Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / CEO 1 Miliar Won
CEO 1 Miliar Won

CEO 1 Miliar Won

5.0
12 Bab
306 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Kim Liu, seorang yatim yang hanya tinggal dengan sang ibu-Kim Hyesu-sejak lahir. Ibunya adalah pemilik retoran jepang terkenal di pusat kota Seoul, usaha yang dirintis sendiri sejak muda. Kim Liu memang tak terlahir kaya, tapi keluarga kecilnya selalu hidup berkecukupan karena ibunya adalah seorang yang pekerja keras. Ayahnya adalah Park Sean, yang sudah meninggal saat ia masih berumur tiga tahun. Namun entah kenapa, sang ibu tak mau memakai marga suaminya-Park-untuk nama Liu, dan memilih menggunakan marganya sendiri. Sepanjang hidupnya, Liu tak pernah berkata tidak pada sang ibu, sebesar itulah rasa cinta Liu untuk ibunya. Dari kecil hingga berumur dua puluh lima tahun, Liu selalu menuruti kemauan sang ibu. Mulai dari memilih sekolah, berkuliah di jurusan hukum, hingga menjadi seorang pengacara yang sebetulnya bukan pilihannya sama sekali. Tapi tak apa, toh ibunya adalah satu-satunya orang yang ia miliki, pikirnya. Hingga suatu hari, ibu Liu secara tiba-tiba memintanya melakukan sesuatu yang sangat sulit ia iyakan. Yaitu, menikah dengan anak sahabatnya. Permintaan berat itu tak pernah Liu bayangkan sebelumnya. Pasalnya, kata “menikah” bahkan tak ada di kamus hidupnya. Yang ia ingin lakukan hanyalah bekerja dan menua sendiri bersama ibunya. Sampai akhirnya, terkuaklah penyakit tumor otak sang ibu, membuat Liu semakin dilema. Penyakit tumor otak yang diderita ibunya semakin parah hanya dalam waktu singkat, mau tak mau membuat Liu yang bimbang pun pada akhirnya mengiyakan permintaan sang ibu untuk menikah meskipun dengan sangat terpaksa. Lelaki perjodohan itu bukanlah sembarang orang, ia adalah Jung Jisung. Ialah anak dari seorang konglomerat berdarah Dubai-Korea bernama Jung Taejun, yang menikah dengan artis senior mantan Miss Korea, Stella Kwon. Jisung adalah CEO Utama dari TJ Group yang ada di Korea. Jisung memiliki masa lalu yang cukup kelam. Meskipun di mata dunia ia adalah sosok yang sempurna, sebenarnya ia adalah seorang penderita PTSD yang memiliki trauma besar masa kecil. Ia pernah diculik oleh komplotan warga negara asing yang mengincar harta sang ayah. Jisung pun dibebaskan dengan tebusan sebesar satu miliar won, yang akhirnya menjadi julukan kejam hingga ia dewasa. CEO 1 Miliar Won. Lelaki itu tak pernah bahagia selama 28 tahun hidupnya, ia selalu merasa kesepian. Jisung dibesarkan tanpa kasih sayang kedua orang tuanya, karena pada dasarnya, ia hanyalah aset keluarga penerus perusahaan satu-satunya. Jisung tak mengenal arti cinta, hubungan sosialnya dengan orang lain benar-benar buruk. Rumor tentang hubungan asmara Jisung selalu menjadi perhatian dunia, hingga tersebar rumor bahwa dia adalah seorang penyuka sesama jenis karena tak pernah terlibat kisah asmara dengan siapapun. Demi mengubur rumor itu, sang ibu-yang kerap dipanggil Nyonya Stella-menjodohkannya dengan anak CEO perusahaan penyiaran Baro TV bernama Song Minseo. Keduanya pun berpacaran, meskipun Jung Jisung tak pernah benar-benar menyukai kekasih pilihan ibunya itu. Namun pada akhirnya, kabar tentang rencana perjodohan Jung Jisung dan Kim Liu pun sampai ke telinga publik. Orang di balik rencana perjodohan itu tak lain adalah Tuan Jung Taejun, ayah dari Jung Jisung. Ia adalah sahabat Kim Hyesu-ibu Liu-semasa bersekolah, yang sebenarnya sejak lama ingin menjodohkan anaknya dengan Kim Liu. Nyonya Stella tak menyukai rencana itu, tapi ia tak punya pilihan lain selain mengiyakan rencana suaminya yang memang selalu bersifat mutlak. Kim Liu dan Jung Jisung pun akhirnya menikah secara tertutup, yang merupakan syarat dari Liu untuk tak mengungkapkan identitas aslinya ke publik. Tapi satu minggu kemudian, ibu Liu pun meninggal dan menyisakan pilu mendalam baginya. Liu akhirnya tinggal bersama Jisung di penthousnya, meskipun tak pernah berbagi ranjang yang sama. Sejak saat itulah, mereka perlahan mulai memahami situasi masing-masing dan belajar tentang kehidupan dari satu sama lain. Kim Liu beberapa kali memergoki trauma Jisung yang seringkali kambuh dan ia selalu ada di sana untuk menenangkannya. Tanpa ia duga, lelaki dengan image sempurna itu ternyata memiliki sisi lemah yang tak orang lain ketahui, membuatnya merasa kasihan dan perlahan membantunya. Jisung yang selalu bersikap dingin dan buta akan cinta juga pelan-pelan belajar dari ketulusan Kim Liu. Meskipun Jisung selalu menganggap Liu adalah gadis bodoh dan ceroboh yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya, namun perlahan hatinya luluh untuk Liu, ia mulai menyukainya. Tapi hubungan mereka tak semulus itu. Song Minseo selalu mengusik keduanya dengan memanas-manasi Nyonya Stella yang semakin hari semakin benci dengan sang menantu, Kim Liu. Hari-hari Liu sangatlah berat, ia harus bekerja sebagai pengacara yang menyembunyikan identitasnya sebagai isteri CEO paling terkenal di Korea, juga harus bertahan dari mertua yang selalu membanding-bandingkannya dengan wanita lain. Masalah Liu bertambah ketika mantan pacarnya kembali mengusiknya. Ia adalah Lee Hyunsik, seniornya di sekolah hukum yang sekarang

