Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Pria Bajingan Itu Ayah Anakku
Pria Bajingan Itu Ayah Anakku

Pria Bajingan Itu Ayah Anakku

5.0
122 Bab
114.4K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Kematian Yani yang merupakan sahabat karib sejak SD, membuat kehidupan Ninda berubah drastis. Yani membuat sebuah surat wasiat yang mengatakan kalau dirinya yang akan menjadi wali sekaligus ibu dari anaknya itu yang bernama Leon. Ninda tidak bisa menolak karena ini permintaan terakhir dari sahabatnya. Semenjak itu juga kehidupan Ninda berbeda, ia benar-benar akan mengurus anak laki-laki berusia 4 tahun selama dirinya hidup. Ninda sama sekali tidak masalah merawat Leon hingga besar nanti. Ninda bekerja keras, bekerja sebagai selebgram untuk menghasilkan uang yang banyak untuk masa depan Leon. Tapi disaat itu juga, tiba-tiba saja muncul sesosok pria tampan rupawan, tinggi dan tubuhnya begitu bugar, datang ke rumahnya. Awalnya Ninda tidak menyadari siapa pria itu, hingga akhirnya Ninda sadar setelah mengingatkan-ngingat raut wajah pria tersebut. "Papah kandung Leon," ucap Ninda didalam hati. "Saya ingin anak saya." "Anak siapa yang kau cari?" "Anak saya dengan Yani." "Maaf anda salah alamat." "Dimana anak saya!!" "Pergilah orang asing atau saya akan melaporkan anda ke polisi!!" tegas Ninda. "Jangan membuat saya melakukan hal kasar kepada anda!!" "Dia anak saya, bukan anak anda," ucap Ninda. "Apa kita perlu tes DNA?" Apa yang akan Ninda lakukan karena dirinya sudah berjanji akan menjaga dan merawat Leon sampai besar. Kedatangan Ayah kandungan Leon tiba-tiba membuat pikiran Ninda semakin kacau. Apa yang akan Ninda lakukan setelah pertemuan pertama dengan Papah kandung Leon yang Ninda ketahui bernama Fino Vasikal Gantara, orang berpengaruh di negara ini

Bab 1 Bertahanlah SahabatKu

Ninda selalu berada di sisi sahabat baiknya ini yang bernama Yani. Sahabatnya sedang berusaha untuk melawan kanker getah bening ini selama 2 tahun. Sahabat karibnya yang mana sudah seperti saudara kandungnya sendiri. Harus berjuang melawan kanker ini dan terus berada di rumah sakit.

"Ninda," ucap Yani dengan suara yang parau.

"Iya?" jawab Ninda seraya mengupas apel yang ada di genggaman tangan dirinya ini.

"Maafkan aku."

"Behenti mengatakan kalimat itu," sahut Ninda yang masih sibuk mengusap apel ini.

Hiks.. hiks.

Ninda menoleh ke arah ranjang rumah sakit yang ditempati sama Yani. "Berhentilah menangis, elu membuat gue juga mau menangis."

"Ninda maafkanku yang selalu saja merepotkan dirimu. Bahkan aku benar-benar seperti hama didalam kehidupan kamu." Yani berkata sambil terus saja menangis.

"Berhentilah mengatakan kalimat itu!!" tegas Ninda dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

"Aku selalu menyusahkan kamu dalam segala hal. Bahkan membiayai rumah sakit saja aku tidak mampu. Hiks… hiks kamu juga mengurus putraku sedari masih bayi. Aku benar-benar menyusahkan kamu sekali."

"Kita saudara, jadi sudah sepatutnya saling membantu. Kamu juga sudah sering membantu aku."

"Aku benar-benar minta maaf ya Ninda. Masa muda kamu telah hilang karena harus mengurus Leon, bahkan kamu bekerja untuk membiayai rumah sakit ini dan juga kehidupan Leon. Ini semua karena wanita lemah ini yang selalu sakit-sakitan."

"Berhentilah bicara. Makan sana nih apel. Aku juga tidak mau, kalau Leon melihat kita berdua menangis. Pasti Leon akan sedih."

Ninda menyerahkan apel yang sudah dikupas dan dipotong ke Yani. Sedangkan Yani nerima potongan kecil apel tersebut dan memakannya, tapi dengan kedua matanya yang masih terus menangis.

"Terima kasih Ninda," lirih Yani yang masih sesegukan saat mengatakan kalimat tersebut.

Ninda menatap sahabatnya tersebut. Memberikan pelukan dan mengusap punggung sahabatnya yang sudah seperti saudara kandung bagi dirinya ini.

"Kamu tidak menyusahkan aku sama sekali Yani. Jadi jangan pernah berpikir hal itu lagi. Apa salahnya membantu saudara sendiri, lagian kamu juga dulu sering membantu aku. Oh satu hal lagi, Leon juga anakku. Sudah sepantasnya aku merawat Leon dalam segala. Aku juga tidak kehilangan masa mudaku, malah masa muda aku sangat indah karena ada kau dan Leon si pria tampan."

Yani semakin menangis mendengar ucapan dari Ninda. "Terima kasih terima kasih Ninda. Aku harap kalau di masa depan nanti, kebaikan yang kamu lakukan ini mendapatkan hadiah yang besar dari Tuhan. Aku hanya bisa berdoa saja, agar suatu hari nanti kamu akan bahagia."

"Kita akan bahagia bersama-sama. Bertahanlah sebentar lagi. Bertahan demi Leon, kamu harus optimis kalau kamu bisa sembuh dan bisa kembali ke kehidupan yang normal macam dulu. Setelah itu kita akan melakukan banyak hal bersama-sama. Sungguh menyenangkan sekali tentunya," tutur Ninda dengan senyuman tulus.

