Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Buku Harian TKW
Buku Harian TKW

Buku Harian TKW

5.0
192 Bab
3.9K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Manusia hanya berhak untuk berencana. Sedangkan Tuhan yang menentukan takdir kita. Begitu indah ilustrasi kita tentang sebuah rumah tangga yang hendak kita bangun. Begitu sempurna mimpi kita tentang masa depan yang ingin kita gapai. Namun, kembali lagi kepada kehendak Tuhan. Seperti kisah kali ini, novel yang bertajuk "Buku Harian TKW" ini adalah kisah rumah tangga dari sepasang insan yang memiliki mimpi sederhana untuk kisah mereka. Akan tetapi, takdir Tuhan seakan sedang menguji cinta mereka tanpa henti. ------------------ Marga Rendra Pradhana dan Maya Kurnia Septa, sepasang suami-istri yang saling mencintai. Hubungan yang penuh liku dari drama menjelang pernikahan karena adanya masa lalu Burhan, sang ayah dari Rendra yang berterkaitan dengan kematian seorang gadis desa bernama Lastri, yang ternyata masih sedarah dengan Maya. Perjuangan Rendra dan Maya untuk tetap mempertahankan hubungan mereka tidak berhenti begitu saja. Rendra rela dipukul habis-habisan oleh ayah Maya yang notabene adalah kakak kandung dari Lastri. Acara pernikahan pun tidak seindah yang dibayangkan oleh keduanya. Berbagai kejadian silih berganti seakan menentang hubungan mereka dari awal. Rumah tangga impian pun seelok yang mereka idamkan. Himpitan ekonomi mengguncang rumah tangga mereka. Percekcokan sering terjadi diantara mereka. Hingga suatu hari Maya harus mengambil keputusan untuk pergi merantau menjadi seorang TKW di Negeri Jiran, Malaysia. Ada yang mengatakan pernikahan mereka tidak direstui leluhur, hingga ada pula yang mengatakan itu adalah sumpah serapah yang diucapkan sang kakek buyut. "Jika ada keturunanku ada yang menikah dengan keluarga mereka, maka hubungan mereka tidak akan bertahan lama dan hubungan mereka akan diguncang masalah silih berganti," Mbah Karso. Lantas bagaimana Rendra dan Maya akan tetap teguh memperjuangkan kasih mereka? Apakah Kisah mereka akan berakhir seperti yang pernah Mbah Karso ucapkan? Baca perjalanan kisah cinta Rendra dan Maya di sebuah novel yang berjudul -Buku Harian TKW-

Bab 1 Mimpi Sederhana

"Sayang, tolong bikinin aku kopi susu dong!" seorang pria muda 30 tahun tengah asyik memainkan handphone-nya di depan ruang televisi. Marga Rendra Pradhana, nama yang melekat dalam dirinya.

"Mas, bubuk kopi dan susunya sudah habis dari kemarin," jawab Maya Kurnia Septa, gadis 27 tahun berstatus sebagai istri sah Rendra yang kini tengah berbadan dua.

"Bukannya empat hari lalu kamu habis beli satu renteng?"

"Iya Mas, tapi Mas Rendra minta dibikinin kopi sehari kadang sampai empat kali."

"Ya sudah, kamu beli di toko sebelah gih!"

"Uang belanjaku sudah habis, Mas. Saat ini aku tidak pegang uang sama sekali."

"Sebenarnya apa saja sih yang kamu beli? Masa setiap hari cuma lauk tempe dan tahu doang, kamu aku kasih uang seratus ribu untuk satu Minggu tidak bisa mengaturnya? Kamu bisa mikir nggak jadi istri itu harus pinter-pinter ngatur keuangan rumah tangga. Istri macam apa kamu ini!" Rendra meletakan handphone-nya dan kini berdiri di hadapan Maya yang tengah menundukkan wajahnya.

"Mas, walau lauk tahu dan tempe, minyak goreng dan bumbu tetap beli. Mas Rendra juga tahu sendiri minyak goreng saat ini mencapai dua puluh ribu satu liter. Kamu juga masih ingat jika empat hari lalu membelikanmu satu renteng kopi, harganya delapan belas ribu. Beras, sabun, samphoo, dan token listrik belum terhitung, Mas. Sayur pun sudah aku sanggupi untuk memetik di kebun. Belum lagi kemarin tabung gas habis. Sekarang tega sekali kamu bertanya aku ini istri macam apa? Tega banget kamu, Mas!" air mata datang tanpa diundang membasahi raut wajah Maya.

"Sekarang kamu berani menjawab perkataanku?" Rendra mulai terbakar emosi.

"Aku hanya mengatakan apa adanya, Mas."

"Istri tidak tahu diuntung!" Rendra mendorong tubuh sang istri hingga Maya terjatuh dan mengeram kesakitan.

"Ah, perutku! Perutku sakit sakit sekali, Mas."

"Kamu jangan manja! Aku hanya mendorongmu pelan!" Rendra pergi ke kamar meninggalkan Maya yang sedang kesakitan.

"Mas, ini benar-benar sakit!" Maya memegang perutnya sambil merintih kesakitan.

------------------

Marga Rendra Pradhana adalah salah satu karyawan yang mendapatkan imbas dari adanya pandemi. Tepat tiga bulan yang lalu dia di PHK oleh kantornya karena pengurangan karyawan.

Sedangkan Maya Kurnia Septa dulu sempat bekerja sebagai PSG dealer motor, tetapi Rendra menyuruh berhenti bekerja semenjak mengetahui kehamilan Maya tepatnya 6bulan yang lalu.