Bab 1 CEO 1 Milliar Won

"Jangan egois, Kim Liu. Kalau ibumu pergi, kamu yang akan menyesal," hardik Paman Shin dengan rahang mengeras.

Liu hanya bisa menutup telinga dengan kedua tangannya, ia benar-benar sudah menangis kali ini. Tangis yang sedari tadi ditahannya di dalam ruangan.

"Teganya Paman berkata tentang kematian ibu di hadapanku di saat ibu masih bernafas di dalam sana? Pantaskah Paman menyebut diri Paman sebagai seorang adik ipar? Paman dan Bibi ternyata sama saja," cerca Liu kesal.

"Aku hanya ingin yang terbaik untuk kakak iparku. Jangan munafik, semua orang tahu bahwa waktunya tak lama lagi."

Liu terdiam. Benar, waktu ibunya memang tak lama lagi. Ibunya sudah berkali-kali kritis, minggu ini saja sudah empat kali ia dipanggil karena ibunya kejang-kejang. Dokter bahkan sudah meminta para keluarga untuk bersiap merelakannya.

Ia pun segera beranjak, meninggalkan paman egois yang sekarang sibuk dengan ponselnya. Liu menemui sang ibu lagi yang kini sudah tertidur pulas di kamar rumah sakitnya. Entah tertidur lelap atau memang sedang tak sadarkan diri karena menahan sakit, Liu tak tahu.

“Ibu, kenapa ibu setega ini?” lirihnya.

“Aku sudah cukup tersiksa selama ini, Bu. Tidak cukupkah dengan menjadikanku boneka selama dua puluh lima tahun ini? Kenapa sesulit ini permintaanmu? Ibu tidak pernah memberikanku pilihan, aku selalu hidup dalam hukum mutlak yang ibu buat sendiri.”

