Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Cinta Pertamaku, Suami Orang
Cinta Pertamaku, Suami Orang

Cinta Pertamaku, Suami Orang

5.0
115 Bab
15.9K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

“Aku tahu kamu lebih faham bagaimana seharusnya bertindak karena kamu mendapatkan pendidikan di pondok pesantren selama 8 tahun lamanya. Jauhi suamiku!” pinta Rika pada Nisa dengan tatapan tajam. “Aku mengakui bahwa aku salah, akan tetapi suami Mbak Rika terlebih dulu yang mendekatiku dengan intens, sekuat apa pun aku menolak, akan tetapi Mas Dani selalu merayu sehingga akhirnya pertahanan hatiku runruh,” jawab Nisa tak ingin kalah dan tak mau disalahkan. “Tapi Mas Dani tetaplah suamiku, dan kamu bukanlah siapa-siapanya!” Rika menegaskan lagi pada Nisa dengan tatapan sinis penuh kebencian. Nisa kini hanya terdiam saja, ia tahu bahwa memang dia salah karena telah menjalin hubungan terlarang dengan suami orang, akan tetapi dia tetap tidak mau mengalah karena memang Dani sendiri yang menjadikan Nisa jatuh cinta sehingga merasa bahwa Dani perlu bertanggung jawab karena telah membuatnya tergila-gila. Benarkah Nisa akan rela menyakiti hati wanita lain dan tetap melanjutkan hubungan terlarangnya? Sehingga ia melupakan tekadnya untuk tidak menjalin hubungan pacaran dengan lelaki sebelum menikah?

Bab 1 1. Cinta Pertamaku, Cinta Terlarang

“Jauhi suamiku! Aku tahu kamu lebih faham bagaimana seharusnya bertindak, karena kamu mendapatkan pendidikan di pondok pesantren selama 8 tahun lamanya,” pinta Rika pada Nisa dengan tatapan tajam.

Nisa terdiam beberapa detik, wajahnya pias ketika ia dilabrak oleh seorang istri, yang suaminya saat ini dekat dengannya, ia sendiri seolah sedang mencerna, apa yang saat ini terjadi kepadanya adalah benar adanya, nyata, bukan hanya sekadar mimpi buruk semata.

Nisa menghela nafasnya sejenak, mengumpulkan kekuatan sebelum akhirnya ia menjawab ucapan wanita yang ada di hadapannya itu.

“Aku mengakui bahwa aku salah, akan tetapi suami Bu Rika yang terlebih dulu yang mendekatiku dengan intens, sekuat apa pun, aku menolak, akan tetapi Mas Dani selalu merayu sehingga akhirnya pertahanan hatiku runtuh,” jawab Nisa tak ingin kalah dan tak mau disalahkan.

Ah, entahlah Nisa, ke mana akal sehatnya saat ini, sampai ia melupakan untuk tidak menjalin hubungan dengan lelaki sebelum menikah, bahkan kini lebih mirisnya lagi ia malah menjalin hubungan dengan suami orang. Apa hanya karena Dani adalah cinta pertamanya Niaa, maka ia enggan untuk melepaskan?

“Tapi Mas Dani tetaplah suamiku, syah secara agama dan negara, sedangkan kamu bukanlah siapa-siapanya!” Rika menegaskan lagi pada Nisa dengan tatapan sinis penuh kebencian.

Nisa kini hanya terdiam saja, ia tahu bahwa memang dia salah karena telah menjalin hubungan terlarang dengan suami orang, akan tetapi dia tetap tidak mau mengalah karena memang Dani sendiri yang menjadikan Nisa jatuh cinta sehingga merasa bahwa Dani perlu bertanggung jawab karena telah membuatnya tergila-gila.

“Mas Dani melakukan ini bukan hanya kepada kamu saja, tapi sudah sering terjadi pada wanita lainnya pula. Kalimat manis yang seharusnya hanya dilontarkan kepada istrinya seorang, akan tetapi ia malah melontarkannya pula pada wanita lain di luar sana, termasuk kamu!”

DEG

Nisa kini terkejut mendengar penuturan istrinya Dani, Rika, bahwa suaminya itu memang buaya darat. Akan tetapi apa pula tujuan wanita itu membuka kartu Dani di depannya? Nisa kini bertanya-tanya dalam hatinya.

“Meski demikian, aku sangat mencintai Mas Dani, dan aku akan mempertahankan pernikahan kami ini. Maka aku tegaskan sekali lagi kepada kamu untuk menjauhi suamiku!” Rika menegaskan lagi kepada Nisa, lalu setelah itu dia pergi begitu saja meninggalkan Nisa.

Sementara Nisa, kini masih saja mematung di tempatnya tak percaya jika lelaki yang telah meluluhkan hatinya ternyata adalah buaya darat. Nisa pun tak menyangka jika hubungan terlarangnya yang sudah berjalan selama 2 tahun harus berakhir, cinta pertamanya hanya sampai di sini saja.

Nisa meraih ponselnya, ya dia ingin menghubungi Dani, akan tetapi tetap saja, nomor yang dihubunginya sama sekali tidak ada respon sama sekali, bahkan kontak Nisa telah diblokir oleh lelaki tersebut.

“DASAR SIALAN! LELAKI PENGECUT, MALAH KABUR BEGITU SAJA KETIKA SUDAH DIKETAHUI OLEH ISTRINYA. SEHARUSNYA JIKA MEMANG TIDAK PUNYA KEBERANIAN JANGAN PERNAH UNTUK BERMAIN API,” gerutu Nisa bersungut-sungut.

Seketika itu ia merasa kesal yang sudah dipermainkan begitu saja oleh lelaki, ya Nisa hanya dimanfaatkan saja kepolosannya oleh Dani. Meskipun memang hubungan antara dirinya dan Dani hanya sebatas video call saja, akan tetapi tentu saja bagi Nisa yang tak pernah melakukan pacaran sebelumnya, merasa sangat kecewa.

Siapa yang salah sebenarnya dalam khasus ini? Dani yang memang sudah lihai dalam merayu wanita atau memang Nisa yang polos sehingga mudah dibodohi begitu saja?

***

“APA? ISTRINYA PAK DANI NGEDATANGIN KAMU, NIS?” tanya Riri terkejut ketika ia mendengar penuturan dari sahabatnya tersebut.

Nisa hanya menganggukkan kepalanya saja, ujung hijabnya yang panjang menutupi dada tertiup oleh semilir angin pada sore itu, ya Nisa dan Riri kini keduanya sedang menghabiskan waktu di alun-alun kota hanya sekadar untuk curhat.

“Terus Bu Rika ngomong apa saja?” tanya Riri penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Rika, istrinya Dani yang memang juga dikenal oleh Riri, karena jarak antara rumahnya dan rumah Rika hanya sekitar 2 km saja, bahkan Rika sering sekali belanja di warung milik Riri ketika ia menunggu suaminya pulang, karena memang warungnya Riri berada di depan sekolah di mana suaminya mengajar.

“Yaaaa, dia minta untuk menjauh dari Pak Dani,” jawab Nisa enteng pada Riri dengan wajah kusut, akan tetapi bibirnya tidak lagi pucat seperti sebelumya, bahkan semua saran dari Dani dilakukan oleh Nisa, termasuk untuk memoles bibirnya dengan lipstick.

Mungkin hanya satu saja ajakan Dani yang selalu ditolak Nisa, yaitu ajakan keluar bersama. Karena memang untuk keluar dan jalan bareng dengan Dani, Nisa tak cukup berani, sebab bagaimana pun masih ada rasa takut jika dirinya diketahui menjadi orang ketiga.

“Salah kamu sih, Nis. Kan aku udah bilang kalau jangan pernah lagi untuk merespon Pak Dani, akhirnya gini kan kamu jadi cinta sama dia!” cerocos Riri bersungut-sungut menyalahkan Nisa.

Riri adalah sahabat terbaik Nisa yang kini satu sekolah dengannya di tempat mengajar. Meski sebelumnya tak pernah kenal dekat, akan tetapi dengan pertemuan mereka keduanya setiap hari di sekolah menjadikan keduanya semakin akrab dan erat.

“Lho, kok kamu menyalahkan aku sih, Ri? Kan Pak Dani sendiri yang mendekat lebih dulu, aku udah berusaha untuk menjauhinya, akan tetapi dia tetap bersikeras untuk dekat hingga akhirnya aku luluh,” tolak Nisa lagi yang tak ingin disalahkan begitu saja oleh Riri.

“Iya, iya, tapi kan tetap saja kamu juga salah. Dasar sih memang Pak Daninya aja yang genit, udah tahu punya istri, tapi masih aja genit sama cewek polos kayak kamu, Nis,” balas Riri lagi yang kini malah ikut menyalahkan Dani.

Karena memang kesalahan tersebut dilakukan oleh kedua belah pihak, jika Nisa tetap bersikeras untuk mempertahankan hatinya untuk tidak luluh tentu saja Dani pun tidak akan memaksa berulang kali.

Akan tetapi Nisa pun memang tak bisa disalahkan sepenuhnya karena memang dia hanyalah gadis polos yang baru saja keluar dari penjara suci selama enam tahun lamanya hidup dan tumbuh di sana.

Lama tinggal di sebuah pondok pesantren tentu saja tidak akan menjadikan jaminan seseorang akan bersikap baik, karena itu semua bergantung pada hati dan keputusannya masing-masing.

“Lalu kamu sekarang mau bagaimana, Nis?” tanya Riri lagi penasaran dengan kisah cinta sahabatnya itu, ya bisa dikatakan sebagai kisah cinta pertama Anisa.

“Yaaa mau gak mau, meskipun aku sama sekali belum bisa rela untuk melepaskan Pak Dani, tentu saja istrinya lebih berhak, lagi pula lelaki itu pengecut, sekarang malah nomor kontak aku diblokir,” cerocos Nisa lagi pada Riri dengan wajah sebal.

“Udahlah, Nis! Yakin saja, nanti Allah akan menggantikan Pak Dani dengan lelaki yang memang sungguh benar baik dan bukan suami orang lagi.” Riri menenangkan hatinya Anisa yang saat ini rapuh dan patah karena lelaki.

Nisa masih terdiam, tak mampu lagi untuk mengatakan apa pun pada Riri, ya kini ia pasrah pada keadaan.

“Lagi pula memangnya kamu mau jadi istri kedua, hah? Menyakiti hati wanita lain, memangnya kamu mau? Kayak gak ada cowok lain lagi aja di dunia ini! Coba kalau posisinya di balik, kamu yang jadi Bu Rika bagaimana, hah?” tanya Riri lagi pada Nisa yang kini mulai menegakkan kepalanya dan menatap penuh tanda tanya besar pada sahabatnya itu.

DEG

Nisa kini hanya terpaku saja, wajahnya pias, karena serasa ditusuk-tusuk oleh pedang atas ucapan Riri yang memang memojokkan dirinya itu.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY