/0/4834/coverbig.jpg?v=ea023a6c3cff82c4cf4ec68fa3812dee)
Jessy dan Rava adalah dua orang yang sangat bertolak belakang. Jika orang lain menjadi sepasang kekasih karena banyaknya kecocokan diantara mereka berdua, tapi tidak dengan Jessy dan Rava. Mereka menjadi sepasang kekasih hanya karena sebuah permainan truth or dare yang dimainkan oleh Jessy dan teman satu komunitasnya-Sukma. Rava yang cepat sekali bawa perasaan alias baper dan Jessy yang suka sekali mengerjai orang bertemu disatu titik di mana mereka terjebak oleh perasaan 'tak enak' dan memaksakan hubungan mereka karena jerat permainan truth or dare tersebut. Hubungan yang dipaksakan membuahkan sebuah perasaan serius diantara keduanya, namun sayang perasaan itu mereka sadari ketika sudah tidak bersama lagi, ketika semua yang mereka bangun dari paksaan terlanjur pupus di tengah jalan. Rasa cinta yang sebenarnya mereka sadari ketika sudah kehilangan satu sama lain dan semuanya sudah terlanjur hancur. Bagaimanakah mereka menangani perasaan mereka masing-masing? Akankah Jessy dan Rava kembali menjalin hubungan yang pernah pupus?
"Kamu ini apa-apaan sih, Shil? Dia melihatku ya karena ramah dan namanya juga dia waitress masa harus seperti patung yang mengantar makanan? Itu adalah tuntutan kerja bagaimana kamu bisa melakukan hal ini sih?" tanya Rava dengan pelan, ia tidak ingin membentak Shilla yang sensitif dan membuat semuanya bertambah hancur.
Sedangkan anggota lain yang sedang melihat drama queen berulah pun hanya bisa merasa kesal di dalam hati. Gadis itu sudah mempermalukan komunitas tersebut dengan tingkah lakunya yang tidak bisa terkontrol, bahkan beberapa dari mereka benar-benar merasa kasihan dengan Rava karena harus mengurus gadis kekanakan seperti Shilla.
"Sepertinya kita harus sewa baby sister khusus untuk bayi besar," ucap Sukma sambil melahap makanannya tanpa merasa berdosa sama sekali. Mendengar itu tentu saja membuat Shilla naik darah, namun ia langsung meredamnya ketika Rava melihatnya dengan tatapan tajam.
Kalau ingin membayangkan sosok Shilla, mungkin akan terlihat seperti gadis-gadis yang tidak tahu sopan santun dan sangat agresif. Istilah anak muda zaman sekarang, Shilla itu adalah cabe-cabean karena Shilla yang dianggap berlebihan dan selalu berusaha menarik perhatian orang di sekitarnya entah untuk memuji atau menganggapnya jagoan.
Sebenarnya Jessy agak menyesal juga karena telah memasukkan orang yang salah ke dalam komunitas mereka yang seharusnya hanya ada fokus jalan-jalan. Namun, seperti kata pepatah bahwa nasi sudah menjadi bubur dan itu pasti sangat menyulitkan mereka.
"Makanlah, dari pada membuat keributan," kata Jessy memperingati dan kembali menyantap makanannya. Rasanya ia malas untuk ikut campur urusan Shilla yang menurut Jessy sangat merepotkan dan memalukan itu.
Akhirnya mereka pun menyantap makanan dengan tenang dan tentu saja dengan omongan karyawan di sana dan pasti menganggap mereka tidak punya sopan santun karena ulah Shilla yang mau enaknyaa sendiri dan mementingkan diri.
Warga Jojga yang terkenal sangat sopan santun dan ramah pasti terkejut karena melihat tingkah pendatang yang seberani itu, pasti mereka berpikir bahwa Shilla adalah orang dalam gangguan jiwa yang masuk ke dalam komunitas. Mereka juga kasihan pada teman-teman yang lainnya pasti sangat tidak nyaman.
"Apa kau ada masalah dengan pelanggan itu?" tanya kasir saat waitress tersebut kembali ke tempatnya. Waitress itu menggeleng cepat bahkan ia tidak tahu mengapa Shilla tiba-tiba saja marah padanya.
"Mungkin dia sakit jiwa,saya berusaha meladeni dengan ramah akan tetapi dia bilang saya fokus pada pacarnya dan menatap pacarnya dengan niat mencari perhatian. Bukankah itu sebuah fitnah? Apakah aku akan mendapatkan sebuah imbalan jika aku mengadukan ini menjadi pencemaran nama baik?" tanya gadis itu kemudian tertawa.
Di tempat duduk itu Shilla masih tampak mengawasi waitress tersebut dengan mata yang terus melotot kepada gadis berseragam itu.
