/0/3979/coverbig.jpg?v=e4c4b5b5d21bd614cdac431d715f47c1)
Keluargaku berada di garis kemiskinan dan tidak memiliki cara untuk mendukungku di perguruan tinggi. Aku harus bekerja paruh waktu setiap hari hanya untuk memenuhi kebutuhan dan mampu masuk ke universitas. Saat itulah aku bertemu dengannya - gadis cantik dikelasku yang diimpikan setiap laki-laki. Aku sadar bahwa dia sangat jauh dari jangkauanku. Namun, aku mengumpulkan seluruh keberanian dan mengatakan kepadanya bahwa aku telah jatuh cinta padanya. Yang mengejutkanku, dia setuju untuk menjadi pacarku. Dengan senyuman termanis yang pernah kulihat, dia memberitahuku bahwa dia menginginkan sebuah iPhone terbaru sebagai hadiah pertamaku untuknya. Aku bekerja seperti seekor anjing dan bahkan mencuci baju teman sekelasku untuk mendapatkan uang. Kerja kerasku membuahkan hasil setelah sebulan. Aku akhirnya dapat membeli apa yang diinginkannya. Tetapi saat aku membungkus hadiah itu, aku melihatnya bercumbu dengan kapten tim bola basket. Dia kemudian mengolok-olok dan menghina kemiskinanku. Yang lebih parahnya lagi, laki-laki selingkuhannya meninju wajahku. Aku diselimuti oleh keputusasaan, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan kecuali diam saja saat mereka menginjak-injak perasaaanku. Tetapi kemudian, ayahku tiba-tiba meneleponku dan hidupku berubah sepenuhnya. Ternyata aku adalah putra seorang miliarder.
Di gym kampus.
Seorang pemuda berseragam basket biru berjalan masuk melewati gerbang ruang olahraga.
Tangannya mengenakan sepasang sarung tangan lateks sambil membawa kantong sampah berukuran besar. Begitu pemuda itu memasuki ruang olahraga, dia memungut botol-botol kosong dan kaleng-kaleng soda yang ditinggalkan oleh orang-orang yang menyaksikan pertandingan terakhir.
"Alangkah bagusnya jika kampus mengadakan pertandingan basket setiap hari. Aku dapat dengan mudah menghasilkan uang 100 ribu dengan mengumpulkan botol-botol dan kaleng-kaleng ini. Jika aku menghasilkan uang sebanyak itu setiap hari, aku dapat membeli iPhone 11 untuk hadiah ulang tahun Sylvia."
Trevor Januardi mengangkat kepalanya dan dengan bersemangat melihat ke sekeliling ruang olahraga yang berantakan.
Saat Trevor sedang mengumpulkan botol dan kaleng, sekelompok mahasiswa bertubuh tinggi berjalan keluar dari ruang ganti. Masing-masing dari mereka membawa sebuah ember besar berisi seragam basket kotor, lalu mereka berjalan menghampiri Trevor.
"Hei Trevor, kami punya pekerjaan untukmu. Cucilah seragam tim kami. Kami akan membayarmu 20 ribu untuk setiap ember."
Pemuda berambut merah itu berjalan di tengah kelompok dengan sebatang rokok di mulutnya. Pemuda itu lalu melemparkan embernya ke samping kaki Trevor.
"Kita semua adalah anggota tim basket. Tentu saja kami akan menjagamu, ambillah pekerjaan itu."
Setelah mengatakan itu, pemuda berambut merah yang bernama Bernard Guntoro melambaikan tangannya, dan para anggota lain kemudian ikut melemparkan cucian kotor mereka ke arah Trevor.
"Aku meminta para anggota tim untuk menyimpan pakaian kotor mereka selama seminggu sehingga kamu bisa mendapatkan lebih banyak uang. Aromanya harum, 'kan?"
Bernard mengambil kaus kaki kotor dan melemparkannya ke arah Trevor.
Sebelum Trevor sempat mengelak, kaus kaki itu mendarat tepat di wajahnya dan bau asam yang menyengat langsung menghantam lubang hidungnya.
"Aku..."
Trevor langsung menelan kembali kata-kata umpatan yang hampir saja dia lontarkan dari mulutnya. Dia mengibaskan kaus kaki kotor itu dan wajahnya langsung memerah.
Trevor tidak boleh menyinggung Bernard. Karena walaupun Bernard sangat menyebalkan, tapi Bernard memberinya kesempatan untuk dapat menghasilkan uang, dan dia tidak bisa melewatkan sumber pendapatan potensial apa pun.
Lagi pula, Trevor bukan berasal dari keluarga kaya. Trevor hanyalah seorang mahasiswa dari keluarga miskin.
Trevor tidak memiliki koneksi atau keterampilan profesional. Dia hanya bisa bekerja paruh waktu di akhir pekan dan menawarkan jasanya pada teman-teman sekelasnya untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah mereka demi dapat menghasilkan uang.
Itu satu-satunya cara agar Trevor bisa membiayai kuliahnya.
Jika Trevor punya pilihan, dia tidak akan berbisnis dengan seseorang yang menyebalkan dan hanya mementingkan dirinya sendiri seperti Bernard. Namun, karena Trevor harus menghasilkan uang untuk membiayai kuliahnya, yang bisa dia lakukan hanyalah menelan harga dirinya dan menahan amarahnya.
Trevor menarik napas panjang, lalu mengambil kaus kaki yang dilempar Bernard dan melemparkannya ke dalam ember. "100 ribu untuk semuanya," katanya.
Bernard mengambil dompetnya, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan melemparkannya ke kaki Trevor. Dengan senyum puas, Bernard berkata, "Ini 110 ribu untuk mencuci pakaian dan tugas lain yang aku ingin kamu lakukan. Aku ingin kamu mengambil sebuah paket di gerbang kampus dan membawanya ke ruang ganti. Paket itu untuk Dennis Rustandi, ketua tim bola basket."
Setelah mengatakan itu, Bernard berbalik dan pergi bersama para anggota lainnya.
Trevor mengambil uang itu dari lantai dan mengepalkannya dalam tinjunya.
"Meski aku tidak suka berurusan dengan si brengsek Bernard dan teman-temannya, tapi selama aku bisa menghasilkan uang dari mereka, maka tidak masalah."
Setelah Bernard dan rekan satu timnya pergi, Trevor kembali mengumpulkan botol-botol kosong dan kaleng-kaleng soda yang ada di sekitar ruang olahraga. Setelah kantong sampahnya penuh, Trevor pergi ke pusat daur ulang yang berada di luar kampus untuk menjual apa yang telah dia kumpulkan. Lalu, Trevor bergegas menuju gerbang kampus untuk mengambil paket untuk Dennis dan kemudian kembali ke ruang ganti.
Sepanjang jalan, Trevor dengan hati-hati menghitung jumlah uang yang berhasil diperolehnya hari ini. Dia merasa lelah, tapi itu sepadan. Terlepas dari uang yang diperolehnya, rasa pencapaian dan kepuasan memenuhi hatinya.
Trevor bersenandung bahagia saat dia berjalan menuju ruang ganti untuk mengantarkan paket itu. Dia tidak sabar untuk mengumpulkan cukup uang untuk membeli hadiah bagi pacar tersayangnya.
Trevor hendak membuka pintu ruang ganti ketika erangan seorang wanita menghentikan langkahnya.
"Huh? Mengapa suara itu begitu dikenalnya?"
Wanita di balik pintu memekik dengan senang. Wajah Trevor memerah saat jantungnya mulai berdebar kencang di dadanya.
Trevor tiba-tiba menyadari bahwa suara itu sangat mirip dengan suara pacarnya, Sylvia Wahyudi.
"Dennis, aku suka saat kamu menyentuh payudaraku seperti itu. Ya, seperti itu. Jangan berhenti."
"Jangan khawatir, Sylvia. Kita tidak perlu terburu-buru. Hei, hari ini aku membelikanmu pakaian dalam seksi. Pakailah nanti dan kita akan bersenang-senang lagi."
Ketika Trevor mendengar percakapan mereka, dia tidak bisa menyangkalnya lagi.
'Sylvia? Apa yang dia lakukan?'
Darah Trevor mendidih saat dia menendang pintu ruang ganti hingga terbuka.
Trevor tercengang dan mematung pada apa yang dia saksikan. Itu adalah pemandangan yang tidak akan pernah Trevor lupakan seumur hidupnya.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?