Digenggamnya tangan sang ibu yang masih tepasang infus. Liu baru sadar, tangan itu sudah kurus kering seperti tulang yang terbalut kulit saja. Tumor otak yang ibunya derita memang terlambat didiagnosis karena ibunya sibuk bekerja, begitupun dirinya. Rasa sesal tiba-tiba menyeruak di dadanya, membuatnya kembali bimbang dan dilema dengan permintaan terakhir sang ibu.

“Ibu... aku harus apa?” bisik Liu sambil mencium tangan ibunya.

Ia sebetulnya kesal, tapi ia juga mencintai ibunya lebih dari apapun di dunia ini. Karena ibunyalah satu-satunya keluarga dekat yang ia punya. Ayah Liu sudah meninggal saat ia berusia tiga tahun. Ibunya tak pernah suka jika Liu membicarakan sang ayah.

Sejak kecil, Liu tak pernah berkata tidak pada ibunya, ia terbiasa . Mulai dari memilih tempat bersekolah, mengikuti sembilan jenis les diuar pelajaran, memilih jurusan hukum saat berkuliah, hingga memilih pekerjaan sebagai seorang pengacara, semuanya diatur oleh sang ibu. Liu hanyalah boneka hidup.

Keluarga besar yang cukup dekat dengan sang ibu hanyalah Paman dan Bibi Shin yang menurut Liu hanya memanfaatkan kesempatan di balik dilema perjodohannya. Pasalnya, menurut Bibi Shin, lelaki yang akan dijodohkan dengannya adalah seorang anak konglomerat primadona seluruh negeri. Tapi, Liu tak peduli. Kata “menikah” bahkan tak ada di kamus hidupnya.

“Bibi dan Paman Shin pasti berniat menguras harta laki-laki malang itu,” gumam Liu.

---

“Maaf, Bibi Shin, tapi aku sudah katakan kalau aku menolak perjodohan ini. Aku mohon, pulanglah,” protes Liu pada sang bibi yang baru saja memberikan nomor telepon laki-laki yang akan dijodohkan dengannya pada selembar kertas.

“Bodoh, dia bisa menjamin hidupmu dan bahkan hingga anak cucumu tujuh turunan sekalipun. Kamu munafik sekali, Liu.”

Bibi Shin memelankan suaranya saat seorang perawat menatap mereka dengan tatapan sinis.

“Aku tidak tertarik,” jawab Liu yang kini menyandarkan kepalanya di sisi ranjang sang ibu.

“Dia bukan sembarang orang, Liu. Julukannya adalah ‘CEO 1 Miliar Won’ dari TJ Gr-“

“Aku tidak tertarik,” potong Liu lagi, kembali menarik perhatian perawat yang kini menyuruh mereka untuk tenang dengan gerakan tangan.

Bibi Shin mendecih kesal, ia meraih tangan Liu dengan paksa dan menyerahkan selembar kertas itu di tangannya. Kim Liu bersikap masa bodoh, dirematnya kertas itu yang langsung ia kantongi di saku jaketnya.

“Oke, sudah aku terima, kan? Sekarang lebih baik Bibi pulang, restoran pasti ramai.”

Restoran itu adalah milik ibu Liu, namun dikelola oleh paman dan bibinya sejak ang ibu jatuh sakit. Sedangkan Liu sendiri sibuk bekerja menjadi seorang pengacara publik yang hari-harinya dipenuhi dengan kasus-kasus para klien.

“Kak Hyesu, jangan khawatir. Akan aku pastikan Kim Liu menikah dengan pria itu,” bisik Bibi Shin di telinga ibu Liu yang masih terpejam.

“Aku pergi dulu, pulanglah jika kamu lelah. Ibumu akan aman bersama mereka,” tambah Bibi Shin sambil menunjuk para perawat yang berjaga di sudut ruangan.