Mereka hidup berdua di sebuah rumah kontrakan sederhana. Usia pernikahan Rendra dan Maya di tahun ini telah genap lima tahun. Setelah sekian lama menunggu kehadiran sang buah hati, kita akhirnya mereka mendapatkan hadiah terindah dari Tuhan itu di tahun ini. Namun sayang, keadaan ekonomi mereka saat ini sedang memburuk. Uang pesangon yang diterima oleh Rendra pun hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka belum memiliki persiapan sama sekali untuk menyambut sang buah hati.

Rendra sudah mengajukan lamaran kemanapun tetapi tetap belum mendapatkan respon atau undangan interview dari perusahaan-perusahaan tempatnya melamar pekerjaan.

-------------------

"Mas, bantu aku berdiri. Perutku sangat sakit!" Teriak Maya sambil memegangi perutnya.

Rendra berpura-pura tidur dan seolah tak mendengar teriakan Maya. Maya yang tak mampu berdiri, kamu ini dia merangkak dari ruang televisi menuju kamarnya untuk mencapai tempat tidurnya.

Hati Maya semakin teriris melihat sikap suaminya yang kini kian tak lagi dikenalinya. Maya menaiki ranjang tidurnya dan berbaring di sudut ranjang.

Saling memunggungi. Iya, itulah yang sedang Rendra dan Maya lakukan saat ini. Di sisi lain, Maya memejamkan mata sambil mengingat seluruh kisah indah yang pernah mereka lalui selama ini.

Malam berlalu begitu lama untuk mereka. Ini bukan kali pertama mereka bertengkar hanya karena masalah kecil. Semenjak Rendra tidak bekerja, Rendra sering memarahi Maya tanpa sebab yang pasti. Sedangkan Maya semakin pendiam sejak Rendra sering memarahi dirinya. Sikap Rendra yang sering berubah-ubah membuat Maya mau tidak mau harus siap memahaminya sewaktu-waktu.

Tak ada sepatah katapun terucap diantara sepasang suami istri itu. Mereka sedang bergulat dengan pemikiran masing-masing. Rendra berpikir Maya tak mampu mengatur keuangan keluarga dengan baik tetap merasa dirinya lah yang benar. Sedangkan Maya yang tengah hanyut dalam air mata dan angan tentang masa-masa indah tetang dirinya dan sang suami, masih bertanya kepada dirinya di mana sosok suami yang selama ini sangat menyayangi dirinya.

Perut Maya semakin terasa sakit, tetapi ia tak berani mengeluh. Menahan sakit sambil terus memegangi perutnya sambil menangis hingga Rendra menyadari sang istri benar-benar sedang kesakitan.

"May, kamu kenapa?" Rendra memegang punggung sang istri.

"Aku tidak apa-apa," Maya menghapus air matanya dan segera membalikkan tubuhnya untuk menatap sang suami sambil tersenyum tipis untuk Rendra.

"Kamu masih menangis tentang tadi?"

"Aku tidak apa-apa."

"Perutmu benar-benar sakit ya? Sebelah mana yang sakit?" Ucap Rendra sambil mengelus-elus perut Maya. Air mata langsung terjatuh dari mata Maya.

"Mas, maafin Maya ya!"

"Kalau aku sedang marah, tolong kamu diam saja. Jangan kamu ikut ngomong." Rendra meraih tubuh Maya dan memeluk sang istri sambil membelai lembut calon buah hati mereka.

Maya meneteskan air mata dalam pelukan sang suami.

"Kita dulu memiliki bayangan jika rumah tangga kita akan berjalan sederhana tapi bahagia. Kamu cukup menjadi ibu rumah tangga yang sederhana untukku dan anak-anak kita kelak. Setiap pagi kamu menyuguhkan aku secangkir kopi susu, sedangkan aku bersiap untuk berangkat bekerja," Rendra mencium kening sang istri.

Maya hanya diam mendengarkan setiap kata yang menenangkan hatinya dari sang suami.

"Jika sore datang, kamu menyambut kedatangan ku dengan senyum manismu, May. Anak-anak pun berlari ikut menyambut kedatanganku dibelakangmu sambil memanggil ku 'ayah', mereka akan bertanya kepadaku, 'yah, mana ice cream-ku?' iya itulah yang akan mereka lakukan setiap menyambut kedatanganku," Rendra memeluk erat sang istri sambil meneteskan air mata kebahagiaan ketika membayangkan momen tersebut.

"Ketika aku sudah selesai membersihkan badan, sore ku akan berwarna dengan diisi menonton serial televisi keluarga bersama anak dan istriku. Apalagi jika waktu itu gemercik hujan, sungguh akan sangat hangat suasana itu, May. Kamu di dapur memasak pisang goreng dan membuatkan aku secangkir kopi susu kesukaanku dan susu hangat untuk anak-anak kita. Bukankah itu hal sederhana? Tapi kenapa aku begitu memimpikan momen-momen seperti itu, May?"

Tak sepatah kata pun terucap dari Maya. Hanya menjadi pendengar yang baik untuk Rendra, sang suami yang begitu ia cintai.

Rumah tangga yang diimpikan oleh Rendra bukanlah rumah tangga mewah. Namun, jalan Tuhan masih berkata lain. Dari awal hubungan mereka menuju pelaminan pun penuh liku. Kekuatan cinta mereka mendapatkan ujian yang datang silih berganti.

=======00000=======

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY