Pria paruh baya itu menelan ludahnya sudah payah. Takut, bila berhadapan dengan Jack yang merupakan orang terkaya di kota S, China ini. Selain itu, Jack juga berasal dari keluarga yang terpandang. Meski Wilson juga termasuk keluarga kaya, namun masih jauh sekali dibandingkan dengan keluarga yang bermarga Lee milik Jackson itu.
"Tapi ... kenapa harus putri kami? Dia hanya gadis muda yang tidak sepadan dengan Anda. Kenapa Anda tidak mencari wanita yang lebih pantas untuk Anda dan keluarga Anda?" ucap tuan Wilson memberanikan diri berkata demikian.
"Karena aku hanya menginginkan putri dari keluarga Wilson. Aku tidak peduli dengan wanita lain," jawab Jack.
Sepasang suami istri di hadapannya memicing tidak yakin dengan jawaban Jack. Pasalnya, mereka tahu bagaimana kehidupan liar seorang Jackson Lee.
"Ingatlah bagaimana keluarga Lee membantu keluarga kalian selama ini," ucap Jack mengingatkan mereka berdua tentang jasa yang pernah keluarga Lee berikan pada perusahaan milik Wilson yang hampir bangkrut waktu lalu.
"Kau pikir aku mau menikah dengan pria hidung belang sepertimu. Menjijikan!"
Seruan Michelle yang baru turun dari kamarnya mengalihkan pandangan semua orang di ruang tamu. Begitu pun dengan Jack yang langsung menoleh dengan sudut bibir terangkat menatap gadis cantik itu. Gadis yang sangat ingin ia miliki.
"Menjijikan? Apa kau sendiri sudah pernah mencicipi tubuhku, Nona, hingga kau bicara demikian?" ucap Jack menggoda dengan tidak tahu malunya.
"Cih, tidak perlu mencicipinya pun aku sudah tahu kalau kau itu menjijikan!" balas Michelle meremehkan.
Jack menyunggingkan sedikit senyumnya mendengar kalimat itu. "Aku suka gaya bicaramu, Nona," ujarnya.
"Ma-maafkan atas ucapan putri kami, Tuan Jack. Dia tidak bermaksud menyinggung mu," ucap Rose yang mulai cemas. Ia khawatir jika nanti pria itu murka dengan putrinya.
"Aku sengaja, kenapa ibu harus minta maaf padanya?"
"Michelle!"
"Hanya karena dia dari keluarga terpandang, maka kita harus tunduk padanya. Keluarga kita juga bukan keluarga yang remeh, untuk apa kita harus takut dengannya?" Michelle menatap tidak senang pada Jack.
Pria itu sendiri tampak santai menyeruput secangkir kopi yang sebelumnya sudah disuguhkan untuknya. Membuat gadis itu bertambah tidak suka dengan sikap angkuhnya.
"Cih!"
"Michelle, jaga sopan santun mu!" pinta Rose.
"Dengan orang ini?" Michelle menunjuk ke arah Jack yang langsung meliriknya. Lantas, pria itu meletakkan kembali cangkir kopinya di meja hadapannya.
Dengan begitu santainya ia merapikan jas hitamnya dan kemudian menyandarkan diri kembali ke punggung kursi dengan satu kaki berada di atas kaki satunya. "Apa yang kurang dariku hingga kau begitu benci denganku, Nona. Apa sebelumnya kita pernah ada masalah?" ucapnya dengan menyilang kan kedua tangan di bawah dada.
Michelle menatap tajam pria itu. Sungguh tidak punya rasa malu, seolah pria itu tidak memiliki kesalahan sama sekali dalam hidupnya. Kepribadian dan kehidupannya dengan banyak wanita di luar sana sudah bukan sedikit lagi orang yang tahu. Mana mungkin Michelle tidak akan membenci pria semacam itu.
"Heh, harusnya kau tanyakan sendiri pada dirimu. Apa yang membuat gadis sepertiku sangat benci denganmu," jawab gadis itu kemudian.
Jack langsung berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Michelle.
"Tuan,"
Tuan Wilson menahan istrinya agar tidak bertindak gegabah, walau ia tahu kekhawatiran yang sedang dirasakan wanita itu.
"Aku tahu, itu karena aku tidak menjadikan mu salah satu wanitaku seperti mereka, bukan?" ucap Jack tepat di depan wajah Michelle.
"Brengsek!"
Jack menangkap tangan Michelle yang hendak menamparnya. Sudut bibirnya tersungging, senang karena telah berhasil mempermainkan gadis itu.
"Enyahlah. Kehadiranmu tidak diterima lagi di kediaman ini," usir gadis itu menarik kasar tangannya dari cengkraman Jack.
"Apa ini berarti kau menolak Jackson Lee?" tanya Jack menatap sinis.
"Tentu saja, silakan pergi."
"Hahaha ... aku tidak menyangka putri dari keluarga Wilson sangat berani menolak seorang Jackson Lee."
Tuan Wilson dan nyonya Rose terdiam membeku mendengar gelak tawa Jack. Pria angkuh dan gila itu pasti akan melakukan apapun bila keinginannya sampai ditolak.
"Kau pasti akan menyesal karena telah menolak ku, Nona," ancam Jack dengan nada lirih.
Gadis di hadapannya tidak gentar sama sekali. Untuk apa ia harus takut dengan seorang psikopat seks seperti Jackson.
"Tidak akan. Enyahlah!" usir Michelle dengan berani.
Jack tersenyum mendengarnya. Sungguh gadis yang menarik untuknya.
"Baiklah, aku akan pergi. Tapi, keluarga kalian harus ingat bagaimana dulu keluarga Lee telah banyak membantu keluarga Wilson. Tanpa keluarga Lee, Wilson tidak akan ada apa-apanya seperti sekarang ini. Kalian tahu cara berbalas budi, 'kan?" ucap Jack menatap tuan Wilson yang masih terduduk takut bersama istrinya.
"Satu lagi, Tuan Wilson. Kuharap, kau bisa membujuk putrimu ini." Jack melirik Michelle sekilas, "Jika tidak ... yah, Anda tahu sendiri lah," tambahnya diakhiri sebuah senyuman yang sulit diartikan. Setelah itu, ia melangkah pergi meninggalkan kediaman Wilson.
"Kenapa kalian selalu berurusan dengan orang itu?" ujar Michelle kesal.
"Michelle," sahut Rose menatap tajam putrinya karena telah menyinggung Jack dan menyebabkan masalah baru untuk keluarganya.
"Cih, menyebalkan!"
Michelle langsung pergi menuju kembali ke kamarnya di lantai atas. Kesal dan kecewa, itulah yang ia rasakan pada kedua orang tuanya sekarang.
"Sudahlah. Kita jelaskan saja nanti padanya agar mengerti," ujar tuan Wilson pada istrinya.
"Aku hanya tidak ingin jika Michelle mendapat masalah dengan pria itu," sahut Rose sedih.
"Tenang saja." Tuan Wilson mengusap punggung Rose untuk menenangkan nya.