Kim Liu hanya mengangguk dengan malas, lalu membiarkan sang bibi menghilang dari pintu dengan perasaan lega.

“Akhirnya pulang juga. Persetan dengan harta, aku tidak peduli.”

“CEO 1 Miliar Won? Apa maksudnya? Cih, kekanak-kanakan sekali.”

“Benarkah dia anak sahabat Ibu? Berapa usianya? Tidakkah dia sudah tua jika memiliki jabatan setinggi itu? Ibu benar-benar mau menjualku, ya?” tanya Liu berturut-turut pada ibunya meskipun tahu sang ibu tak akan mendengarnya.

---

Hari demi hari berlalu sangat berat bagi Liu. Minggu itu sendiri ada dua berkas kasus yang dilimpahkan padanya. Pengacara publik memang cukup berbeda dengan pengacara swasta yang bekerja di firma-firma hukum mandiri. Pada dasarnya, pengacara publik bekerja di pengadilan negeri untuk negara, dan digaji oleh negara. Para klien tak mengeluarkan sepeserpun untuk pengacara publik mereka.

Kasus yang dilimpahkan pada Liu pun cukup rumit, klien pertama yang harus ia tangani adalah seorang pemulung tua miskin yang dilaporkan atas tuduhan pencurian barang bekas oleh tetangganya sendiri.

“Ah, kenapa Pimpinan Jang melimpahkan kasus seperti ini lagi? Dia kan sudah tahu kalau aku selalu lemah dengan klien orang tua,” gumamnya, terindera oleh Jang Doyeon, sahabat sesama pengacara publik di pengadilan.

“Karena dia tahu, kamu pasti akan bersungguh-sungguh mencari keadilan untuknya,” komentar Doyeon.

“Ketahuilah, aku sejujurnya benci terlahir seperti ini. Terlalu baik hati, naif, sok menegakkan keadilan, tidak bisa berkata tidak pada orang lain, benar-benar tidak sebanding dengan tenaga yang sudah aku kerahkan,” ungkap Liu.

“Munafik, setelah ini kamu juga akan berlari kesana kemari mengumpulkan bukti, lihat saja. Setelah aku baca kasusnya, sepertinya pemulung itu justru korban di sini. Semangat menegakkan keadilan, Kim Liu,” imbuh Doyeon sambil mengepalkan kedua tangannya di depan dada untuk menyemangati sang sahabat.

“Oh iya, bagaimana keadaan ibumu? Aku dengar, kamu berencana mengambil cuti?” tanya perempuan berambut pendek itu.

“Setelah dua kasus ini selesai, aku akan cuti dan merawat ibuku. Untuk sementara, ada perawat yang menunggunya di rumah sakit.”

“Benarkah? Setahuku hanya orang-orang kaya yang bisa menyewa perawat secara pribadi untuk menunggu pasien di rumah sakit. Mereka tidak murah, seperti kita, hahaha.”

“Mungkin berbeda kebijakan saja. Mmm, Doyeon, apakah kamu tahu sesuatu tentang ‘CEO 1 Miliar Won’?”

“Apa? Kamu tidak tahu siapa itu ‘CEO 1 Miliar Won’? Dia adalah men-“

Belum sempat Doyeon menyelesaikan kalimatnya, telepon Liu berdering menghentikan bicaranya. Tertera di layar ponsel itu, nama rumah sakit tempat sang ibu dirawat. Ia pun memengangkatnya dengan hati bergetar, sungguh tak siap dengan apapun yang akan didengarnya.

“Halo? Dengan Saudara Kim Liu?” suara perempuan dari seberang telepon.

“I-iya, ada apa?” jawab Liu dengan terbata.

“Ibu Kim Hyesu terus-terusan mencari anda, Saudara Kim Liu. Mohon untuk menemuinya segera.”

Kim Liu menghela nafas panjang, ia lega karena bukan hal yang ditakutkannya yang terjadi.

“Baik, saya ke sana sekarang juga,” pungkasnya kemudian.

----

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY