maksud ternyata bukan hanya tenda. Tapi sebuah gedung yang amat luas dengan peralatan dan senjata yang lengkap. Aneh bukan? Di dalam hutan selebat ini ada gedung yang luas dan punya semua perlengkapan modern. Juga mobil-mobil bagus dan motor sport mahal. Seperti di film-film hollywood.
Aku menatap takjub. Begitu juga Sri dan Rena. Tak menyangka jika di dalam hutan ada tempat sekeren ini.
Sri segera di obati dengan seorang dokter yang amat cantik. Sebenernya mereka ini siapa? dari logat dan cara bicaranya sama seperti kami, tapi fisik mereka amat jauh dengan kami pada umumnya. Mereka semua bertubuh lebih tinggi, bermata biru, berhidung mancung dan berkulit putih. Warna rambut mereka pun condong berwarna pirang. Lebih mirip orang-orang bule.
Sementara Sri dan Rena di obati, aku menunggu di tempat berbeda. Duduk sendiri di teman secangkir susu coklat panas dan juga roti-roti dengan berbagai toping. Amat enak dan super lembut. Seperti berada di dalam hotel dengan pelayanan bintang lima.
Semua orang di sini sibuk dengan kegiatannya masing-masing sehingga enggan bagiku untuk bertanya dan menyapa. Mereka cenderung cuek.
"Boleh aku temani?" suara berat seseorang membuyarkan lamunanku. Aku hampir saja tersedak.
"Maaf, aku mengganggumu, ya?" tanyanya ramah.
"Ti-- tidak, si--silahkan, duduk," tawarku dengan gugup.
Ia lalu mengambil sebuah bangku dan duduk di sampingku.
Dadaku bergemuruh melihat ketampanan pemuda itu dari dekat. Dia, pemimpin pasukan yang tadi menolongku. Ternyata ia tampak lebih tampan di tempat yang terang seperti ruangan ini.
"Aku Bima," ia mengulurkan tangannya.
"A--Aku Indri," jawabku dan ku sambut tangan nya.
Dingin. Seperti ada magnet listrik yang menjalar disekujur tubuh ku. Rasanya tubuh ku bergetar karena grogi.
Ia menarik kembali tangannya dan menatapku dengan lucu. Sempat tersenyum dan senyum itu mampu merontokkan hatiku.
"Kamu sepertinya amat lelah. Istirahatlah sejenak. Esok kami akan mengantarmu dan kedua temanmu pulang," ucapnya.
"Kami punya banyak ruangan dan kamar yang pasti membuatmu betah. Anggap saja di rumah sendiri," lanjutnya.
"Terima kasih telah menolong kami," sahutku.
Ia mengangguk dan kembali tersenyum. Rasa mau pingsan lihat senyumnya. Ah, seumur hidup baru pertama bertemu laki-laki setampan ini.
Ia bangkit dari duduknya dan menatap wajahku dengan senyum manisnya.
"Ayo, aku antar ke kamarmu, biar kamu bisa langsung tidur," katanya dan ia pun melangkah pelan. Aku mengikutinya dari belakang.
***
"Wah, gil*! ini gil* namanya!" seru Rena. Matanya menyisir semua ruangan. Ia tak henti berdecak kagum dengan kamar yang di sediakan untuk kami beristirahat.
"Mimpi apa kita, woy! berasa liburan di hotel bintang lima kita!"Sri menimpali.
"Sayang di sini ga ada sinyal," wajah Rena mendadak mendung.
"Dah lah, kita foto aja," ajakku.
"Wei, tak boleh foto bertiga, nanti salah satu ada yang mat*," sahut Sri.
"Ah, mitos aja itu," sanggahku.
"Udah, ayok," desakku. Kami mendekati Sri di ranjang dan ...
"Say cheese, buncis, satu, dua, tiga," kami berselfie riang. Tapi ternyata....
Bersambung
Boy mendengus kesal saat Jean, calon istrinya itu pergi begitu saja dan meninggalkannya di tengah pernikahan yang sedang berlangsung. Untuk menutupi rasa malu, Boy yang kebetulan bertemu dengan Mia, mantan muridnya, meminta untuk menjadi istri sementara. Mia yang memang sudah menaruh rasa semenjak duduk di bangku SMA tentu saja menerima saat itu juga. Apakah Boy bisa jatuh cinta? atau malah meninggalkan Mia demi Jean yang tiba-tiba datang kembali?
Kehidupan yang begitu keras membuat Parni, berusia 40 tahun, harus memutar otaknya hanya demi memenuhi keinginan anak-anak dan suaminya yang lumpuh sejak lama. Membawanya pada dosa yang tak bertepi. Apa yang kira-kira di lakukan Parni hingga membuat satu kampungnya ketar-ketir?
Saat Nenek pindah ke rumah baru yang di jual amat murah dengan desain yang nyaman, tapi ternyata rumah itu menyimpan banyak misteri.. Di ruang bawah tanah ternyata tempat jagal dan mutilasi. Arwah-arwah yang gentayangan merupakan arwah penasaran yang menuntut balas. Mereka sudah banyak membunuh pembeli rumah sebelumnya. Arwah penasaran merasuk pada setiap orang dan setiap inci rumah,sehingga rumah penuh dengan teror. Hidup jika malam menjelang. Satu persatu pemilik rumah diteror dan harus bertahan untuk berjuang hidup karena rumah seperti terkunci dan susah untuk keluar.
Semenjak kematian Bapak yang tragis karena di keroyok warga, sosok Pocong tiba-tiba menghantui warga. Mereka bilang itu adalah Bapakku yang menuntut balas. Apa benar yang dikatakan warga? atau itu hanya wujud yang menyerupainya saja?
Tante Sarah, janda muda berumur tiga puluh tahun yang baru saja bercerai karena di khianati suaminya, jatuh cinta kembali saat bertemu Jonas, pemuda yang umurnya sepuluh tahun lebih muda darinya. Dilema menghampiri hidupnya, di mana ia harus menghadapi nasib percintaannya yang penuh rintangan. Ingin pergi, tapi Joe sudah mengikat hatinya, ingin bertahan, tapi terlalu sulit. Bagaimana nasib percintaan Tante Sarah selanjutnya?
Bercerita tentang kisah perjalanan cinta Yusuf, pemuda perantauan dari Jawa yang jatuh hati pada gadis Kalimantan. Awalnya indah sebelum akhirnya Ia mengetahui bahwa wanita yang ia cintai ternyata seorang kuyang, makhluk siluman berupa kepala terbang dan jeroan yang menjuntai. Apa yabg terjadi pada Yusuf selanjutnya?
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"