"Susah ya punya cewe sakit jiwa, dibawa ke mana aja jadi gak nyaman." Kali ini Melinda yang mengatakan itu dengan nada sinis, Melinda itu sama seperti Davin yang berwibawa namun jika sudah bersuara pasti membuat orang lain merasa tertegur dengan ucapannya.
Sebenarnya Rava bisa saja menjawab ucapan Melinda itu, tapi sayangnya kali ini Rava merasa apa yang diucapkan Melinda memang benar. Baru saja 2 bulan menjadi kekasih Shilla, tapi ia sudah dibuat emosi dengan tingkah Shilla yang kekanakan seperti itu.
"Rava juga sepertinya enggan untuk menjawab ucapan Melin, dan itu artinya apa yang dikatakan Melin disetujui Rava. Sorry, ya Shil, ternyata Rava juga membenarkan Melin," kata Melinda dengan telak seperti bisa membaca pikiran Rava saat ini yang setuju dengan perkataannya.
Rava masih terdiam dan tidak mengatakan apa pun membuat Shilla merasa terancam, ya dong merasa terancam pasalnya Rava yang selalu membela dirinya tiba-tiba saja diam dan tidak mengelak jika teman-temannya mengolok Shilla.
"Hubby, kamu pasti kesalkan dengan ucapan mereka? Kasih tahu mereka kalau ucapan mereka itu salah dan mereka tidak pantas mengatakan itu pada aku," perintah Shilla yang membuat Rava menghentikan makannya.
"Apa yang dikatakan Melin dan lainnya adalah kebenaran dan aku setuju, tidak ada alasan untuk aku membantah. Aku juga sadar bahwa selama 2 bulan ini aku terlalu berlebihan memberikan kamu perhatian dan mengabaikan semua kenyamanan anggota komunitas aku. Ini balasan kamu mempermalukan aku ke orang lain?" tanya Rava yang merasa kecewa dengan sikap orang yang ia cintai selama ini.
Shilla terdiam, ia tidak menyangka bahwa Rava akan mengatakan hal seperti itu di depan anggota komunitas lainnya. Shilla merasa benar-benar sangat malu dan merasa bahwa Rava sengaja mengatakan hal itu di depan mereka padahal bisa diucapkan baik-baik saat berdua saja.
"Kamu tidak seharusnya mengatakan hal itu di depan mereka, kenapa malah mempermalukan aku seperti ini? Kalau kamu mau putus ya sudah, tapi jangan membuat aku malu seperti ini! Aku punya harga diri, Va!" ucap Shilla yang langsung meninggalkan meja setelah mengatakan hal itu. Sementara Jessy merasa kasihan juga dengan Shilla yang dipermalukan seperti itu oleh Rava.
"Va, lo gak seharusnya mengatakan itu di depan kita semua, lo bisa kan ajak dia ke tempat lain untuk membicarakannya secara pribadi? Shilla emang salah, tapi lo lebih salah karena sebagai laki masa umbar teguran seperti itu!" ucap Jessy yang langsung pergi dari tempat makan tersebut menyusul Shilla.
Shilla itu anak manja dan tidak tahu jalan, Jessy merasa khawatir di kota orang malah membuat Shilla hilang dan mereka juga harus ikut bertanggung jawab kalau sampai itu terjadi.
"Shil! Shilla tunggu!" teriak Jessy yang berlarian ke arah Shilla menghampiri gadis yang sedang menangis itu, ia tahu bahwa Shilla pasti sudah sangat malu dengan teman-temannya yang lain. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa Shilla juga sudah melakukan kesalahan sehingga Rava seperti itu.
"Apa? Kamu pasti mau ketawain aku kan karena gak dibela sama Rava? Kamu tuh picik banget sih!" kata Shilla yang terus menyerocos sampai Jessy bingung menjelaskannya dari mana.
Jessy menghela napasnya pelan, ia tidak ingin emosi dan membuat suasana hati Shilla menjadi lebih tak karuan.
"Shil, apa yang Rava bilang memang tidak mengenakan. Aku tahu pasti kamu sangat malu sekarang untuk melihat anggota komunitas yang lain, tapi kenyataannya kamu harus balik. Kita sudah berjanji pada ibu kamu untuk menjaga kamu selama perjalanan, jadi tolong kamu mengikuti perkataan kita. Kalau kamu marah kamu bisa diam saja tidak perlu berbicara agar suasana tidak menjadi lebih keruh," ucap Jessy membuat Shilla bertambah kesal dengaan gadis itu.
"Aku malu, bagaimana aku bisa diam saja? Aku ingin pulang saja dan memesan taksi dari sini, aku juga akan memberitahu pengurus yang lain bahwa aku akan keluar dari komunitas ini," isak Shilla yang benar-benar terlihat sangat manja sekali.
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"