/0/4994/coverbig.jpg?v=fd833f582380d251f57c317924be33f1)
"Gila lu, ngapain ikutin gue? Pergi nggak, gue ceburin ke empang baru tahu rasa!" decak Adrian. "Ampun ... gue cuma ingetin lu doang. Dia makhluk astral, beda ama kite," sanggah Wandi. "Elehh, lu mau merebutnya dari gue, kan? Ngaku nggak lu?" desis Adrian semakin kesal. "Sumpeh, Brow kagak!" Persahabatan bagai kepompong Andrian dan Wandi merenggang lantaran seorang gadis aneh tapi nyata bernama Hesta. Gadis yang terlihat cantik paripurna di mata Adrian namun, menakutkan bagi Wandi. Peristiwa buruk sering terjadi semenjak kehadiran Hesta. Semua berawal dari pohon beringin, yang sempat Adrian dan Wandi sambangi. Ada apa dengan pohon beringin tersebut? Mampukah Wandi menyadarkan Adrian atas cinta konyolnya? Bagaimana kisah sejoli Adrian dan Hesta? Dapatkah mereka bersatu di tengah misteri yang membelenggu keduanya?
Dua anak ABG sedang berkendara sepeda motor sambil berbincang, menyusuri jalan raya Tawangmangu Karang Anyar. Jalan yang setiap hari mereka lewati saat pergi ke sekolah, Adrian dan Wandi.
"Brow, lu tadi denger nggak? Ada suara desahan di rumahku?"
"Kagak, jangan bilang itu bapak ama emak lu? Udah konslet otak lu Wandi."
Citt ... suara bunyi ban sepeda motor mereka berderit. Dua anak laki-laki yang berumur enam belas tahun turun dari sepeda motor dan menuntunnya di bawah pohon beringin yang sangat besar. Terlihat dari raut wajah mereka nampak segar oleh sapuan udara pagi yang masih sejuk. Tempat yang sunyi dan sepi seolah tempat tersebut tidak terjamah, membuat bulu kuduk berdiri. Ada aura mencekam yang tiba-tiba menyeruak membuat kedua pemuda tersebut saling pandang, seram.
"Dingin sekali pagi ini," kata Adrian sambil memegang setir sepeda motor bututnya di tepi jalan raya yang masih sepi. Mereka berhenti di bawah pohon beringin yang sangat besar. Adrian dan Wandi, nama kedua anak itu, yang kemudian melihat sekeliling tampak banyak sekali kotoran burung di tanah. Mata Adrian yang membonceng melotot tangannya menekan hidungnya yang mancung kecoklatan.
"Duduk saja sini, enggak panas! Lagian masih pagi ngapain kita di sini? Kurang kerjaan aja," sahut Wandi yang turun dan duduk di bawah pohon tanpa melihat kondisi tempatnya duduk. Matanya menatap sekeliling yang sepi tanpa seorang pun lewat. Berkali- kali mata sipit itu mengerjap dan tangannya mengusap kepala.
"Woi, lu gak liat tuh ....!" ucap Adrian sambil tangannya menunjuk ke arah tanah di sekitar Wandi yang terlihat banyak kotoran burung yang sudah kering.
"Napa?" tanya Wandi yang masih asyik menyibakkan rambutnya yang keriting sedikit basah. Tangannya mulai menggaris kepalanya berkali-kali merapikan yang ada di atasnya.
"Astaga, nih anak kagak liat yang lu pakai duduk? Wan, Wan, lu jadi anak polos amat ya!" ucap Adrian tanpa melihat ke arah temannya yang masih sibuk dengan sisiran tangan di kepalanya.
Tiba-tiba ... plukk ...
"Pff ... wuekkk ... apa-an nih?"
Wandi tiba-tiba menurunkan tangannya, melihat telapak tangannya dan mencium. Dia meludah dan kepalanya menggeleng kencang dengan mimik wajah mengerut.
"Hahaha ... lu napa? Ada kotoran? Hahaha ... rasain lu, dari tadi gue bilangin kagak denger. Noh, liat atas lu! Ada penghuninya, hahaha ...." Tangan Adrian memegangi perut dan tertawa terpingkal-pingkal. Sementara Wandi dengan wajah masam berdiri berjalan menjauh dari Adrian dan mencari daun yang basah. Setelah menemukan, dengan cepat tangan Wandi yang sudah basah mengusap kepalanya dengan kasar.
"Wuekk ... cuihh ... aduh, gimana nih Yan? Kog kagak ilang baunya? Tolongin guee ....!"
