/0/4712/coverbig.jpg?v=0f31f20ff0f6484a91bcd49b50fe7b75)
Siti Maemunah menikah karena dijodohkan oleh Pamannya, tetapi setelah akad nikah selesai, ia lari meninggalkan suaminya. Maemunah mengira takan bisa bertemu lagi dengan suaminya hingga setelah setahun berlalu, ia kembali bertemu dengan Alga.
Siti Maemunah menikah karena dijodohkan oleh Pamannya, tetapi setelah akad nikah selesai, ia lari meninggalkan suaminya. Maemunah mengira takan bisa bertemu lagi dengan suaminya hingga setelah setahun berlalu, ia kembali bertemu dengan Alga.
Alga menatap foto seorang perempuan cantik di tangannya, kemudian mengelus gambar itu untuk beberapa saat, dan ingatannya melayang pada kejadian hampir setahun silam.
"Sah ...!" ucap saksi yang hadir saat Alga selesai mengucap ijab qobul dihadapan penghulu. Dia menghembuskan napas beratnya, dan sebuah tepukan hangat dipundaknya, membuat Alga berpaling. Lelaki itu melihat senyum bahagia terukir di wajah ayahnya yang sudah mendampinginya dihari bahagianya ini.
"Bahagia--"
Benarkah ini hari bahagia? hati kecil Alga ingin berteriak. Nyatanya dia tak pernah menginginkan menikah secepat ini, disaat dia sebenarnya telah memiliki kekasih terlebih dengan perempuan asing yang belum dikenalnya.
Alga mengedarkan pandangan, mencari sosok perempuan yang sudah dinikahinya. Tapi dia tak menemukan perempuan itu. Pelaminan sederhana yang ada di rumah ini kosong ... bahkan sejak dia dan rombongan keluarganya baru datang ke rumah ini.
"Maaf ... Maemunahnya masih di kamar, belum selesai dirias, sebentar lagi dia akan datang kalo sudah selesai," bisik lelaki paruh baya yang Alga kenal sebagai Paman istrinya tersebut.
Tapi hingga waktu berlalu, dan penghulu sudah beranjak pulang, perempuan yang bernama Siti Maemunah itu belum juga menampakkan dirinya.
"Bagaimana Pak Arman--? mempelai perempuanya sudah siap? ini sudah saatnya mau foto-foto," bisik seorang fotografer yang sudah diundang untuk mengabadikan momen pernikahan hari ini. Lelaki bernama Arman itu tampak gelisah. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran.
"Maaf semuanya. Sebentar saya lihat dulu ke dalam," ujarnya sambil berlalu. Dia membungkuk kecil pada Alga dan keluarga menantunya itu.
"Apa yang terjadi, Pah?" tanya Ela, Ibu Alga yang dijawab dengan gelengan, Alga hanya mengamati keadaan disekelilingnya tak mengerti. Situasi tampak normal, masih banyak tamu-tamu yang berdatangan ke tempat ini, hanya saja pelaminan yang seharusnya menjadi tempatnya duduk masih sepi, dia pun enggan berpindah duduk dari tempatnya sekarang ke tempat yang dipenuhi hiasan bunga-bunga tersebut.
Ayah Alga tampak melihat ke arah jam tangannya. Pak Arman belum juga keluar sejak pamit ke dalam tadi.
"Bagaimana ini?" Ibu Alga mulai khawatir, dan dari arah pintu besar yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang tengah, tampak beberapa orang mondar mandir dengan langkah langkah cepat.
"Sesuatu telah terjadi," gumam Alga melihat keadaan itu.
"Jangan-jangan istrimu kabur, Mas," celetuk Dian, adiknya dengan senyum miring.
"Huss." Ibu Alga buru-buru mencubit lengan putrinya yang memang duduk di sampingnya.
"Jangan bicara yang enggak-enggak, jangan dulu berprasangka," ucap Ibu Ela lagi. Dian hanya tertawa kecil.
"Mau taruhan, Bu? "
"Sudah-sudah ... kita tunggu saja kedatangan Pa Arman." Akhirnya Pa Handoko melerai putri dan istrinya.
Alga hanya dapat termenung, meski berusaha mengabaikan kata-kata Dian, tapi entah mengapa hal itu terus mengganggu dirinya hingga membuat jantungnya berdetak cepat. Mungkinkah dugaan adiknya benar? Istri yang baru dinikahinya telah kabur?
Kalau memang itu benar, harusnya dia lega bukan? dia tak harus hidup berada dalam satu atap dengan perempuan yang tak dikenalnya itu? dia bisa terus melanjutkan hubungannya dengan Hani, perempuan rupawan yang telah dipacarinya selama 3 tahun.
Hani ... kekasihnya itu tengah menempuh pendidikan S2 nya di luar negri, selama dua bulan belakangan Alga hampir melupakan sosok yang menjadi penghuni hatinya itu karena perjodohan yang digagas Ayahnya dengan Pa Arman. Alga bahkan tak memberitahukan rencana pernikahannya karna takut membuat Hani terluka dan mengganggu kegiatan studinya.
"Mas, lihat tuh Pa Arman ... wajahnya pucat ... 100 % aku yakin istrimu itu kabur." Dian mencolek lengan Alga.
Pak Arman terlihat tergopoh gopoh mendatangi tempat rombongan keluarga menantunya duduk.
"Apa yang terjadi, Pak ...?" tanya Pak Handoko menyambut kedatangan Pa Arman.
"Maafkan saya, Pa."
"Katakan saja, ada apa ... gak usah takut ... saya akan menerimanya dengan lapang dada ...," ujar Pa Handoko bijak. Pa Arman tertunduk. Dian tampak akan bersuara tapi Pa Handoko buru-buru menggeleng.
"Maafkan saya yang tak becus mengurus keponakan saya, Pa. Siti Maemunah telah pergi ... saya sudah menyuruh beberapa orang untuk mencarinya karna dia kemungkinan belum jauh ... kalau sudah ada kabar, saya sendiri yang akan mengantarnya ke tempat Bapak," ujar Pa Arman lirih.
Dian tersenyum menang, dugaannya benar.
"Maafkan saya, Pak ... saya benar-benar malu. Maemunah tidak menunjukkan gelagat aneh saat menanda tangani buku nikah sesaat sebelum akad, dia tampak baik-baik saja," ujar Pa Arman lirih.
"Kita tunggu saja sampai dia ketemu, Pa. Setelah itu kita akan putuskan kelanjutan status pernikahan ini," putus Pa Handoko.
"Seharusnya kita dengarkan keputusan Mas Alga, Pah?" ucap Dian melihat kakaknya hanya diam.
"Alga ... apa yang kamu pikirkan ... apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya Pa Handoko akhirnya.
"Seperti kata Papah ... kita tunggu saja ...," gumam Alga. Mendadak hatinya menjadi sesak. Baru kali ini dia merasakan kekecewaan yang luar biasa. Bukan ... bukan karna dia mulai menerima Siti Maemunah sebagai istrinya. tapi dia merasa perempuan itu sudah menginjak injak harga dirinya, seharusnya perempuan itu menolak perjodohan ini sejak awal, maka pernikahan ini gak akan terjadi, dan Ayahnya pasti gak akan memaksanya jika Siti Maemunah yang menolaknya. Tapi perempuan itu memilih jalan seperti ini, jalan yang membuat Alga terperangkap dalam status baru yaitu menjadi seorang suami.
"Sekali lagi maafkan saya, Pak." Pa Arman masih tertunduk di hadapan Pak Handoko.
"Sudah ... sudah ... gak papa." Pak Handoko mengelus elus punggung Pak Arman, sesuatu yang membuat Alga muak. Yah ... dia harus menemukan Maemunah, dan membalas perbuatan perempuan itu. Harus..
"Pak...."
"Tok ... tok ... tok."
"Pak Alga ..."
Alga terkesiap dari lamunannya, buru-buru dia memasukan foto istrinya ke dalam dompet dan berpaling ke arah pintu. Tampak sekretarisnya, Lina sudah berada dipintu kantornya.
"Maaf, Pak .. ada Ibu Hani di depan ... saya sudah bilang Bapak sedang sibuk, tapi dia memaksa."
"Suruh dia pergi, terserah bagaimana caranya, saya sedang banyak pikiran dan tak memiliki mood bagus buat trima tamu siapapun, Lin," ucap Alga.
"Baik, Pak ..." Lina menutup pintu Kantor bosnya tersebut, tapi belum sempat pintu tertutup rapat, seorang perempuan muda tiba-tiba menyeruak masuk.
"Sayang ... aku rindu ..." Perempuan itu memeluk Alga tanpa sempat mengelak. Lina yang melihat hal itu buru-buru menutup pintu dan berlalu mengerjakan tugasnya, dia tak mau mencampuri urusan Bos nya tersebut.
"Kenapa menolak ku?" ucap Hani merajuk.
"Maaf.. aku sedang banyak pekerjaan ... aku sudah bilang ditelpon kemarin akan mengunjungimu malem ini ... jadi kamu gak perlu datang kemari," ucap Alga datar.
"kamu tau kan kalo aku di indonesia cuma sebentar, jadi harusnya kita bisa memanfaatkan waktu dengan baik ... kamu bahkan ga menjemputku di Bandara. "
"Aku sedang mengerjakan proyek besar ... maaf ya ...."
"Oke aku maafkan ... tapi temani aku makan siang ya ... ini sudah jam dua belas, yuk." Hani menarik lengan Alga, membuat lelaki itu akhirnya mengikuti langkah kekasihnya.
"Ada restoran baru buka ... kata temanku menunya enak-enak, kita kesana ya ... tempatnya deket sini kok. Aku sudah reservasi"
Alga hanya diam mendengarkan ocehan Hani yang menceritakan banyak hal tentang studinya dan hidupnya di negri orang ... hingga perjalanan mereka menuju restoran yang di pesan perempuan itu akhirnya sampai.
Mereka langsung menuju tempat reservasi ... dan saat Hani sedang memesan menu, netra Alga menangkap sosok semampai yang mengenakan seragam restoran, tampak membawa makanan pesanan tamu ... jantungnya berdetak dengan cepat. Dia adalah Maemunah, istrinya yang telah kabur setahun yang lalu.
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
21+ Alena Adriani Quensyah, harus menerima kenyataan pahit, ketika hidupnya hancur dalam semalam. Bayangan akan masa lalunya pun tidak pernah hilang dalam benaknya. Lagi-lagi Alena harus mengetahui kedua orang tua nya yang pergi begitu saja dan menjadikan nya sebagai jaminan pada seorang Mafia, membuat hidup Alena seperti didalam penjara. Akankah Alena bisa bertemu dengan orang tuanya kembali? Dan apa penyebab mereka meninggalkannya?
© 2018-now Bakisah
TOP