Huak…. Huak… hiks.

Ninda dan Yani sontak saja melepaskan pelukan yang terjadi ini disaat mendengar suara yang sudah sangat familiar sekali bagi mereka berdua.

"Ada apa sayang?" tanya Yani lembut seraya menghapus air matanya dengan cepat saat melihat kehadiran anaknya di ruang Vvip rumah sakit ini.

"Mamah dan Bunda kok saling berpelukan. Kenapa ga mengajak aku juga? Leon sedih deh kalau gitu," ucap Leon. Bocah laki-laki yang sudah berumur 4 tahun.

"Anakmu benar-benar pintar bicara sekali. Sangat beda darimu Yani. Aku semakin penasaran siapa Ayah anakmu itu," bisik Ninda kepada Yani dengan suara yang pelan.

Yani tidak menanggapi ucapan dari sahabat karibnya ini. Pandangan matanya fokus menatap ke anaknya. "Kemarilah sayang. Biar Mamah memeluk kamu," ucap Yani.

Leon mendekati Mamahnya yang ada di tempat tidur. Memeluk Mamahnya dengan erat. "Mamah, Bunda ga diajak berpelukan? nanti Bunda nangis kaya Leon tadi."

Ninda adalah orang yang disebut Bunda sama Leon. Kenapa Leon memanggilnya seperti itu karena Ninda sudah merawat Leon dari bayi sampai sekarang, oleh karena itu Ninda mengajukan permohonan kalau Leon bisa memanggil Ninda dengan sebutan Bunda dan Yani dengan senang hati sekali menerima kalau Ninda dipanggil Bunda sama Leon.

"Bunda!!" ucap Leon dengan tinggi.

"Leon, kalau di rumah sakit jangan teriak-teriak ya!" ucap Yani kepada putra kanduangannya ini.

"Iya Mah," jawab Leon seraya tersenyum lebar.

"Leon tidak berteriak Yani. Hanya saja putramu itu terlalu sering lihat aku buat video, yang mana aku bicara harus keras di depan kamera. Makannya Leon macam itu," tutur Ninda.

Yani menganggukan kepalanya mengerti. "Leon," panggil Yani.

"Iya Mamah?" sahut Leon memandang raut wajah ibu kandungnya ini.

"Jangan mengikuti sikap Bundamu itu. Kamu bukan selebgram," tutur Yani.

"Tidak Mamah. Leon selebgram macam Bunda," jawab Leon dengan lantang.

"Tidak Leon!! Kamu bukan selebgram," ujar Ninda cepat mendengar ucapan dari bocahnya tersebut.

"Kenapa?" Leon dengan wajah kesal mendengar bantahan dari kedua Ibunya itu.

"Kamu jangan mengikuti Bunda. Lakukan apa yang benar-benar mau kamu lakukan Leon," tutur Ninda seraya mengusap puncak kepala Leon.

"Aku mau jadi selebgram Bunda," sahut Leon.

"Jangan Nak. Cukup Bunda saja yang jadi selebgram dengan pengikut Instagram dan Tiktok yang banyak. Di balik itu semua ada hatters dengan kata-kata pedes mereka dan terus menghujat Bunda. Cukup Bunda saja yang mengalami hal ini, kamu jangan sampai di hina sama orang lain yang bahkan belum mengenal kita dengan baik," tutur Ninda sambil menatap tulus ke arah Leon yang sudah dirinya anggap anaknya sendiri.

Kedua mata Leon berkedip-kedip mendengar ucapan Bundanya yang sama sekali tidak dipahami sama Leon.

"Bunda, aku ga paham ucapan Bunda," ucap Leon dengan polosnya.

"Kamu akan mengerti ucapan Bunda kamu seiring berjalannya waktu," tutur Yani seraya mengusap kedua mungil anaknya ini.

"Jangan buru-buru besar ya Leon karena jadi orang dewasa tidak terlalu menyenangkan, tapi ada kalanya senang," ujar Ninda.

"Leon ga mau jadi orang dewasa Bunda. Aku mau jadi anak kecil terus biar di sayang sama Mamah dan Bunda," ucap Leon dengan suara yang lantang disaat mengatakan kalimat itu.

"Anak pintar," jawab Ninda.

Setelah mengatakan kalimat itu. Ninda pergi ke arah sofa seraya membuka laptop yang sudah Ninda bawa sedari tadi.

Yani melihat Ninda yang membuka laptop, itu tandanya kalau wanita itu akan mengedit video yang sudah dibuatnya tersebut. Lalu menguplodnya di media sosial yang dimiliki sama Ninda.

Yani kembali menatap putra kandungnya yang masih ada di dalam pelukan dirinya ini. "Leon pintar dan tampan. Kalau sudah besar nanti jaga Bunda kamu dengan baik ya."

"Iya Mamah," jawab Leon seraya menatap raut wajah Mamahnya dengan seksama.

"Jaga Bunda kamu dan sayangi Bunda kamu dengan tulus. Bunda Ninda sangat sayang sekali sama Leon, jadi Leon harus sayang juga," tutur Yani seraya mengusap lembut puncak kepala anaknya ini.

"Iya Mamah. Aku akan menjaga Mamah dan Bunda dengan baik sekali!!!" ujar Leon dengan semangat.

Yani menatap putranya dengan dalam-dalam. "Kamu sangat pintar sekali seperti Papah kandung kamu Leon. Padahal umur kamu baru 4 tahun, tapi sudah mengerti banyak hal," ujar batin Yani yang terus menatap putra tersebut.

Pandangan mata Yani beralih melihat ke arah Ninda yang sedang bekerja keras. "Terima Ninda atas segalanya. Maaf sepertinya aku akan meninggalkan dunia ini."

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY