/0/4857/coverbig.jpg?v=11970576592bbe4ba8fbf39fc9fad297)
Kaila menatap Dwina tidak percaya apalagi dengan kalimatnya yang membuat wajah Kaila semakin bingung. "Tinggalkan Boyke karena kami akan menikah." Kaila menikah dengan lelaki bernama Boyke Dhamara yang seharusnya menjadi kakak iparnya. Tidak pernah terlintas di dalam benak Kaila menikah muda tetapi keinginan semua pihak yang mewajibkan Kaila melakukannya. Kenapa Dwina kembali setelah setahun dia menggantikan posisi Dwina sebagai istri Boyke Dhamara. Bukan keinginan Kaila menjadi istri Boyke tetapi kepergian Dwina yang hanya 1 jam sebelum akad nikah yang membuat Kaila terpaksa memenuhi permintaan kedua keluarga. Lalu apa tujuan Dwina memintanya pergi dan apa yang akan dilakukan oleh Boyke begitu dia tahu kalau kekasihnya yang pernah dia cintai kini kembali?
Kaila Maharani berlari kencang seperti angin. Dia tidak rela usahanya bangun pagi berakhir sia-sia hanya karena sebuah kejadian yang membuatnya terlambat tiba di sekolah, apalagi pada hari pertama di tahun ajaran baru.
"Pak Dayaaaaat...tunggu!" teriak Kaila saat penjaga sekolahnya mulai bergerak menutup pintu gerbang.
Bukan saja penjaga sekolah yang dipanggil Pak Dayat yang terkejut melainkan sebagian siswa dan siswi yang baru saja melewati gerbang sekolah.
"Ya Allah, Neng. Abis sarapan apa-an, sih," tegur Pak Dayat yang terpaksa menunda menutup pintunya.
Berdiri dengan tangan memegang gerbang bagian dalam, Kaila menatap ke atas dengan mata terpejam, mencoba menormalkan tarikan nafas dan degup jantungnya.
Senyum Kaila begitu cerah karena dia sudah berada di dalam lingkungan sekolah.
Wajahnya begitu sumringah pada saat bel berbunyi nyaring.
Dia tidak peduli kalau tas yang dia bawa masih ada di pundaknya. Dan dia juga tidak peduli kalau dia belum mendapatkan kursi tempat dia duduk nanti. Jangankan kursi, kelas-nya ada dimana saja dia belum tahu.
Yang terpenting bagi Kaila adalah dia sudah tahu dia masuk kelas apa.
Bagi sebagian siswa masuk kelas unggulan adalah impian mereka untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi, tetapi tidak dengan Kaila.
Dia bukan pelajar yang selalu giat belajar karena dia adalah siswa dengan sistem kebut semalam.
Kaila tidak tahu mengapa dia harus ditempatkan di kelas tersebut meskipun nilainya sangat lebih dari cukup.
Namun, yang jadi masalah adalah Kaila sudah menyatakan dengan tegas dan jelas di atas kertas kalau dia tidak mau masuk ke kelas tersebut.
Tapi apa daya, namanya sudah ada di sana begitu dia daftar ulang untuk masuk ke kelas 11.
"Kail...cie...cie, yang masuk kelas unggulan udah siap di tepi lapangan," goda Sifa sahabatnya.
"Siap kabur, maksudnya?" cibir Kaila sewot.
"Yakin loe mau kabur?" tanya Cory pelan.
"Bawel. Ngapain aku kabur kalau udah susah payah sampe di sekolah," omel Kaila.
Kenapa kedua teman karibnya bisa mendapatkan kelas yang mereka inginkan sementara dia tidak bisa.
'Kelasnya udah penuh' adalah alasan yang diberikan oleh guru yang berwenang.
Kalau saja Kaila boleh menggugat dia pasti mengatakan kalau kelas unggulan tidak akan menjadi unggul kalau dia pindah.
Boleh narsis dikit, kan? Setidaknya dia bisa mengurangi sakit hatinya karena permintaannya ditolak mentah-mentah.
"Babay, Kaila, kita baris di tempat yang beda, ya," goda Sifa.
"Kacrut!"
"Kaila, kamu bicara apa barusan?"
Suara teguran terdengar dari belakangnya.
Dengan wajah tersenyum lebar tanpa bersalah, Kaila berbalik dan melihat guru nomer satu juteknya ada di depannya.
"Binatang tikus, Bu," jawab Kaila pelan.