Wandi mendekati Adrian yang masih menertawakan dirinya. Namun naas, Adrian semakin menjauh darinya. Bukan Adrian, jika tidak jahil dengan Wandi temannya yang sudah dianggap sebagai saudara. Mereka selalu bersama-sama hampir setiap saat dari mulai kecil. Teman sepermainan yang sama-sama anak semata wayang. Wandi bertetangga dengan Adrian, mereka kerap menginap di rumah bergantian jika kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah. Wandi anak penakut, dan sering di buli teman-temannya. Berkat Adrian yang pemberani dan kelewat pe-denya, Wandi merasa bisa hidup dengan tenang di samping temannya itu. Meskipun Adrian sering kali menjahilinya, namun dia juga melindungi Wandi jika ada masalah dengan temannya yang lain.
"Napa, mo gue tambahin lagi kotorannya? Hahaha ... Wan, Wan, sonoh! Jangan deketin gue! Awas lu ya!"
Wandi yang mulanya berjalan dengan jarak hanya beberapa meter akhirnya berhenti, dan menatap Adrian dengan mata berair. Mulai akan jatuh, air yang dari tadi menggantung di pelupuk matanya. Sedangkan Adrian dengan santainya melangkah pergi dari tempat itu dan berjalan masuk ke dalam hutan. Dia tidak memperdulikan Wandi yang terus saja menatap kepergiannya dari tempa itu.
Adrian, anak bengal yang selalu bikin ulah di mana-mana. Dia sering membuat kesal Wandi, karena temannya itu sering bertindak konyol dan takut dia tinggalkan. Adrian sendiri tidak pernah merasa terbebani ketika Wandi sering kali membuntuti kemana saja dia pergi. Bahkan Adrian rela mengeluarkan uang demi temannya itu, karena memang ekonomi kedua orang tua Wandi sangat jauh dari kata cukup. Rasa kasihan Adrian meskipun sering dibilang anak bengal oleh banyak teman sekolahnya, tidak membuat Adrian sakit hati, cuek tanpa ingin dipuji oleh siapa pun.
Mata Wandi tiba-tiba membola hendak keluar, melihat Adrian kembali membawa air di dalam kantong plastik. Bibirnya yang hitam tebal merekah dan menapakkan giginya yang putih kusam belum terkena pasta gigi pagi. Tubuhnya yang lebih kecil dari Adrian terduduk di tanah yang masih basah oleh embun. Bahkan mulutnya tidak juga menutup saat temannya sudah berada di sampingnya.
"Mulut lu ditutup napa? Bau tuh, kagak sedap-sedapnya lu Wan," ucap Adrian sambil mengulurkan air yang ada di kantog plastik sambil menutup hidung dengan tangan kanannya.
Bukan menerima air, tapi Wadi mberusaha mendekati Adrian dan memeluk teman sekaligus sahabatnya itu dengan kencang. Hal itu membuat Adrian kaget dan balik mendorong tubuh kecil itu hingga terjatuh ke tanah. Brukk ....
"Aduh."
Wandi memegang pantat dan mengelusnya sambil meringis. Dia sudah terbiasa sengan kelakuan Adrain yang seenak jidatnya. Dengan berani dia peluk temannya untuk mencari sekutu merasakan bau yang sama dengannya. Akibatnya Adrian marah dan berteriak.
"Woii, lu kira gue apa-an? Gay?"
Adrian mengancam akan meninggalkan wandi, meskipun itu hanya dalam cadaan. Dasar Wandi, dia ketakutan saat ucapan itu keluar dari bibir temannya. Membuat Adrian tertawa sambil menepuk jidat.
"Dasar, kapan gue ninggalin elu? Sampai ujung dunia juga lu tetap buntutin gue. Udah cepetan bersihin itu!! Gue dah laper nih, lu mau makan kagak?"
Adrian duduk di atas sepeda motornya menunggu Wandi yang sedang sibuk membersihkan kotoran burung yang terjatuh di kepalanya. Dua orang anak yang terlihat jauh secara fisik. Adrian tampan dan bertubuh kekar, sedangkan Wandi bertubuh kecil dan terlihat kurus seperti kurang makan. Hal ini lah yang sering menjadi bahan cemo'ohan teman-temannya. Dan Adrian selalu di depannya menolong Wandi jika sudah mulai terdesak dibuli oleh temannya.
Beberapa saat Wandi selesai membersihkan kotoran burung, Adrian segera menyalakan sepeda motornya. Sepeda motor Honda CB yang masih bagus dan terlihat terawat. Adrian memang rajin membersihkan dan mengutak- atik sepeda motor kesayangannya itu. Meskipun bisa minta di belikan yang baru dan lebih bergaya, namun tidak dilakukannya. Dia anak yang sederhana tanpa pernah memamerkan kekayaan kedua orang tuanya.
Namun seseorang memanggilnya hingga Adrian mematikan mesin motor itu.
