/0/4250/coverbig.jpg?v=bd80b68db39619ff5af5930c4ad98bd9)
Menjadi seorang dokter adalah cita-cita yang telah lama Marsha impikan sejak duduk di bangku SMA. Berbagai upaya telah ia lakukan untuk bisa mendapatkan beasiswa kedokteran di luar negeri. Dengan bantuan teman-teman dan orang terkasihnya, Marsha perlahan bisa segera mewujudkan impiannya. Marsha pun rela menghabiskan waktunya hanya sekadar untuk belajar, belajar, dan belajar. Namun, tiba-tiba cita-cita yang telah ia impikan hancur hanya dalam sekejap. Marsha hamil. Semua ini adalah akibat dari kecerobohannya dengan seseorang. Bagaimana Marsha akan mengungkapkan rahasia terbesarnya kepada semua orang? Apa yang akan ia lakukan untuk menghadapi kehidupan selanjutnya yang telah lama menunggunya?
Waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya telah tiba. Seleksi beasiswa ke luar negeri akan dilaksanakan besok pagi di gedung Ganesha di kota Jakarta. Banyak murid dari lulusan SMA dan SMK bahkan dari kalangan mahasiswa akan mengikuti seleksi ini. Mereka yang lolos pada tahap bahasa asing telah bersaing dengan ratusan ribu orang untuk mendapatkan kursi ekslusif yang semakin dekat dengan berbagai universitas di luar negeri.
Marsha Zachira, perempuan yang baru saja lulus dari SMA tahun ini ikut menjadi salah satu dari beberapa orang yang beruntung karena telah berhasil lolos pada tahap bahasa asing. Ia sudah mempersiapkan dengan matang sejak SMA untuk mendapatkan beasiswa kedokteran di luar negeri. Berbagai usaha telah ia lakukan untuk bisa lolos pada tahap bahasa asing ini. Kini Marsha hanya tinggal mengerahkan semua usaha yang telah ia dapatkan untuk bisa lolos pada tahap akhir.
Hari ini kegiatan yang dilakukan oleh Marsha sebelum besok menghadapi ujian adalah me-review semua materi yang ada di bukunya. Berbagai macam buku sudah tergeletak di atas mejanya sejak pagi hari. Marsha mulai membaca satu per satu buku yang ada di hadapannya dari pagi hingga sore hari dan hanya tinggal tersisa dua buku lagi yang belum ia baca ulang. Sebelum mulai membaca bukunya lagi, Marsha beranjak ke dapur untuk menyiapkan kopi yang akan menemaninya ketika sedang membaca. Namun, saat mencari kopi di rak, ia tidak menemukan satu bungkus pun kopi di sana. Marsha kemudian memutuskan untuk pergi ke minimarket yang berada tidak jauh dari apartemennya.
Sejak berada di kelas 12 SMA, Marsha mulai hidup sendiri di apartemennya. Orangtuanya memberikan kebebasan untuk memilih tinggal sendiri demi melatih kemandirian anak semata wayangnya. Marsha pun memilih untuk tinggal di apartemen yang jaraknya tidak jauh dari sekolahnya saat SMA. Kini, ia pun sudah terbiasa untuk melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orangtuanya.
Setelah selesai membeli kopi dan perlengkapan lainnya di minimarket, Marsha bergegas kembali menuju apartemennya. Hari sudah mulai gelap dan banyak orang berlalu-lalang di jalanan. Marsha kemudian menekan angka sebagai sandi yang ada di pintu masuk ke dalam apartemennya. Ia segera masuk ke dalam dan beranjak ke dapur untuk menyeduh kopinya.
Marsha kembali duduk ke bangkunya untuk melanjutkan membaca buku yang hanya tersisa dua buku lagi. Ia perlahan meniup lalu menyeruput kopi yang masih panas. Beberapa detik kemudian, perutnya mulai mengeluarkan suara layaknya orang kelaparan. Akan tetapi, baru satu jam yang lalu Marsha makan. Ia kemudian merasakan mual yang berasal dari perutnya. Marsha segera menuju ke dapur untuk mengambil air putih. Tubuhnya kini berkeringat dan Marsha mulai merasakan pusing di kepalanya.
Ia segera mencari obat masuk angin di lemari karena Marsha pikir ia baru saja terkena masuk angin setelah pergi ke minimarket tanpa menggunakan jaket. Setelah meminum obat, perut Marsha justru lebih terasa mual. Ia beranjak ke wastafel untuk memuntahkannya tetapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Marsha kemudian segera mencari ponselnya untuk menelpon seseorang dan hanya satu orang yang terlintas di benaknya. Namun, sudah hampir lima kali panggilannya tidak diangkat oleh orang tersebut. Ia panik tetapi ia tetap berusaha menjernihkan pikirannya.
"Nggak mungkin aku hamil, nggak mungkin," ucapnya bermonolog sendiri. Marsha berusaha untuk mengingat kejadian yang pernah ia alaminya dengan seseorang.
"Aku yakin waktu itu dia pakai pengaman. Nggak, nggak mungkin aku hamil." Perlahan air mata Marsha mulai jatuh.
Untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak hamil, ia bergegas menuju ke apotek terdekat untuk membeli test-pack. Marsha yakin bahwa ia tidak mungkin hamil hanya karena kecerobohannya dengan seseorang. Segera setelah membeli barang tersebut, Marsha pergi ke toilet untuk mengecek kehamilan dengan menggunakan urinenya. Beberapa saat kemudian hasil yang ada di test-pack langsung keluar. Di dalam test-pack terlihat jelas menunjukkan dua garis yang artinya Marsha positif hamil.