"Ini hari pertama wow, seenggaknya jangan dimulai dengan memberikan hukuman," pinta Kaila dalam hati.
"Ya sudah, baris sama teman sekelas kamu, sana!" perintah guru perempuan yang bernama Lasnariah.
"Baik, Bu."
Langkah kaki Kaila membawanya menuju barisan kelas 11.1 yang menjadi kelasnya sekarang.
Wajah dingin dan tidak peduli Kaila temukan saat dia berada di dalam barisan. Kenapa mereka tidak tersenyum? Seenggaknya mereka gak perlu berwajah serius seperti menunggu hukuman seperti itu.
Mereka masuk kelas unggulan bukan berarti masuk ke kamp konsentrasi yang dingin, kan?
Di antara 25 orang siswa kelas unggulan hanya ada 2 orang yang jauh dari kata serius dan mereka adalah Kaila dan Deniz yang menatapnya sambil cengengesan.
Mata Kaila melotot galak karena Deniz tidak bisa diam dan terus memandanginya.
"Kenapa? Kabur aja."
Gerakan mulut Deniz seolah membisikkan kata ajaib yang membuat Kaila tersenyum.
Apakah segala kelakuannya selama setahun sebagai siswi SMA sudah begitu terkenal? Tapi apa pedulinya.
Sudah setengah jam berlalu dan Kaila tidak tahu sampai kapan mereka terus berada di lapangan karena belum ada tanda-tanda segera berakhir sementara matahari semakin terasa menyentuh kulit kepala setiap siswa yang masih berbaris di tengah lapangan, meskipun mereka memakai topi sekolah.
Tidak ada yang menyadari tindakan Kaila pada saat dia bersandar pada siswi yang ada di depannya kecuali Deniz.
"Eh, kenapa kamu?" tanya siswi yang namanya belum dikenal Kaila.
"Maaf, mataku gelap sekali," ucap Kaila mengeluh.
"Kamu mau pingsan? Malu-malu in, tahu," decak siswa yang tubuhnya menjadi sandaran Kaila.
Dengan cepat Deniz memberi isyarat pada siswa yang berjaga dibarisan belakang untuk memberi pertolongan pada Kaila.
Bukan Kaila namanya kalau dia tidak bisa mendapatkan yang dia inginkan.
Dia baru saja berlari sebelum pintu gerbang tertutup dan belum lagi dia cukup istirahat, dia sudah harus berdiri dibawah panas Matahari pagi yang cukup menyengat.
Sehat, tapi kalau dia sendiri tidak kuat, buat apa bertahan hanya untuk dianggap kuat.
Dengan tubuh di papah, Kaila dibawa masuk ke ruang UKS agar dia bisa istirahat dan menormalkan detak jantungnya.
Pura-pura atau tidak, wajah Kaila memang sangat pucat.
Tidak perlu waktu lama membuat ruang UKS bertambah penghuninya setelah Kaila berbaring nyaman setelah menikmati segelas teh manis hangat.
"Woi, curang lu. Kalau mau ke UKS ngajak dong, jangan sendirian aja," tegur Sifa pelan.
"Aku pikir kamu udah jadi anak baik karena masuk kelas unggulan," bisik Cory pelan.
Ya Tuhan...apakah guru dan siswa yang bergabung sebagai anggota PMR gak ada yang curiga melihat mereka bertiga ada di sini?
"Aku memang udah jadi anak baik, makanya gak mau ngajak kalian," sahut Kaila.
"Aku heran kenapa kalian bertiga tidak ada yang memiliki sifat patriot. Tunjukkan kalau kalian siswa yang patuh dan tertib. Kalian gak bosen dicap sebagai siswa mental tahu?"
Teguran dari ketua OSIS terdengar dari pintu.
Almira, ketua OSIS yang masa tugasnya segera berakhir memperhatikan Kaila dengan kedua kawannya dengan mengejek.
"Kau sendiri, ngapain ada di sini. Setahu aku kau bukan anggota PMR," cibir Sifa.
"Aku mengecek keadaan siswa yang ada di UKS," jawab Almira.
"Yakin? Aku tahu hukuman yang diberikan oleh Pak Gun bila ada siswa yang meninggalkan barisan tanpa alasan," kata Cory ikut bicara sementara Kaila, dia lebih memilih memejamkan matanya.
Bukan karena sakit kepala, tetapi dia memang ngantuk berat.
Baru tadi pagi dia dan kakaknya tiba di Jakarta setelah menghabiskan waktu berlibur di rumah neneknya.