"Hai, kalian!" terdengar suara kakek memanggil. Keduanya melihat sekeliling dan terpaku pada sosok kakek yang muncul dari belakang pohon beringin yang seiring daun-daun berjatuhan, rontok tersapu angin.
"Kakek panggil kami?" tanya Adrian menyenggol Wandi agar meberi isyarat supaya turun dari motornya.
"Siapa lagi yang ada di sini? Mau apa kalian pagi- pagi ribut di tempat ini? Pergi cepat ...!"
Kakek yang saat ini bicara menatap dengan pandangan tajam ke arah Adrian dan Wandi. Tubuhnya yang hanya berbalut kaos putih singlet dan celana kolor selutut, tampak sedikit membungkuk. Tidak ada yang istimewa darinya, hanya suaranya yang terdengar keras membuat dua anak terlihat saling memandang dan bergegas kembali naik ke sepeda motornya.
"I- iya Kek, kami akan pergi. Jangan khawatir!" ucap Adrian sambil mencubit Wandi yang masih terdiam melihat kedatangan kakek yang tiba-tiba itu.
"Awas ya, jangan sampai kalian datang lagi dan buat keributan di tempat ini! Kalian bisa rasakan akibatnya jika bandel!" ucap kakek dan tetap menatap tajam ke arah Adrian dan Wandi.
Akhirnya keduanya kembali naik sepeda motor milik Adrian dan bergegas menancapkan gas dengan cepat pergi dari tempa itu. Hawa pagi yang sangat dingin membuat keduanya menggigil dan saling memeluk di atas sepeda yang melaju kencang menembus jalan raya yang masih sepi.
"Kabur ...!"
Kiara seorang gadis yang baru saja lulus sekolah, harus menjadi istri ketiga dari seorang CEO bernama Andra. Hasrat hidup Kiara yang besar, ingin menjadi gadis yang baik pupus sudah. Beberapa hari menjadi istri Andra membuatnya menahan siksaan gairah yang muncul di dalam dirinya. Andra yang semula hanya menginginkan Kiara mengandung anaknya, kini menuntut lebih kepada gadis itu untuk menjadi istrinya secara utuh. Sementara Mimi, istri pertamanya, tidak terima Kiara menjadi sosok yang disayang oleh Andra. Mimi berusaha memisahkan mereka dengan segala cara, agar keduanya dapat terpisah. Mimi meminta bantuan teman Kiara yang dulu pernah dekat dengan gadis itu. Hasrat di dalam tubuh Kiara yang jarang tersentuh Andra, membuat usaha Mimi semakin lancar. Akankah Andra dan Kiara dapat bersatu? Ataukah akan berpisah selamanya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Tessa Willson dan Leonil Scoth telah menikah hampir dua tahun lamanya. Kesibukan Leo membuat Tessa merasa kesepian. Apa lagi akhir-akhir ini Leo tak pernah membuatnya puas di atas ranjang. Akibatnya Tessa sangat kecewa. Sampai akhirnya Arnold Caldwell datang di kehidupan Tessa dan Leo. Arnold adalah ayah sambung Leo. Arnold datang ke kota New York tadinya untuk urusan bisnis. Namun siapa sangka justru Arnold malah tertarik pada pesona Tessa. Keduanya pun berselingkuh di belakang Leo. Arnold memberikan apa yang tidak Tessa dapatkan dari Leo. Tessa merasakan gairahnya lagi bersama Arnold. Namun di saat Tessa ingin mengakhiri semuanya, dirinya justru malah terjebak dalam permainan licik Arnold. Mampukah Tessa terlepas dari cengkeraman gairah Arnold, dan mempertahankan pernikahannya dengan Leo?
Hidup Odelia seakan mendapatkan kesialan yang bertubi-tubi. Mulai dari perusahaan di mana dia bekerja berada di ambang kebangkrutan. Lalu dicampakan oleh calon suami yang memilih Wanita lebih kaya. Semua benar-benar telah menghacurkan hidup Odelia. Keputusasaan Odelia membuatnya memilih pergi ke klub malam. Namun, sayangnya lagi dan lagi kesialan menghampiri Odelia. Wanita itu mabuk berat hingga berakhir tidur dengan Noah Danzel—CEO dari perusahaan di mana dia bekerja. Lalu bagaimana kisah Odelia dan Noah, ketika mereka sudah terjebak dalam situasi rumit ini? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Sakit hati karena ditinggal pergi oleh kekasihnya, Kayla akhirnya membalaskan dendamnya karena ulah Miranda lah ia dan Bisma harus berpisah. Jason, pria tampan dengan sejuta pesona berhasil terpikat oleh wajah cantik dan seksi Kayla yang melamar kerja sebagai sekretaris pribadinya. Dengan tambahan Kayla akan memuaskan hasrat Jason yang bisa ia lakukan lebih dari Miranda.