Marsha langsung menangis dalam diam dan menyesali perbuatan hina yang telah dilakukan dengan seseorang itu. Hatinya hancur berkeping-keping. Mimpi yang sudah ia idamkan sejak SMA tidak akan pernah bisa terwujud lagi. Ini semua adalah akibat dari kecerobohannya.
Marsha mencoba untuk menelpon orang itu sekali lagi. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada satupun panggilan yang diangkat olehnya. Bahkan Marsha mencoba untuk memberikan pesan lewat whatsapp tetapi hanya berakhir dengan tanda centang. Marsha kemudian menelpon kerabat dekat yang kenal dengan orang tersebut dan menanyakan di mana keberadaannya sekarang. Akan tetapi, kerabat dekatnya pun tidak mengetahui di mana ia berada. Kerabat dekatnya bahkan sudah tidak bertemu dengan orang tersebut hampir satu minggu dan ia juga tidak memberikan kabar kepadanya.
Marsha benar-benar merasa hina. Ia malu atas apa yang telah diperbuat bersama orang itu. Apa yang harus Marsha katakan kepada orangtua dan teman-temannya? Ia tidak mau dicap sebagai anak nakal dan tidak tahu diri. Bahkan orang yang telah menghamilinya tidak menjawab telepon dan pesannya. Apakah ia kabur? Tidak mungkin. Marsha yakin bahwa ia adalah orang yang sangat baik dan bertanggung jawab. Akan tetapi, mengapa ia tidak menjawab satu panggilan pun dari Marsha?
Buku yang tadinya menumpuk di meja belajarnya saat ini sudah berserakan di lantai. Mug kaca yang berisi kopi pun sudah terpecah belah dan berceceran di lantai karena Marsha membantingnya. Ia meluapkan semua amarahnya kepada benda yang ada di sekitarnya. Marsha merasa sangat bingung dan marah. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana dengan ujian seleksi besok? Ia tidak mau semua usahanya sia-sia. Namun, Marsha juga merasa sangat malu dan hina jika besok ia berangkat mengikuti ujian. Ia merasa menjadi perempuan paling kotor di dunia. Marsha bahkan merasa sangat malu jika nantinya bertemu orang-orang asing di luar sana. Apakah mereka akan merasa jijik dengannya?
Tiba-tiba terlintas satu orang di benak Marsha. Ia pikir hanya orang itu yang akan membantunya di saat seperti ini. Tidak, bukan orangtuanya, bukan juga teman-temannya. Marsha yakin orang itu akan tutup mulut rapat-rapat setelah mendengar apa yang telah terjadi kepadanya. Ia segera mengambil ponselnya dan menekan nomor telepon orang tersebut.
Beberapa menit kemudian orang itu mengangkat panggilan dari Marsha setelah beberapa kali panggilannya tidak diangkat, "Hey, maaf baru mengangkat. Ada apa?" tanya orang itu di seberang sana.
"I need your help, right now."
Suasana bandara Soekarno-Hatta saat ini sangat ramai karena adanya libur pertengahan tahun. Sudah satu minggu sejak kejadian pahit yang dialami oleh Marsha berlalu. Kini ia berada di antara orang-orang yang sedang mengantre di boarding pass. Ya, Marsha memutuskan untuk pergi meninggalkan Indonesia dan merelakan kesempatan emasnya yaitu beasiswa ke luar negeri. Dengan bantuan seseorang, akhirnya Marsha memutuskan untuk memulai hidup baru entah di mana dan tidak ada yang tahu ke mana ia pergi termasuk orangtua dan teman-temannya, bahkan orang yang telah menghamilinya sekali pun.
Seseorang tiba-tiba datang menghampiri Marsha dan segera mengajaknya menuju pesawat setelah melewati proses di boarding pass.
"Are you sure about this?" tanya orang itu.
"Even this is the wrong choice, I want to leave this country as soon as possible."
Dipecat dari perusahaan dan diputuskan oleh kekasih secara tiba-tiba tanpa membuat hidup Clara menjadi berantakan. Untuk menghilangkan stress pada dirinya, Clara mendatangi sebuah party yang diadakan oleh teman masa kuliahnya. Wanita itu kehilangan akal sehat dengan meminum banyak alkohol hingga tak sadarkan diri. Untung saja terdapat seorang pria bernama Arkan yang menolong Clara. Pria itu membantu Clara untuk mengantar sampai di apartemennya tanpa Clara sadari. Arkan adalah seorang CEO tampan dan kaya raya serta lajang dengan perusahaannya yang cukup terkenal. Arkan lantas membantu Clara dengan menjadikan Clara sebagai salah satu karyawan di perusahaannya. Satu minggu kemudian, Arkan tiba-tiba mendatangi apartemen Clara dan mengajaknya untuk melakukan pernikahan kontrak. Mereka pun akhirnya melangsungkan pernikahan tiga hari kemudian. Clara yang awalnya mengira bahwa menikah dengan Arkan adalah pilihan yang tepat ternyata salah besar karena masalah mulai masuk ke dalam hidupnya secara berturut-turut. Clara jatuh bangun menghadapi setiap masalah yang datang dalam menjalani kehidupan barunya sebagai seorang istri. Seorang CEO yang kini sudah menjadi suaminya ternyata menyimpan rahasia besar dan mempunyai kenangan masa lalu yang begitu mengejutkan. Apakah Clara dan Arkan akan berhasil dalam menjalani kehidupan pernikahan kontrak ketika masalah terus berdatangan?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Sejak kecil Naura tinggal bersama dengan asisten Ayahnya bernama Gilbert Louise Tom, membuat Naura sedari balita sudah memanggilnya "Dady". Naura terus menempel pada laki-laki yang menyandang gelar duda tampan dan kekar berusia 40 tahun. Diusianya yang semakin matang laki-laki itu justru terlihat begitu menggoda bagi Naura.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."