"Kaila, kamu baik-baik aja, kan? Kalau memang sakit sebaiknya ijin aja," kata Sifa memberi saran.
Bukan kebiasaan Cory berdiam diri sementara ada orang yang sibuk mencela perbuatannya.
"Gak perlu. Aku cuma perlu istirahat aja sebentar," kata Kaila pelan.
Almira memperhatikan wajah Kaila, benaknya seolah menilai apakah Kaila benar sakit kepala atau seperti biasa, hanya akal-akalan agar tidak ikut upacara seperti biasanya.
"Aku gak tahu kamu serius sakit atau engga. Tapi sebentar lagi upacara selesai dan sudah waktunya kalian masuk ke kelas masing-masing," beritahu Almira.
"Hem, Terima kasih," sahut Sifa dan Cory berbarengan.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Awalnya, Krystal hanya meminta pertolongan pada Kaivan untuk meminjam uang demi mengobati adiknya yang sakit. Namun, semua niat Krystal tidak bisa gratis begitu saja. Ada harga yang harus dibayar. Menjadi istri kedua dari seorang Kaivan Bastian Mahendra adalah syarat utama yang harus Krystal lakukan. Hubungan rumit layaknya sesuatu hal yang tak mungkin, mampukah Krystal bertahan?
21+ (Bijaklah dalam membaca, cerita mengandung adegan hanya untuk usia dewasa dan kekerasan) Arsenio Orlando Lazcano, muda, tampan, berkharisma dan sudah pastinya kaya raya. Tidak ada wanita yang tidak jatuh cinta kepadanya, bahkan dengan suka rela akan memberikan tubuhnya kepada CEO tampan pemilik Lazcano's corps itu. Namun dibalik itu semua ada hal yang di sembunyikan oleh seorang Arsen. Kehidupan gelapnya, yang siapapun tidak akan pernah mengiranya. Membunuh sudah menjadi hal yang biasa bagi seorang Arsen. Sebuah insiden mempertemukannya dengan seorang gadis yang membuat hidupnya berubah. Gadis lugu, polos dan baik hati. Sungguh sangat berbanding terbalik dengannya. Namun itulah yang membuat ia penasaran dan tertarik dengan gadis itu.
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
"Silla, kamu mau 'kan jadi maduku?" Seperti petir yang menyambar di tengah hari, Silla terkejut mendengar permintaan tak terduga dari Elsa–sahabatnya, yang selama ini dianggapnya sebagai saudara. Selembar kertas hasil pemeriksaan dokter menunjukkan jika dia tidak subur, Elsa akhirnya meminta Silla untuk menjadi madunya. Hanya sebentar, hanya sampai Silla berhasil melahirkan keturunan untuk suami Elsa. Awalnya, Silla menolak dengan tegas. Namun, desakan terus menerus membuatnya akhirnya setuju. Lalu, bagaimana jika dirinya terjebak dalam lingkaran pernikahan itu? Apalagi, sedari dulu hingga sekarang, Silla rupanya masih memendam rasa kepada Nathan—suami dari Elsa. Akankah semaunya berjalan semestinya? Atau, Silla justru tak ingin lepas dari Nathan?
Mengandung adegan dewasa 21+ Raisa Anastasya mengalami kematian tragis, tertabrak truk, setelah melabrak tunangannya yang tengah berselingkuh. Bukannya mati dan kembali ke alam baka, Raisa malah masuk ke tubuh perempuan lain yang juga bernama Raisa, seolah semesta memberikan kesempatan kedua padanya. Sembari memanfaatkan paras cantik tubuh barunya, Raisa mulai menjalankan rencananya untuk balas dendam. Tapi tiba-tiba Zefan, direktur perusahaannya yang terkenal punya sifat sangat dingin, menarik Raisa ke salah satu kamar. Di bawah pengaruh alkohol, dia merenggut keperawanan Raisa karena mengira wanita itu adalah Raisanya yang lama. Setelah menghabiskan malam-malam menggairahkan bersama direktur, Raisa selalu terbayang saat mereka melakukan hubungan dan dibuat ketagihan oleh sang direktur, sehingga bimbang untuk melanjutkan balas dendamnya. Bisakah Raisa tetap fokus pada rencana utamanya di saat direktur terus menghantui melalui godaan sentuhan yang begitu menggairahkan? Dan apakah Raisa bisa menemukan benang takdirnya yang sebenarnya? Ngobrol sama author di Instagram dan TikTok @hi.shenaaa ya~